ilustrasi cedera lutut (pexels.com/@anastasia-shuraeva)
Risiko perempuan terhadap cedera ACL tidak hanya berasal dari faktor biologis, tetapi juga dipengaruhi aspek pelatihan dan sistem pendukung. Banyak atlet perempuan, terutama pada usia muda, tidak mendapatkan pelatihan yang memadai dalam hal kekuatan inti, keseimbangan tubuh, dan propriosepsi (kemampuan tubuh untuk merasakan posisi dan gerakan sendi). Ini kontras dengan atlet laki-laki yang lebih sering mendapatkan pelatihan spesifik untuk memperkuat kontrol gerak tubuh.
Di tingkat profesional, ketimpangan ini masih terus berlanjut. Meskipun kompetisi sepak bola seperti Women's Super League (WSL) memiliki intensitas yang makin tinggi, dukungan medis dan fasilitas pelatihan untuk tim putri belum setara dengan tim pria. Ini menandakan banyak klub putri belum memiliki akses ke program pencegahan cedera yang komprehensif dan bukti ilmiah. Kurangnya pendampingan dari pelatih fisik spesialis juga memperparah risiko cedera terhadap pemain.
Program pencegahan cedera seperti FIFA 11+ telah terbukti secara ilmiah dapat menurunkan risiko cedera ACL hingga 50 persen. Program ini mencakup latihan pemanasan khusus yang menekankan kekuatan, kelincahan, teknik pendaratan yang benar, serta kestabilan pinggul dan lutut. Namun, adopsi program ini di kalangan atlet perempuan masih belum merata dan belum menjadi bagian dari pelatihan rutin di banyak klub dan akademi.
Faktor lain yang turut meningkatkan efek cedera ACL adalah keletihan, terutama pada akhir musim kompetisi. Ketika tubuh dalam kondisi lelah, kemampuan otot untuk merespons dengan cepat menurun. Koordinasi gerak dan stabilitas sendi pun terganggu. Ini membuat cedera lebih mungkin terjadi saat melakukan manuver berisiko tinggi seperti berhenti mendadak atau mengubah arah dengan cepat.
Perempuan lebih rentan mengalami cedera ACL dibandingkan laki-laki karena kombinasi faktor biologis dan sistemik. Untuk menurunkan angka cedera ACL terhadap atlet perempuan, diperlukan pendekatan menyeluruh yang mencakup pelatihan fisik yang tepat, pemahaman siklus hormonal, dan dukungan institusional yang setara. Edukasi dini dan program pencegahan berbasis bukti ilmiah dapat menjadi langkah awal dalam membangun sistem olahraga yang lebih inklusif.
Referensi
"What is an ACL injury and what does it mean for players?". BBC. Diakses Oktober 2025.
"Why Women Have More ACL Injuries Than Men". NM. Diakses Oktober 2025.
The female ACL: Why is it more prone to injury?. (2016). Journal of orthopaedics, 13(2), A1–A4.
"Why women athletes face higher ACL injury risk than men, according to a sports physician". NPR. Diakses Oktober 2025.