Cegah Kanker Serviks dengan Rutin Pap Smear dan Vaksin HPV

Semakin awal dilakukan, semakin baik

Kanker serviks adalah kanker nomor dua yang banyak diidap perempuan Indonesia. Sementara, urutan pertama ditempati oleh kanker payudara. Seperti namanya, kanker serviks menyerang leher rahim dan disebabkan oleh human papillomavirus (HPV).

Sebelumnya, kanker serviks lebih rentan terjadi di usia 40 hingga 50 tahun. Akan tetapi, kini semakin banyak kasus kanker serviks yang terjadi pada perempuan usia 30-an, bahkan ada juga yang usia 20-an.

Berangkat dari sana, IDN Times mengadakan Health Talk dengan tema "Pentingnya Mencegah Kanker Serviks Sejak Usia Muda". Ditayangkan secara live di Instagram @idntimes, narasumber yang dihadirkan adalah dr. Pungky Mulawardhana, SpOG(K)Onk, dari FK Unair - RS Universitas Airlangga & RSUD Dr. Soetomo. Simak, yuk!

1. Angka screening di Indonesia hanya 5-15 persen

Di negara maju, hampir semua perempuan melakukan screening rutin. Sementara di Indonesia, angka screening masih berkisar antara 5-15 persen. Konsekuensinya, kejadian kanker serviks di Indonesia cukup tinggi.

"Target screening itu (minimal) 70-80 persen. Padahal, sebenarnya dengan melakukan screening rutin dan kalau bisa ditambahkan dengan vaksin, maka kita sangat bisa menekan kejadian kanker serviks," tegas dr. Pungky.

Di negara maju, kanker serviks berada di urutan empat hingga lima sebagai kanker yang banyak diidap perempuan. Ini masuk akal, mengingat di beberapa negara maju, biaya screening dan vaksin kanker serviks ditanggung oleh negara, sehingga kanker serviks bisa dideteksi dan ditangani sedini mungkin.

2. Infeksi HPV dialami oleh 80 persen perempuan yang aktif secara seksual

Cegah Kanker Serviks dengan Rutin Pap Smear dan Vaksin HPVilustrasi HPV dan kanker serviks (scientificanimations.com)

Dokter Pungky mengungkapkan fakta yang cukup mengejutkan: infeksi HPV dialami oleh 80 persen perempuan yang aktif secara seksual! Beruntungnya, pada kebanyakan perempuan, infeksi tidak terjadi terus-menerus. Akhirnya, tubuh punya kemampuan untuk "membuang" virus tersebut.

"Tapi, ada beberapa perempuan yang mengalami infeksi HPV terus-menerus (persistent infection). Akhirnya, terjadi perubahan menjadi lesi prakanker. Jadi serviks ini awalnya normal, kemudian menjadi lesi prakanker ringan, sedang, dan kalau dibiarkan bisa menjadi berat dan mengarah ke kanker serviks," dr. Pungky menuturkan.

Menurutnya, proses dari serviks normal menjadi kanker membutuhkan waktu kurang lebih 10 tahun. Dengan screening seperti Pap smear, dapat dideteksi adanya lesi prakanker, maka bisa ditangani lebih awal dan diberikan terapi.

Jika sudah menjadi kanker, maka akan muncul gejala tertentu. Seperti keputihan, pendarahan, dan nyeri. Biasanya, apabila ada gejala, kanker tersebut stadiumnya sudah agak lanjut.

3. Virus HPV masuk lewat luka yang terjadi saat berhubungan seksual

Rahim terbagi menjadi tiga bagian, yakni atas, tengah, dan bawah atau serviks (mulut rahim). Sebagai bagian terbawah yang langsung berhubungan dengan dunia luar, serviks sangat rentan.

Saat berhubungan seks, maka akan terjadi mikrolesi atau luka kecil (mikroskopis) yang tidak terlihat dengan mata. Jika ada luka kecil di mulut rahim, virus HPV bisa masuk lewat luka tersebut.

Menurut dr. Pungky, Badan Kesehatan Dunia (WHO) mengategorikan kanker serviks sebagai penyakit menular seksual atau sexually transmitted diseases (STD). Perbedaannya dengan STD lain (seperti gonore dan klamidia), STD lain berisiko tinggi pada kelompok tertentu, seperti laki-laki atau perempuan yang bergonta-ganti pasangan.

"Sebenarnya, sebagian besar kanker serviks itu dialami oleh perempuan yang monogami atau hanya memiliki satu pasangan seks. Terlepas dari perilaku seksualnya, semua perempuan yang sexually active berisiko terkena kanker serviks," ujar dr. Pungky.

4. Vaksin HPV bisa diberikan sejak anak berusia 9 tahun

Cegah Kanker Serviks dengan Rutin Pap Smear dan Vaksin HPVilustrasi penyuntikan vaksin (IDN Times/Arief Rahmat)

HPV jumlahnya ada ratusan strain dan dibagi menjadi dua tipe, yakni high risk dan low risk. Seperti namanya, HPV yang low risk memiliki risiko kecil menyebabkan kanker dan salah satu yang ditimbulkan adalah kutil kelamin.

Sedangkan, penyebab kanker serviks yang paling sering adalah HPV strain 16 dan 18. Menurut dr. Pungky, 70 persen penyebab kanker serviks di dunia disebabkan oleh HPV strain ini. Untungnya, sudah ada vaksin untuk virus tipe 16 dan 18.

"Vaksin HPV paling muda diberikan pada umur 9 tahun. Kalau dari muda diberikan vaksin, ia sudah punya antibodi. Vaksinasi ini proteksinya sebesar 70 persen," ungkap dr. Pungky.

Ia mengingatkan bahwa perempuan yang telah mendapatkan vaksinasi tetap harus menjalani screening kanker serviks rutin. Screening seperti Pap smear bisa dilakukan tiga tahun setelah hubungan seks pertama.

Baca Juga: 7 Faktor yang Bisa Meningkatkan Resiko Kanker Ovarium, Simak yuk! 

Topik:

  • Nurulia

Berita Terkini Lainnya