Mengapa Lebih Banyak Laki-laki yang Bunuh Diri daripada Perempuan?

Ternyata, dipengaruhi oleh ini!

Menurut Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), lebih dari 700.000 orang meninggal karena bunuh diri setiap tahunnya. Sementara itu, American Foundation for Suicide Prevention (AFSP) memaparkan fakta mengejutkan, yaitu laki-laki yang meninggal karena bunuh diri 3,88 kali lebih banyak daripada perempuan.

Mengapa lebih banyak laki-laki yang bunuh diri daripada perempuan? Apa saja faktor yang melatarbelakanginya?

1. Terbiasa menekan emosi

Mengutip WebMD, emosi yang ditekan (repressed emotions) adalah perasaan yang dihindari secara tidak sadar. Bisa juga didefinisikan sebagai kecenderungan untuk menghindari perasaan tidak nyaman.

Contohnya, sedari kecil sebagian laki-laki dididik untuk tidak menangis karena dianggap sebagai kelemahan. Laki-laki diharapkan menjadi sosok yang tabah, kuat, dan tidak emosional.

Padahal, menangis memiliki segudang manfaat bagi kesehatan. Menangis mengaktifkan sistem saraf parasimpatis yang membantu kamu untuk rileks (Frontiers in Psychology, tahun 2014).

2. Memiliki kecenderungan untuk menyelesaikan masalahnya sendiri

Mengapa Lebih Banyak Laki-laki yang Bunuh Diri daripada Perempuan?ilustrasi laki-laki yang frustrasi (pexels.com/Inzmam Khan)

Kebanyakan laki-laki kurang terbuka tentang masalah yang sedang dihadapi. Mereka lebih memilih menutup mulut rapat-rapat dan berusaha menyelesaikannya sendiri.

Dilansir Bayridge Counselling Centres, sering kali masyarakat menuntut laki-laki untuk menjadi panutan yang kuat dan bisa dimintai bantuan, bukan sebaliknya. Laki-laki yang meminta bantuan dianggap lemah dan tidak maskulin.

Salah satu contoh datang dari Josh. Ia pernah mengalami depresi berat dan mencoba bunuh diri dengan melompat dari jembatan. Takdir berkata lain. Josh selamat walau enam tulang rusuknya patah dan menusuk paru-parunya.

"Saya pada dasarnya tidak pernah membicarakan emosi saya dengan siapa pun. Saya merasa ingin mencari tahu sendiri. Saya tidak pernah meminta bantuan karena stereotip laki-laki itu," tuturnya mengutip laman Healthy Debate.

3. Kurangnya support system

Support system didefinisikan sebagai segala sesuatu yang membuat seseorang percaya bahwa ia diperhatikan, dicintai, dan dihargai. Siapa saja bisa menjadi support system, terutama lingkup terdekat seperti keluarga dan sahabat.

Mengutip dari The Atlantic, laki-laki umumnya memiliki support system yang lebih sedikit daripada perempuan. Sedangkan perempuan menjalin persahabatan yang lebih dekat dengan kontak yang lebih teratur, lebih mungkin berbagi detail intim, lebih banyak mengungkapkan kasih sayang, dan tidak sungkan meminta bantuan.

Padahal, keberadaan support system dikaitkan dengan penurunan kemungkinan upaya bunuh diri (Journal of Affective Disorders, 2014), sehingga penting bagi kamu untuk memiliki support system yang baik.

Baca Juga: 7 Faktor Risiko yang Mendorong Bunuh Diri, Cobalah Pahami dan Kenali

4. Jarang yang mencari bantuan profesional

Mengapa Lebih Banyak Laki-laki yang Bunuh Diri daripada Perempuan?ilustrasi konsultasi dengan psikolog (pexels.com/Timur Weber)

Survei yang dilakukan oleh Mental Health Foundation menunjukkan bahwa laki-laki lebih kecil kemungkinannya mencari bantuan profesional daripada perempuan. Selain itu, laki-laki cenderung tidak mengungkapkan masalah mentalnya pada keluarga atau teman alias dipendam sendiri.

Sebanyak 28 persen laki-laki mengakui bahwa mereka tidak mencari bantuan profesional, sedangkan perempuan angkanya lebih rendah, yaitu 19 persen saja. Dilansir The Guardian, survei ini melibatkan lebih dari 2.500 orang yang memiliki masalah kesehatan mental.

Kondisi akan memburuk jika kamu tidak mencari bantuan profesional. Sebab, masalah kesehatan mental tidak akan membaik dengan sendirinya. Bahkan, bisa mengaburkan penilaian dan membuat kamu percaya bahwa tidak ada jalan keluar. Diperkirakan sekitar 90 persen kasus bunuh diri dikaitkan dengan masalah mental yang tidak diatasi, mengutip High Focus Centers.

5. Metode bunuh diri laki-laki lebih mematikan

Percaya atau tidak kalau metode bunuh diri yang dipilih laki-laki lebih mematikan? Sehingga, percobaan bunuh diri itu kemungkinan besar berhasil sebelum sempat ditolong oleh orang lain.

Di Amerika Serikat (AS), laki-laki lebih cenderung menggunakan senjata api dan metode mematikan lainnya, sementara perempuan cenderung menelan pil dalam jumlah banyak.

Tingkat kematian kasus bunuh diri dengan menggunakan senjata api adalah 82,5 persen, sedangkan konsumsi obat atau racun hanya 1,5 persen (American Journal of Public Health, 2000).

Ada juga laporan yang menyebutkan bahwa metode percobaan bunuh diri yang paling umum adalah penyalahgunaan obat-obatan farmakologis (42,31 persen) dan pendarahan (25,64 persen), dan yang paling jarang adalah keracunan dan melemparkan diri ke bawah mobil yang sedang berjalan (1,28 persen).

Laporan tersebut menunjukkan bahwa subjek perempuan cenderung memilih overdosis obat farmakologis dan exsanguination sebagai metode bunuh diri, sedangkan laki-laki lebih sering menggunakan metode gantung diri dan asfiksia. Perempuan juga menggunakan lebih banyak metode bunuh diri yang berbeda (Medical Science Monitor, 2011).

Itulah penjelasan mengapa lebih banyak laki-laki yang bunuh diri daripada perempuan. Jangan ragu untuk meminta bantuan orang lain. Ini manusiawi kok, bukan berarti kamu lemah!

Masalah kesehatan mental tidak dapat dianggap enteng. Apabila kamu pernah memikirkan atau punya kecenderungan untuk bunuh diri, mengalami krisis emosional, atau mengenal orang-orang dalam kondisi tersebut, segera hubungi pihak yang dapat membantu. Berkonsultasilah dengan dokter atau profesional kesehatan mental dan ceritakan apa yang kamu rasakan.

Kamu juga bisa memanfaatkan layanan call center yang disediakan Kementerian Kesehatan (Kemenkes). Kemenkes menyediakan fasilitas layanan jiwa melalui pusat panggilan atau Call Center 119 bagi masyarakat yang ingin konsultasi. Layanan konsultasi kesehatan jiwa bisa diakses di hotline 119 extension 9.

Kemenkes juga merekomendasikan warga yang membutuhkan bantuan terkait masalah kejiwaan untuk langsung menghubungi profesional kesehatan jiwa di puskesmas atau rumah sakit terdekat.

Kemenkes juga telah menyiagakan lima rumah sakit jiwa rujukan yang telah dilengkapi dengan layanan telepon konseling kesehatan jiwa:

  • RSJ Amino Gondohutomo Semarang - (024) 6722565
  • RSJ Marzoeki Mahdi Bogor - (0251) 8324024, 8324025, 8320467
  • RSJ Soeharto Heerdjan Jakarta - (021) 5682841
  • RSJ Prof Dr Soerojo Magelang - (0293) 363601
  • RSJ Radjiman Wediodiningrat Malang - (0341) 423444

Selain itu, layanan konseling kesehatan jiwa juga tersedia di rumah sakit umum, puskesmas, biro psikologi, dan juga melalui online.

Baca Juga: Angka Bunuh Diri Meningkat selama Pandemik, Apa Penyebabnya?

Topik:

  • Nurulia R F
  • Delvia Y Oktaviani

Berita Terkini Lainnya