Psoriasis, Vitiligo, dan Urtikaria Meningkat selama Pandemik

Ketiganya termasuk penyakit autoimun

Penyakit autoimun adalah gangguan sistem imun, di mana sistem imun salah mengenali sel tubuhnya sendiri lalu mulai menyerangnya. Kulit adalah jaringan yang sering terkena gangguan autoimun. Selama pandemik COVID-19, terjadi peningkatan kasus penyakit autoimun kulit seperti psoriasis, vitiligo, dan urtikaria (biduran).

Bukan hal yang sepele, sebab penyakit autoimun kulit bisa memengaruhi kualitas hidup karena sering kambuh dan bersifat jangka panjang. Pengobatan harus dilakukan secara berkelanjutan untuk mengatasi peradangan serta mengendalikan sistem imun yang terlalu aktif.

Atas dasar itu, Klinik Pramudia mengadakan virtual media briefing bertema "Kenali Autoimun Kulit yang Kerap Muncul selama Pandemi" pada Rabu (3/11/2021). Narasumber yang dihadirkan adalah dr. Anthony Handoko, SpKK, FINSDV, selaku CEO Klinik Pramudia, dan dr. Amelia Setiawati Soebyanto, SpDV, selaku dokter spesialis kulit dan kelamin (dermato-venereologi). Simak, yuk!

1. Apa itu penyakit autoimun kulit?

Psoriasis, Vitiligo, dan Urtikaria Meningkat selama Pandemikilustrasi vitiligo di tangan (commons.wikimedia.org/James Heilman, MD)

Dokter Amelia mendefinisikan penyakit autoimun kulit sebagai kondisi di mana sistem imun salah mengenali sel tubuhnya sendiri, dianggap sebagai suatu benda asing, dan akhirnya menyerang sel tubuhnya sendiri. Padahal, seharusnya sistem imun membantu menyingkirkan infeksi virus dan bakteri.

"Secara umum, gejala autoimun kulit yang biasa ditemukan berupa bercak kemerahan atau berwarna putih yang dapat terjadi pada permukaan kulit, rambut, maupun kuku. Kadang disertai dengan lepuhan dan keterlibatan mukosa seperti mukosa mulut, mata, maupun kelamin. Penyakit autoimun kulit ini cenderung kronis, jangka panjang, dan kambuhan," terangnya.

2. Diakibatkan oleh faktor internal dan eksternal

Psoriasis, Vitiligo, dan Urtikaria Meningkat selama Pandemikilustrasi urtikaria (drratnashomoeopathy.com)

Faktor risiko penyakit autoimun kulit dibagi menjadi dua, yaitu internal dan eksternal. Faktor internal adalah genetik, di mana riwayat keluarga berpengaruh besar. Dilansir MedlinePlus, penyakit autoimun memang cenderung diturunkan dalam keluarga. Gen tertentu membuat sebagian orang lebih berisiko terkena.

Sementara itu, faktor eksternal adalah pengaruh lingkungan. Menurut dr. Amelia, ini bisa karena infeksi virus atau bakteri, obat-obatan, stres, obesitas, kebiasaan merokok atau menghirup asap rokok, hingga paparan sinar UV berlebihan. Ia menegaskan bahwa penyakit autoimun kulit pada dasarnya tidak menular.

3. Psoriasis, vitiligo, dan urtikaria kerap muncul selama pandemik

Psoriasis, Vitiligo, dan Urtikaria Meningkat selama Pandemikilustrasi psoriasis di punggung (imt.ie)

Menurut dr. Amelia, tiga penyakit autoimun kulit yang kerap muncul di masa pandemik COVID-19 adalah psoriasis, vitiligo, dan urtikaria. Psoriasis merupakan peradangan kulit yang kronik dan sering kambuh. Paling banyak ditemukan di usia 15-30 tahun dan 50-60 tahun, prevalensi globalnya adalah 0,1-3 persen dan diidap oleh 2,5 persen dari seluruh penduduk Indonesia.

Selanjutnya, vitiligo adalah kelainan kulit berupa bercak putih dan kadang disertai rasa gatal. Vitiligo bisa terjadi pada segala usia, namun 50 persen kasus terjadi di bawah usia 20 tahun. Prevalensinya secara global adalah 0,5-2 persen dan lebih banyak diidap perempuan.

Terakhir adalah urtikaria atau biduran, yaitu kondisi di mana terdapat lesi pada kulit yang timbul, gatal, berwarna merah, dan terkadang terasa perih. Prevalensinya adalah 20-25 persen dari populasi dunia dengan 0,05-3 persen kasus urtikaria kronis. Urtikaria ditemukan lebih banyak pada perempuan dengan rentang usia 40-49 tahun.

Baca Juga: 8 Cara Mengobati Psoriasis dengan Mudah dan Cepat

4. Seperti apa gejalanya?

Psoriasis, Vitiligo, dan Urtikaria Meningkat selama Pandemikilustrasi menggaruk kulit gatal (advanceddermspecialists.com)

Setiap penyakit autoimun kulit memiliki gejala khas yang bisa dikenali. Untuk psoriasis, gejalanya adalah muncul bercak kemerahan dengan sisik tebal dan berwarna putih keperakan, disertai gatal, panas, atau perih. Terkadang kuku menguning dan rusak serta muncul kelainan sendi seperti artritis.

Untuk vitiligo, yang diserang adalah sel melanosit yang memberikan pigmen atau warna pada kulit. Ketika sel melanosit hancur, muncul bercak putih di kulit. Vitiligo paling sering dimulai dari wajah, genitalia, tangan, dan kaki.

Urtikaria dibagi menjadi dua, yaitu akut (durasi di bawah 6 minggu) dan kronis (gejala dirasakan setiap hari dan terjadi di atas 6 minggu). Selain benjolan gatal yang timbul, kadang disertai dengan bengkak di wajah, terutama di mata dan bibir, dr. Amelia menjelaskan.

5. Bagaimana penanganan yang tepat?

Psoriasis, Vitiligo, dan Urtikaria Meningkat selama Pandemikilustrasi krim kortikosteroid topikal (verywellhealth.com)

Beda penyakit, beda pula tatalaksananya. Untuk psoriasis, bisa dengan topikal atau krim oles (kortikosteroid, analog vitamin D, tazarotene, hingga inhibitor kalsineurin), oral atau diminum (metotreksat, siklosporin, mikofenolat mofetil, dan lain-lain), injeksi atau suntik (omalizumab, etanercept, secukinumab, dan sebagainya), serta fototerapi atau fotokemoterapi (narrowband UVB dan UVA).

Untuk vitiligo, pengobatannya adalah dengan topikal (kortikosteroid atau inhibitor kalsineurin), oral (kortikosteroid), dan fototerapi atau fotokemoterapi. Dan untuk urtikaria diberi obat oral seperti antihistamin, antagonis H2, serta kortikosteroid.

"Selain itu, jangan menggaruk untuk meminimalkan luka. Garukan (bisa) menimbulkan lesi kulit yang baru. Bercak merah akan semakin banyak," dr. Amelia mewanti-wanti.

Tips lainnya adalah tidak merokok, menghindari minuman beralkohol, menerapkan manajemen stres yang baik, makan makanan yang bergizi (terutama yang mengandung antioksidan dan vitamin D), mendapatkan support system yang baik dari keluarga dan teman, serta memeriksakan diri ke dokter spesialis kulit terdekat jika curiga mengidap penyakit autoimun kulit.

Baca Juga: Kadang Sulit Dibedakan, Ini Perbedaan Psoriasis, Eksem, dan Dermatitis

Topik:

  • Nurulia
  • Bayu Aditya Suryanto

Berita Terkini Lainnya