Benarkah Menjemur Bayi Bisa Mengatasi Sakit Kuning? 

Ini rekomendasi dari Ikatan Dokter Anak Indonesia

Bayi baru lahir kerap kali mengalami hiperbilirubinemia atau tingginya kadar bilirubin dalam darah, sehingga bayi tampak kuning. Istilah medis untuk kondisi ini adalah ikterus neonatorum atau neonatal jaundice.

Banyak masyarakat yang percaya bahwa menjemur bayi dapat menyembuhkan atau mencegah penyakit kuning. Bahkan, fenomena menjemur bayi telah menjadi tradisi turun-temurun. Namun, benarkah menjemur bayi dapat mengatasi sakit kuning? Cek kebenarannya di bawah ini!

1. Mengapa bayi baru lahir tampak kuning?

Benarkah Menjemur Bayi Bisa Mengatasi Sakit Kuning? ilustrasi bayi kuning (pexels.com/Gabriel Tapia)

Berdasarkan artikel ilmiah dalam publikasi StatPearls, bayi baru lahir memiliki kadar hemoglobin yang tinggi. Hemoglobin ini akan dipecah menjadi heme, kemudian heme akan dipecah lagi di hati menjadi biliverdin.

Selanjutnya, biliverdin akan diubah menjadi bilirubin dengan dibantu oleh enzim biliverdin reduktase. Bilirubin yang terbentuk ini belum terkonjugasi dengan glucoronic acid, sehingga disebut sebagai unconjugated bilirubin.

Unconjugated bilirubin bersifat hidrofobik, sedangkan sebagian besar tubuh manusia terdiri atas air. Maka dari itu, agar unconjugated bilirubin dapat ditransportasikan menuju ke hati melalui pembuluh darah, maka harus berikatan dengan albumin.

Sesampainya di hati, unconjugated bilirubin akan berikatan dengan glucoronic acid terbentuk conjugated bilirubin. Conjugated bilirubin bersifat hidrofilik dan dapat dikeluarkan melalui saluran cerna dan saluran kemih, sehingga memberi warna kekuningan pada tinja dan urine.

Pada bayi baru lahir, fungsi organ hati masih belum matang. Maka dari itu, proses konjugasi tersebut masih rendah, sehingga terjadi penumpukan unconjugated bilirubin. Tingginya kadar bilirubin dalam darah ini bermanifestasi klinis sebagai perubahan warna menjadi kekuningan yang tampak pada kulit, sklera mata, dan mukosa.

Secara normal (fisiologis), ikterus neonatorum seharunya tidak berlangsung selama lebih dari dua minggu. Walaupun begitu, kondisi bayi kuning juga bisa disebabkan oleh kelainan (patologis), misalnya karena infeksi, kelainan hati, kelainan sel darah merah, atau penyakit lain. Maka dari itu, bayi perlu diperiksa oleh dokter untuk mengetahui apakah sakit kuning bersifat fisiologis atau patologis.

Baca Juga: Mengenal Bayi Kuning, Berisiko Tuli dan Mengalami Kerusakan Otak

2. Apakah bayi kuning perlu dijemur?

Benarkah Menjemur Bayi Bisa Mengatasi Sakit Kuning? ilustrasi menjemur bayi kuning (pexels.com/Ryutaro Tsukata)

Hingga saat ini, pengobatan utama untuk ikterus neonatorum adalah dengan fototerapi, bukan dengan dijemur di bawah sinar matahari. Meskipun demikian, menjemur bayi dapat menjadi pilihan terapi dengan memperhatikan beberapa hal yang berkaitan dengan keamanan dan kenyamanan si bayi.

Menurut Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI), menjemur bayi di dalam ruangan melalui jendela (tidak langsung terkena matahari) selama 10 menit sebanyak dua kali sehari dipercaya dapat membantu terapi ikterus neonatorum ringan. Namun, beberapa penelitian menunjukkan bahwa paparan sinar matahari pada bayi dapat meningkatkan risiko berkembangnya kanker kulit dan kanker lainnya kelak pada usia lanjut.

Maka dari itu, menjemur bayi harus dilakukan dengan cara yang tepat, pada waktu dan durasi yang tepat, dan bayi perlu diberikan perlindungan untuk dampak buruk sinar matahari seperti kanker, katarak, dan sensasi kulit terbakar.

3. Bagaimana cara menjemur bayi kuning yang benar?

Benarkah Menjemur Bayi Bisa Mengatasi Sakit Kuning? ilustrasi menjemur bayi kuning (pexels.com/Canary Islands)

Menurut IDAI dan beberapa sumber lainnya, berikut ini cara menjemur bayi kuning yang benar:

  • Dianjurkan memakaikan baju dan topi pada bayi. Usahakan agar kulit bayi tidak terkena cahaya matahari langsung untuk mencegah dampak buruk sinar ultraviolet (UV) pada kulit.
  • Gunakan tabir surya dengan SPF 15 atau lebih pada 15–20 menit sebelum terpapar sinar matahari. Penggunaannya dapat diulang setiap 2 jam atau bila bayi berkeringat. Tabir surya dapat diberikan saat sinar matahari tidak bisa dihindari dan hanya dioleskan di kulit yang terpapar sinar matahari saja. Bayi prematur tidak boleh menggunakan tabir surya karena kulitnya masih tipis. Tidak semua tabir surya cocok untuk kulit bayi, maka dari itu perlu dikonsultasikan terlebih dahulu dengan dokter.
  • Lindungi mata bayi dengan kacamata atau penutup mata. Jangan sampai sinar matahari secara langsung mengenai mata bayi. Paparan sinar UV pada mata berkontribusi terhadap berkembangnya katarak dan penyakit mata lainnya.
  • Hindari paparan sinar matahari pada jam 10 pagi sampai 4 sore. Pada periode waktu tersebut, jumlah radiasi sinar UVB paling tinggi, sehingga cukup berbahaya untuk kulit bayi. Dianjurkan menjemur bayi sebelum jam 10 pagi atau setelah jam 4 sore.
  • Hindari paparan sinar matahari langsung pada bayi berusia kurang dari 6 bulan. Bayi bisa dijemur di dalam rumah bila cahaya matahari masuk melalui jendela. Bisa juga di luar rumah, tetapi harus terlindungi dengan payung, sehingga sinar matahari tidak secara langsung mengenai tubuh bayi.
  • Hindari dehidrasi pada bayi ketika dijemur. Pastikan bayi tidak mengalami dehidrasi dengan cara menyusui terlebih dahulu sebelum menjemur bayi. Bila saat dijemur rewel atau menangis kerena haus, maka segera susui dan menjemur bayi dapat dihentikan.

Meskipun bukan merupakan pilihan utama pengobatan ikterus neonatorum, tetapi menjemur bayi bisa dilakukan untuk mengatasi ikterus neonatorum ringan. Namun, menjemur bayi tidak boleh asal-asalan. Perhatikan hal-hal di atas untuk mencegah risiko yang tidak diinginkan pada bayi di kemudian hari.

Baca Juga: Penyakit Kuning (Jaundice): Penyebab, Gejala, Diagnosis, Pengobatan

Neysa Ardrasheila Cesa Photo Writer Neysa Ardrasheila Cesa

Member IDN Times Community ini masih malu-malu menulis tentang dirinya

IDN Times Community adalah media yang menyediakan platform untuk menulis. Semua karya tulis yang dibuat adalah sepenuhnya tanggung jawab dari penulis.

Topik:

  • Nurulia

Berita Terkini Lainnya