Mengenal COVID-19 Varian BA.2.86 atau Pirola

Menyebar dengan cepat di Amerika Serikat

Varian COVID-19 Pirola, juga dikenal sebagai BA.2.86, sedang dipantau secara cermat karena virus ini menyebar lebih cepat ke seluruh Amerika Serikat (AS).

Pada akhir November 2023, Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit AS (CDC) mengeluarkan pembaruan yang memperingatkan masyarakat bahwa mereka memantau dengan cermat varian BA.2.86, yang pertama kali ditemukan pada musim panas tahun ini, untuk lebih memahami potensi dampaknya terhadap kesehatan masyarakat.

Dua minggu sebelum laporan terbaru ini diterbitkan, BA.2.86 hanya menyumbang 3 persen dari seluruh infeksi COVID-19. Sekarang, dalam periode pelacakan dua minggu terkini, BA.2.86 telah meningkat hingga mencapai hampir 9 persen dari seluruh kasus, menurut CDC. Pirola paling umum terjadi di New York dan New Jersey, menyumbang lebih dari 13 persen infeksi COVID-19.

Varian HV.1 memegang posisi teratas, mencakup hampir sepertiga kasus di AS, dan EG.5 atau Eris berada di urutan kedua, menyumbang 13 persen infeksi.

Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) juga melihat mutasi ini sebagai potensi ancaman internasional. “BA.2.86 telah dilaporkan di banyak negara, dan prevalensinya perlahan meningkat secara global,” kata WHO dalam ringkasan eksekutif akhir November. WHO telah mengklasifikasikan BA.2.86 sebagai “variant of interest”.

Pengurutan terbaru menemukan proporsi kasus BA.2.86 terbesar di negara-negara berikut:

  • Inggris, dengan hampir 20 persen kasus.
  • Prancis, hampir 12 persen.
  • Swedia, hampir 11 persen.

Apa itu COVID-19 varian BA.2.86?

Mengenal COVID-19 Varian BA.2.86 atau Pirolailustrasi melawan COVID-19 (IDN Times/Arief Rahmat)

BA.2.86 pertama kali terdeteksi pada Agustus 2023 di Israel dan Denmark. Tampaknya virus ini merupakan keturunan dari sublineage Omicron BA.2, yang menyebabkan lonjakan virus pada awal tahun 2022, dilansir Today.

BA.2.86 dikatakan memiliki banyak mutasi dibandingkan dengan beberapa varian Omicron yang muncul sekitar dua tahun lalu.

Data awal menunjukkan BA.2.86 memiliki 34 mutasi lebih banyak pada spike protein-nya dibandingkan dengan BA.2, yang mendorong lonjakan COVID-19 pada tahun 2022, dan tambahan 36 mutasi lebih banyak dibandingkan Omicron XBB.1.5, yang dengan cepat mendominasi di AS pada awal tahun 2023 (The BMJ, 2023).

Mutasi atau perubahan sekuens virus dapat memengaruhi seberapa menular suatu virus, seberapa baik virus tersebut merespons pengobatan, dan seberapa parah virus tersebut memengaruhi manusia.

Ini mewakili bentuk SARS-CoV-2 yang sangat bermutasi. Dengan kata lain, BA.2.86 terlihat sangat berbeda dari subvarian Omicron XBB yang beredar.

Baca Juga: Varian COVID-19 Terbaru: Mengenal Strain EG.5 atau Eris

Gejala COVID-19 varian BA.2.86

Mengenal COVID-19 Varian BA.2.86 atau Pirolailustrasi COVID-19 (IDN Times/Sukma Shakti)

Untuk saat ini belum diketahui apakah infeksi varian BA.2.86 menimbulkan gejala yang berbeda dari varian lainnya. Ini karena jumlah kasusnya masih relatif kecil.

Dalam penilaian risiko BA.2.86, CDC mengatakan bahwa tidak ada bukti bahwa varian BA.2.86 menyebabkan penyakit yang lebih parah, tetapi seperti varian lainnya, hal ini dapat berubah seiring dengan masuknya data tambahan.

Gejala umum varian dan subvarian COVID-19 lainnya meliputi:

  • Batuk.
  • Sakit tenggorokan.
  • Penyumbatan
  • Hidung meler.
  • Bersin.
  • Kelelahan.
  • Sakit kepala.
  • Nyeri otot.
  • Perubahan pada indra penciuman.

Berdasarkan apa yang kini diketahui CDC tentang BA.2.86, tes dan pengobatan yang tersedia saat ini untuk pengobatan COVID-19 tampaknya efektif terhadap varian ini.

Apakah BA.2.86 lebih mudah menular?

Mengenal COVID-19 Varian BA.2.86 atau Pirolailustrasi protokol kesehatan (IDN Times/Mardya Shakti)

Masih belum diketahui apakah BA.2.86 lebih mudah menular dibandingkan varian lainnya. Lagi-lagi, ini karena angka kasusnya masih tergolong sedikit.

Akan tetapi, berdasarkan apa yang telah diketahui tentang rangkaian genetik BA.2.86 dan mutasi pada spike protein-nya, varian ini kemungkinan besar akan mampu lepas dari kekebalan yang sudah ada sebelumnya terhadap COVID-19.

Menurut CDC, BA.2.86 mungkin lebih mampu menyebabkan infeksi pada orang yang sebelumnya menderita COVID-19 atau telah divaksinasi.

Sebagian besar mutasi yang ditemukan pada spike protein mungkin akan memengaruhi kemampuan antibodi untuk mengikat dan menetralisir virus. Dengan kata lain, BA.2.86 tidak hanya dapat lolos dari kekebalan dari vaksinasi atau infeksi sebelumnya, namun juga kekebalan yang diinduksi dari vaksin dari vaksin musim gugur yang akan datang.

Dalam laporan yang diterbitkan pada 27 Oktober, CDC mengatakan diperlukan lebih banyak data dari manusia di dunia nyata untuk lebih memahami dampak kekebalan yang sudah ada terhadap BA.2.86. Pemeriksaan laboratorium sedang meneliti netralisasi antibodi BA.2.86 untuk lebih memahami bagaimana sistem kekebalan dapat berinteraksi dengan virus.

Baca Juga: Golongan Darah Ini Lebih Rentan terhadap COVID-19

Topik:

  • Nurulia R F

Berita Terkini Lainnya