Disfungsi Ereksi (Impotensi), 5 Hal Penting yang Perlu Kamu Tahu

Sesekali terjadi normal, tapi kalau berlanjut cek ke dokter

Disfungsi ereksi atau impotensi adalah ketidakmampuan pria untuk mendapatkan atau mempertahankan ereksi yang memungkinkan aktivitas seksual dengan penetrasi.

Perlu digarisbawahi bahwa disfungsi ereksi bukan penyakit, melainkan gejala dari beberapa masalah lain, baik fisik, psikologis, atau kombinasi keduanya.

Kegagalan sesekali dalam meraih atau mempertahankan ereksi tidak perlu dikhawatirkan, kecuali masalah tersebut berlanjut. Jika terjadi makin sering atau memburuk, temui dokter karena intervensi medis mungkin dibutuhkan.

1. Penyebab

Menurut Harvard Health Publishing, penyebab umum impotensi antara lain:

  • Penyakit vaskular (pembuluh darah): Ereksi terjadi ketika darah terkumpul di batang penis. Penyakit pembuluh darah dapat membatasi jumlah darah yang mengalir ke atau tinggal di penis—keduanya dapat mengakibatkan gangguan ereksi. Ini merupakan penyebab medis paling umum dari impotensi
  • Kerusakan saraf: Saraf harus bekerja secara normal agar pria bisa mendapatkan dan mempertahankan ereksi. Saraf bisa rusak akibat diabetes, multiple sclerosis, operasi prostat, atau kerusakan pada sumsum tulang belakang.
  • Faktor psikologis: Depresi, kecemasan, rasa bersalah, atau ketakutan terkadang dapat menyebabkan masalah seksual. Pada suatu waktu, faktor-faktor ini dianggap sebagai penyebab utama impotensi. Dokter sekarang mengetahui bahwa faktor fisik menyebabkan impotensi pada kebanyakan pria dengan masalah tersebut. Namun, rasa malu atau "kecemasan kinerja" dapat memperburuk masalah fisik.
  • Obat-obatan: Banyak obat menyebabkan masalah pada fungsi seksual. Ini termasuk obat untuk hipertensi, depresi, penyakit jantung, dan kanker prostat.
  • Masalah hormonal: Kadar hormon tertentu yang tidak normal dapat mengganggu ereksi dan dorongan seks. Masalah hormonal, seperti kadar testosteron yang rendah, merupakan penyebab impotensi yang tidak umum.

Faktor lainnya yang dapat berkontribusi terhadap impotensi termasuk:

  • Penggunaan tembakau, karena ini membatasi aliran darah ke pembuluh darah dan arteri, dapat—dari waktu ke waktu—menyebabkan kondisi kesehatan kronis yang menyebabkan disfungsi ereksi.
  • Kelebihan berat badan, terutama jika sampai obesitas.
  • Penggunaan narkoba dan alkohol, terutama pada pengguna narkoba jangka panjang atau peminum berat.

2. Gejala

Disfungsi Ereksi (Impotensi), 5 Hal Penting yang Perlu Kamu Tahuilustrasi pasangan yang memiliki impotensi atau disfungsi ereksi (pexels.com/Alex Green)

Pria yang impoten memiliki masalah ereksi atau kesulitan mempertahankan ereksi. Ini biasanya mengganggu aktivitas seksual.

Impotensi bisa terjadi secara tiba-tiba atau bertahap. Beberapa pria perlahan kehilangan kekencangan ereksi mereka atau durasi ereksi bertahan. Sementara itu, pada beberapa pria lainnya, terutama yang impotensinya sebagian besar disebabkan oleh faktor psikologis, masalah tersebut dapat terjadi secara tidak terduga. Ini bisa membaik kapan saja.

Pria dengan impotensi bisa terus mengalami orgasme dan ejakulasi normal tanpa ereksi penuh.

Baca Juga: Disfungsi Seksual: Penyebab, Gejala, Diagnosis, Perawatan

3. Diagnosis

Pada kebanyakan pria, pemeriksaan fisik dan evaluasi riwayat medis cukup untuk dokter mendiagnosis disfungsi ereksi dan merekomendasikan pengobatan.

Apabila kamu memiliki kondisi kronis atau dokter curiga ada kondisi yang mendasari impotensi, kamu mungkin memerlukan tes lebih lanjut atau dirujuk ke spesialis.

Beberapa tes untuk mencari tahu kondisi medis yang mendasari impotensi bisa meliputi:

  • Pemeriksaan fisik: Ini mungkin termasuk memeriksa penis dan testikel, serta memeriksa saraf untuk sensasi.
  • Tes darah: Untuk memeriksa tanda-tanda penyakit, diabetes, kadar testosteron rendah, dan kondisi medis lain.
  • Urinalisis: Untuk mencari tanda diabetes dan kondisi medis lainnya yang mungkin mendasari.
  • Ultrasonografi (USG): Ini melibatkan transduser yang dipegang di atas pembuluh darah yang memasok penis. Ini membuat dokter melihat apakah ada masalah aliran darah. Tes ini kadang dilakukan bersama injeksi obat ke dalam penis untuk menstimulasi aliran darah dan memicu ereksi.
  • Pemeriksaan psikologis: Dokter mungkin menanyakan hal-hal untuk skrining depresi dan kemungkin penyebab psikologis disfungsi ereksi lainnya.

4. Pengobatan

Disfungsi Ereksi (Impotensi), 5 Hal Penting yang Perlu Kamu Tahuilustrasi Viagra (unsplash.com/Felicia Montenegro)

Pertama-tama, dokter akan memastikan kamu mendapatkan perawatan yang tepat untuk kondisi kesehatan lain yang mungkin kamu miliki. Bisa jadi kondisi tersebut yang menyebabkan impotensi, atau membuatnya memburuk, sehingga harus ditangani dengan baik.

Kemudian, dokter akan menangani impotensi secara langsung. Ada berbagai macam perawatan yang tersedia untuk impotensi. Namun, ini bisa bervariasi pada setiap orang yang disesuaikan dengan penyebabnya.

Beberapa pilihan perawatan impotensi antara lain:

1. Perubahan gaya hidup

Sering kali pria dengan disfungsi ereksi mampu meningkatkan fungsi seksual dengan melakukan beberapa perubahan gaya hidup. Berhenti merokok, menurunkan berat badan, dan rutin olahraga dapat membantu meningkatkan aliran darah.

Kalau mengalami impotensi setelah mengonsumsi obat baru, bicarakan dengan dokter.

2. Obat oral

Viagra adalah salah satu obat populer untuk impotensi. Namun, dilansir RxList, ini bukan satu-satunya obat. Pilihan lainnya meliputi:

  • Cialis.
  • Levitra.
  • Staxyn.
  • Stendra.

Obat-obatan tersebut bekerja dengan cara meningkatkan aliran darah ke penis saat terangsang, dan diminum 30 sampai 60 menit sebelum aktivitas seksual. Obat tidak boleh diminum lebih dari sekali sehari.

Cialis dapat diminum hingga 36 jam sebelum aktivitas seksual dan tersedia dalam dosis harian yang lebih rendah. Staxyn larut di mulut. Semua membutuhkan resep dokter karena alasan keamanan.

3. Injeksi

Ada juga obat injeksi atau suntik untuk disfungsi ereksi. Beberapa pria mempertahankan ereksi yang lebih kuat dengan menyuntikkan obat ini langsung ke penis. Obat ini bekerja dengan melebarkan pembuluh darah, menyebabkan penis membengkak dengan darah.

Pilihan lainnya adalah pelet obat yang dimasukkan ke dalam uretra dan dapat memicu ereksi dalam waktu 10 menit.

Diskusikan penggunaan injeksi ini secara detail dengan dokter sebelum menggunakannya.

4. Vakum penis

Perangkat vakum untuk disfungsi ereksi, juga disebut pompa atau vakum penis, merupakan alternatif pengobatan.

Cara kerjanya, penis ditempatkan di dalam silinder, kemudian pompa menarik udara keluar dari silinder untuk menciptakan ruang hampa sebagian di sekitar penis yang menyebabkannya terisi darah, yang menyebabkan ereksi. Tali elastis yang dikenakan di sekitar pangkal penis digunakan untuk mempertahankan ereksi selama hubungan seksual.

Diskusikan penggunaan perangkat ini dengan dokter, dan terutama penggunaan tali elastis untuk menghindari potensi kerusakan penis.

5. Operasi

Kalau impotensi disebabkan oleh penyumbatan pada arteri yang menuju ke penis, prosedur operasi dapat memulihkan aliran darah.

Kandidat ideal untuk operasi biasanya pria muda yang penyumbatannya berasal dari cedera selangkangan atau panggul. Operasi tidak dianjurkan untuk pria yang lebih tua dengan penyempitan arteri yang meluas di seluruh tubuh.

6. Implan

Bagi pria dengan disfungsi ereksi yang terus-menerus, implan penis dapat membantu mengembalikan fungsi seksual.

Implan tiup menggunakan dua silinder yang ditempatkan secara operasi di dalam penis. Saat ereksi diinginkan, pria tersebut menggunakan pompa untuk mengisi silinder dengan cairan bertekanan.

Sebagai alternatif, implan yang dapat ditempa dengan batang yang ditanam melalui pembedahan dapat digunakan untuk memperkuat ereksi.

7. Psikoterapi

Psikoterapi dapat bermanfaat bagi pria dengan impotensi bahkan ketika impotensi memiliki penyebab fisik yang diketahui.

Terapis dapat menginstruksikan pria dan pasangannya mempelajari teknik untuk mengurangi kecemasan kinerja seksual dan meningkatkan keintiman. Terapi juga dapat membantu pasangan menyesuaikan diri dengan penggunaan alat, seperti vakum dan implan.

8. Terapi alternatif

Apabila ingin mencoba suplemen untuk impotensi, bicarakan terlebih dulu dengan dokter. Suplemen seperti ini bisa mengandung 10 bahan atau lebih dan dapat mempersulit kondisi kesehatan lainnya.

Ginseng Asia dan ginkgo biloba populer, tetapi tidak banyak penelitian yang berkualitas tentang keefektifannya. Beberapa pria menemukan bahwa mengonsumsi suplemen DHEA meningkatkan kemampuan mereka untuk ereksi. Sayangnya, keamanan jangka panjang suplemen DHEA tidak diketahui. Kebanyakan dokter tidak menganjurkannya.

Ada banyak suplemen diet yang mengklaim bisa mengobati impotensi. Namun, lembaga otoritas seperti BPOM Amerika Serikat (FDA) memperingatkan bahwa banyak di antaranya yang tidak seperti klaimnya atau tidak seperti yang terlihat.

Satu investigasi menemukan bahwa suplemen disfungsi ereksi sering kali mengandung obat resep yang tidak tercantum pada label, termasuk bahan aktif Viagra. Ini dapat menempatkan pria pada risiko interaksi obat yang berbahaya.

Konsultasikan dengan dokter sebelum menggunakan suplemen apa pun untuk mengobati impotensi.

5. Pencegahan

Cara yang paling direkomendasikan untuk mencegah impotensi adalah dengan menjalani gaya hidup sehat dan mengelola kondisi medis yang dimiliki. Contohnya:

  • Bekerja sama dengan dokter untuk mengelola penyakit seperti penyakit jantung, diabetes, atau kondisi kesehatan kronis lainnya.
  • Tidak melewatkan pemeriksaan rutin dan tes skrining medis dengan dokter.
  • Berhenti merokok, batasi atau hindari alkohol, dan jangan menggunakan narkoba.
  • Rutin olahraga.
  • Berlatih untuk mengelola stres dengan baik.
  • Dapatkan bantuan untuk kecemasan, depresi, atau masalah kesehatan mental lainnya.

Secara umum, prospek pria dengan impotensi sangat baik. Sebagian besar kasusnya memiliki penyebab medis yang tidak dapat disembuhkan. Namun, banyak pilihan pengobatan yang tersedia untuk membantu memulihkan fungsi seksual.

Beberapa penyebab impotensi dapat disembuhkan. Ini termasuk impotensi yang disebabkan oleh masalah psikologis, gangguan hormonal dan cedera traumatis pada arteri penis.

Baca Juga: Mana yang Lebih Baik Viagra, Cialis, Levitra, dan Stendra?

Topik:

  • Nurulia

Berita Terkini Lainnya