Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
For
You

Disfungsi Seksual: Penyebab, Gejala, Diagnosis, Perawatan

ilustrasi pasangan bertengkar (pexels.com/Timur Weber)
ilustrasi pasangan bertengkar (pexels.com/Timur Weber)
Intinya sih...
  • Disfungsi seksual bisa dialami perempuan maupun laki-laki. Gejala pada laki-laki meliputi kurangnya minat, kesulitan ereksi, dan masalah ejakulasi, sementara pada perempuan meliputi ketidaktertarikan, kesulitan terangsang, dan rasa sakit saat berhubungan intim.
  • Ada empat kategori gangguan fungsi seksual: gangguan hasrat seksual, gangguan arousal, gangguan orgasme, dan gangguan nyeri saat berhubungan seks.
  • Penyebab disfungsi seksual bermacam-macam mulai dari faktor psikologis seperti depresi hingga kondisi fisik seperti penyakit kronis.
Disclaimer: This summary was created using Artificial Intelligence (AI)

Disfungsi seksual adalah kondisi saat kamu mengalami kesulitan saat berhubungan atau menikmati seks, dan ini dirasa sangat mengganggu. Disfungsi seksual juga disebut sebagai gangguan seksual.

Seks bisa menjadi bagian penting dari kesehatan dan kualitas hidup, jadi menangani disfungsi seksual bisa terasa sulit secara fisik maupun emosional. Disfungsi seksual merupakan kondisi umum dan sebagian besar dapat diobati.

1. Gejala

Disfungsi seksual bisa dialami perempuan maupun laki-laki. Namun, tantangannya dalam keintiman bisa berbeda-beda.

Gejalanya pada laki-laki:

  • Kurangnya minat yang tidak dapat dijelaskan dalam hubungan seksual.

  • Kesulitan terus-menerus dalam menghasilkan atau mempertahankan ereksi yang memadai untuk seks.

  • Ketidakmampuan untuk mencapai orgasme, atau penundaan klimaks yang berkepanjangan.

  • Kesulitan konstan dengan mengatur momen ketika ejakulasi terjadi.

Gejalanya pada perempuan:

  • Ketidaktertarikan dalam aktivitas seksual.

  • Kesulitan untuk terangsang.

  • Mengalami rasa sakit saat berhubungan intim.

  • Pelumasan yang tidak memadai saat berhubungan seks.

  • Kesulitan mengendurkan otot-otot vagina untuk memungkinkan penetrasi.

Karena sifat tantangan ini, orang-orang yang mengalami disfungsi seksual sering merahasiakan kondisinya ini dari orang lain.

Disfungsi seksual perempuan diperkirakan mempengaruhi 41 persen perempuan usia reproduksi di seluruh dunia. Sementara itu, perkiraan prevalensi disfungsi ereksi sangat bervariasi—antara 3 persen dan 76,5 persen, tergantung pada usia dan wilayah.

2. Jenis

Ada empat kategori gangguan fungsi seksual:

  1. Gangguan hasrat seksual (desire disorder). Ini juga dikenal sebagai hipoaktif hasrat seksual (hypoactive sexual desire disorder/HSDD), yaitu kondisi ketika seseorang kehilangan minat untuk berhubungan seks sehingga membuatnya merasa tertekan atau stres. Gangguan ini bisa muncul berbeda pada laki-laki dan perempuan.

  2. Gangguan arousal (arousal disorder). Pada gangguan ini, seseorang sebenarnya punya keinginan untuk berhubungan seks, tetapi tubuhnya sulit atau bahkan tidak bisa merespons rangsangan seksual.

  • Pada laki-laki, biasanya berupa disfungsi ereksi, yaitu tidak bisa ereksi atau sulit mempertahankan ereksi.

  • Pada perempuan, biasanya berupa vagina kering sehingga sulit terangsang atau merasa tidak nyaman.

  1. Gangguan orgasme (orgasm dysfunction). Orang dengan gangguan orgasme merasa sulit atau bahkan tidak bisa mencapai orgasme, meski sudah terangsang dan mendapat rangsangan seksual.

  2. Gangguan nyeri saat berhubungan seks (pain disorder). Ini termasuk kondisi seperti vaginismus (vagina menegang saat akan dimasuki), dispareunia (sakit saat berhubungan), atau nyeri saat ejakulasi pada laki-laki. Nyeri ini bisa membuat aktivitas seksual terasa menyakitkan dan tidak menyenangkan.

Gangguan fungsi seksual pada laki-laki

Gangguan fungsi seksual cukup umum dialami oleh laki-laki. Penelitian menunjukkan bahwa lebih dari 50 persen laki-laki usia 40–70 tahun pernah mengalaminya. Masalah yang paling sering adalah disfungsi ereksi dan gangguan ejakulasi.

  1. Disfungsi ereksi

Disfungsi ereksi adalah kondisi ketika seseorang tidak bisa mencapai atau mempertahankan ereksi yang cukup keras untuk melakukan hubungan seks yang memuaskan. Biasanya dialami oleh laki-laki di atas 40 tahun. Gejalanya bisa berupa:

  • Tidak bisa ereksi sama sekali.

  • Kadang bisa ereksi, tetapi tidak selalu saat dibutuhkan.

  • Bisa ereksi, tetapi cepat hilang sebelum selesai berhubungan seks.

  1. Gangguan ejakulasi

Ada tiga jenis gangguan ejakulasi:

  • Ejakulasi dini: Ejakulasi terlalu cepat, lebih cepat dari keinginan sendiri atau pasangan.

  • Ejakulasi tertunda: Sulit atau sangat lama untuk ejakulasi meski ereksi normal.

  • Ejakulasi retrograd: Jarang terjadi, yaitu sperma justru masuk ke kandung kemih, bukan keluar melalui penis.

Gangguan fungsi seksual pada perempuan

Gangguan fungsi seksual juga sering dialami perempuan. Penelitian menemukan sekitar 41% perempuan usia subur mengalaminya.
Masalah umum pada perempuan adalah nyeri saat berhubungan seks dan sulit mencapai orgasme.

  1. Nyeri dan rasa tidak nyaman

Nyeri bisa dirasakan di vagina atau panggul saat berhubungan. Penyebabnya bisa karena:

  • Kurang terangsang.

  • Vagina kering, misalnya karena menopause.

  • Iritasi dari kondom lateks atau spermisida.

  • Trauma psikologis akibat pengalaman buruk di masa lalu.

Beberapa kondisi kesehatan juga bisa memicu nyeri saat berhubungan, seperti:

  • Vaginismus (otot vagina menegang saat penetrasi).

  • Infeksi menular seksual (IMS).

  • Endometriosis.

  • Cedera pada organ genital.

  • Penyakit radang panggul.

  • Fibroid rahim.

  • Kista ovarium.

  • Sistitis (radang kandung kemih).

  • Sindrom iritasi usus besar.

  • Prolaps uterus (turunnya posisi rahim).

  1. Sulit orgasme

Kesulitan orgasme bisa berupa:

  • Primer: Tidak pernah mencapai orgasme sama sekali.

  • Sekunder: Pernah bisa orgasme, tetapi sekarang tidak lagi.

Ada juga perempuan yang bisa orgasme sendirian (saat masturbasi), tetapi tidak bisa orgasme dengan pasangan. Penyebabnya bisa karena faktor fisik, psikologis, atau gabungan keduanya.

3. Penyebab

ilustrasi perempuan mengalami disfungsi seksual (freepik.com/freepik)
ilustrasi perempuan mengalami disfungsi seksual (freepik.com/freepik)

Ada banyak faktor yang bisa menyebabkan disfungsi seksual, mulai dari masalah psikologis seperti depresi dan kecemasan, hingga kondisi fisik seperti perubahan hormon dan penyakit kronis. Penuaan juga bisa mengubah respons seksual, begitu pula obat-obatan tertentu dan konsumsi alkohol.

Disfungsi seksual biasanya melibatkan beberapa faktor yang saling memengaruhi. Misalnya, impotensi bisa memicu kecemasan dan menurunkan gairah. Sebaliknya, kecemasan yang tinggi kadang menyebabkan impotensi meski tidak ada masalah fisik.

Penyebab psikologis

Faktor psikologis yang memicu disfungsi seksual dibagi menjadi:

  • Trauma atau pola asuh: Pengalaman kekerasan seksual di masa lalu atau lingkungan yang sangat membatasi bisa membuat seseorang rentan mengalami gangguan seksual.

  • Depresi dan kecemasan: Keduanya bisa menimbulkan atau memperburuk masalah seperti kurangnya gairah (HSDD), impotensi, ejakulasi dini, vaginismus, dan nyeri saat berhubungan seks.

  • Masalah hubungan: Konflik dengan pasangan, kurangnya keintiman, rasa bersalah, malu, atau harga diri rendah bisa menyebabkan atau memperumit disfungsi seksual.

  • Gangguan stres pasca-trauma (PTSD): Orang yang pernah mengalami kekerasan seksual sering didiagnosis PTSD dan rentan terhadap gangguan gairah atau nyeri saat berhubungan.

Penyebab fisik

Berbagai kondisi medis bisa secara langsung maupun tidak langsung mengganggu fungsi organ seksual atau suasana hati yang mengendalikan respons seksual. Penyebab fisik utama terbagi dalam lima kategori:

  1. Kardiovaskular: Hipertensi, gagal jantung, dan penyakit jantung koroner dapat mengurangi aliran darah ke organ seksual sehingga melemahkan respons seksual.

  2. Fungsional: Kondisi seperti penyakit Peyronie pada laki-laki atau endometriosis pada perempuan menyebabkan nyeri saat berhubungan seks. Pembesaran prostat atau gangguan otot dasar panggul juga dapat mengganggu respons fisik.

  3. Hormon: Pada laki-laki, kadar testosteron yang rendah (hipogonadisme) menurunkan gairah, kekuatan ereksi, suasana hati, dan kepadatan tulang. Pada perempuan, fluktuasi hormon selama siklus menstruasi, kehamilan, dan menopause juga berdampak pada gairah dan kenyamanan seksual. Gangguan tiroid, hipofisis, atau kelenjar adrenal juga bisa berperan.

  4. Neurologis: Penyakit seperti epilepsi, neuropati diabetes, multiple sclerosis, Parkinson, atau cedera otak dan tulang belakang dapat merusak saraf yang mengatur respons seksual, termasuk ereksi pada laki-laki dan kepekaan vagina pada perempuan.

  5. Metabolik: Obesitas, sindrom metabolik, dan kolesterol tinggi memengaruhi hormon dan meningkatkan risiko penyakit jantung serta diabetes tipe 2, yang semuanya dapat berkontribusi pada disfungsi seksual.

Tumor dan kanker

  • Fibroid rahim dapat menyebabkan nyeri saat berhubungan.

  • Tumor sel Leydig jinak di ovarium atau testis mengubah kadar hormon dan mengganggu fungsi seksual.

  • Jenis kanker lainnya (seperti kandung kemih, serviks, kolon, prostat, rektal, testis, rahim) juga sering disertai gangguan seksual.

4. Diagnosis

Apabila masalah seksual terus berlangsung, kedua pasangan bisa mengalami kecemasan. Kecemasan dapat meningkat jika kamu dan pasangan tidak mendiskusikannya.

Apabila situasi tidak membaik atau curiga disfungsi seksual didasari oleh kondisi medis, maka inilah waktunya untuk menemui dokter.

Nantinya, dokter akan menanyakan riwayat medis, gejala apa saja yang dialami, dan obat-obatan apa saja yang sedang dikonsumsi. Dokter dapat memesan tes diagnostik untuk mengesampingkan masalah medis yang berkontribusi pada disfungsi seksual. Biasanya pengujian laboratorium memainkan peran yang sangat terbatas dalam diagnosis disfungsi seksual.

Evaluasi sikap tentang seks, serta faktor lain yang mungkin berkontribusi—ketakutan, kecemasan, trauma atau penyalahgunaan seksual masa lalu, masalah hubungan, obat-obatan, alkohol atau penyalahgunaan obat, dan lain-lain—membantu dokter memahami penyebab yang mendasari dan merekomendasikan pengobatan yang tepat.

5. Perawatan

Dalam kebanyakan kasus, disfungsi seksual dapat diatasi dengan mengobati masalah fisik atau psikologis yang mendasarinya. Jenis-jenis perawatannya dapat melibatkan:

  • Obat-obatan. Jika obat tertentu menyebabkan disfungsi seksual, mengganti jenis atau dosisnya bisa membantu. Orang dengan kekurangan hormon mungkin mendapat manfaat dari suntikan, pil, atau krim hormon. Pada laki-laki, obat seperti sildenafil, tadalafil, vardenafil, dan avanafil membantu memperbaiki ereksi. Pada perempuan, obat seperti buspirone, bupropion, flibanserin, dan bremelanotide dapat meningkatkan gairah. Terapi hormon juga bisa membantu jika penurunan gairah disebabkan menopause.

  • Alat bantu mekanis. Untuk mengatasi disfungsi ereksi, tersedia alat vakum dan implan penis. Ada juga alat vakum untuk perempuan. Dilator membantu merenggangkan vagina yang menegang akibat menopause. Alat seperti vibrator dapat memperbaiki kenikmatan seksual dan kemampuan mencapai orgasme.

  • Terapi seksual. Terapis seks membantu mengatasi masalah yang tidak bisa diselesaikan oleh dokter umum. Mereka sering juga berperan sebagai konselor pernikahan. Bekerja dengan profesional terlatih bisa sangat membantu pasangan yang ingin menikmati hubungan seksual mereka lebih baik.

  • Terapi perilaku. Melibatkan teknik-teknik tertentu, misalnya memahami pola perilaku yang merugikan dalam hubungan atau latihan stimulasi diri untuk mengatasi masalah rangsangan dan/atau orgasme.

  • Psikoterapi. Terapi dengan konselor berlisensi membantu mengatasi trauma seksual masa lalu, kecemasan, rasa takut, rasa bersalah, dan citra tubuh negatif. Semua faktor ini dapat memengaruhi fungsi seksual.

  • Edukasi dan komunikasi. Mempelajari tentang seks, perilaku, dan respons seksual dapat mengurangi kecemasan soal fungsi seksual. Berdiskusi terbuka dengan pasangan tentang kebutuhan dan kekhawatiran juga membantu mengatasi banyak hambatan bagi kehidupan seksual yang sehat.

Disfungsi seksual adalah sekelompok masalah yang menyebabkan kesulitan terus-menerus dalam melakukan, menikmati, atau menginginkan aktivitas seksual. Penyebabnya bisa bersifat fisik, mental, atau kombinasi keduanya. Jenis disfungsi seksual meliputi gangguan hasrat, rangsangan, orgasme, dan nyeri saat berhubungan. Penanganannya disesuaikan dengan jenis dan akar permasalahannya, dan dapat melibatkan obat-obatan serta berbagai bentuk terapi.

Referensi

Anna Kessler et al., “The Global Prevalence of Erectile Dysfunction: A Review,” BJU International 124, no. 4 (July 2, 2019): 587–99, https://doi.org/10.1111/bju.14813.

Megan McCool-Myers et al., “Predictors of Female Sexual Dysfunction: A Systematic Review and Qualitative Analysis Through Gender Inequality Paradigms,” BMC Women S Health 18, no. 1 (June 22, 2018), https://doi.org/10.1186/s12905-018-0602-4.

"What Is Sexual Dysfunction?" Verywell Health. Diakses Juli 2025.

Thula U Koops et al., “Association of Sexual Dysfunction According to DSM-5 Diagnostic Criteria With Avoidance of and Discomfort During Sex in a Population-based Sample,” Sexual Medicine 11, no. 3 (June 1, 2023), https://doi.org/10.1093/sexmed/qfad037.

Danyon Anderson et al., “Male Sexual Dysfunction,” Health Psychology Research 10, no. 3 (August 20, 2022), https://doi.org/10.52965/001c.37533.

Leslie SW, Sooriyamoorthy T. Erectile Dysfunction. [Updated 2024 Jan 9]. In: StatPearls [Internet]. Treasure Island (FL): StatPearls Publishing; 2025 Jan-. Available from: https://www.ncbi.nlm.nih.gov/books/NBK562253/.

"What to know about sexual dysfunction." Medical News Todays. Diakses Juli 2025.

Ajit Avasthi, Sandeep Grover, and Ts Sathyanarayana Rao, “Clinical Practice Guidelines for Management of Sexual Dysfunction,” Indian Journal of Psychiatry 59, no. 5 (January 1, 2017): 91, https://doi.org/10.4103/0019-5545.196977.

"Sexual Dysfunction." Cleveland Clinic. Diakses Juli 2025.

Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Nuruliar F
EditorNuruliar F
Follow Us