Eclampsia: Penyebab, Gejala, Diagnosis, Pengobatan

Merupakan komplikasi parah dari preeklamsia

Intinya Sih...

  • Eklamsia adalah komplikasi parah dari preeklamsia, terjadi pada 0,3 persen kehamilan global.
  • Kondisi ini menyebabkan kejang dan hanya terjadi selama kehamilan, memengaruhi 1 dari 2.000-3.000 kehamilan setiap tahun.
  • Eklamsia dapat berakibat fatal jika tidak diobati, menyumbang sekitar 14 persen kematian ibu secara global.

Eclampsia atau eklamsia adalah komplikasi parah dari preeklamsia dan menimbulkan risiko bagi ibu dan janin. Eklamsia adalah proses penyakit yang perlu segera diidentifikasi dan diobati.

Prevalensi eklamsia secara global dilaporkan sebesar 0,3 persen. Ini didasarkan pada analisis sekunder dari survei multinegara Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) yang mencakup 875 kasus eklamsia, dikumpulkan dalam waktu singkat hanya dari rumah sakit sekunder atau tersier.

1. Apa itu eklamsia?

Eklamsia adalah kondisi yang hanya terjadi selama kehamilan dan menyebabkan kejang, biasanya pada akhir kehamilan. Ini merupakan kondisi langka, diperkirakan memengaruhi 1 dari 2.000-3.000 kehamilan setiap tahun, seperti dilansir Medical News Today.

Kondisi ini mengikuti gangguan tekanan darah tinggi yang disebut preeklamsia. Pada preeklamsia, tingkat tekanan darah tinggi pada ibu mengurangi suplai darah ke janin. Ini bisa berarti janin tidak menerima oksigen dan nutrisi sebanyak yang seharusnya.

Banyak kehamilan yang terkena eklamsia atau preeklamsia adalah kehamilan pertama. Sementara eklamsia bisa berakibat fatal jika tidak diobati, sangat jarang ibu hamil meninggal karena kondisi tersebut di negara maju.

Secara global, eklamsia menyumbang sekitar 14 persen kematian ibu (The Lancet Global Health, 2014). Pada sebagian besar kasus, gejala preeklamsia ringan dan tidak memerlukan intervensi apa pun selain pemantauan dan kemungkinan perubahan pola makan.

2. Perbedaan antara eklamsia dan preeklamsia

Eclampsia: Penyebab, Gejala, Diagnosis, Pengobatanilustrasi eclampsia (pexels.com/mikoto.raw Photographer)

Eklamsia adalah tahap akhir dari preeklamsia dan membutuhkan perhatian medis segera. Sebagian besar kasus terdeteksi pada awal kehamilan sebelum berkembang menjadi eklamsia.

Meskipun tidak ada obat untuk preeklamsia, dokter akan sering meresepkan obat untuk menurunkan tekanan darah atau antikonvulsan untuk mencegah kejang.

Baik pada preeklamsia dan eklamsia, satu-satunya obat adalah untuk ibu yang terdampak adalah dengan melahirkan. Kasus ringan preeklamsia bisa dipantau selama kehamilan untuk menentukan apakah aman untuk membiarkan kehamilan sampai cukup bulan. 

Kasus yang lebih parah mungkin memerlukan intervensi segera, sering kali dalam bentuk induksi atau persalinan sesar. Paling umum, persalinan sesar akan diperlukan untuk mencegah kenaikan tekanan darah yang sering terlihat saat persalinan.

3. Penyebab dan faktor risiko

Penyebab pasti eklamsia belum diketahui. Setiap kasusnya unik, dan ibu hamil mungkin memiliki sedikit karakteristik atau tidak sama sekali dibanding ibu hamil lain yang mengalami kondisi yang sama.

Sebagian besar penelitian terbaru berfokus pada penentuan faktor risiko preeklamsia pada awal kehamilan untuk mencegah atau memprediksi perkembangan kondisi di kemudian hari.

Faktor risiko untuk preeklamsia dan eklamsia akan bervariasi dari satu pasien dengan pasien lainnya. Faktor-faktor yang harus dipertimbangkan adalah:

  • Riwayat kehamilan: Sebagian besar kasus preeklamsia terjadi pada kehamilan pertama. Kehamilan sebelumnya dengan hasil yang buruk juga dapat meningkatkan risiko eklamsia.
  • Usia: Kehamilan remaja dan kehamilan pada perempuan di atas 35 tahun memiliki peningkatan risiko terkena eklamsia.
  • Riwayat keluarga: Kasus preeklamsia atau eklamsia pada anggota keluarga dapat menandakan kecenderungan genetik terhadap kondisi tersebut.
  • Obesitas: Perempuan dengan obesitas memiliki risiko lebih tinggi terkena eklamsia.
  • Tekanan darah tinggi: Pasien dengan tekanan darah tinggi jangka panjang berada pada risiko lebih tinggi terkena eklamsia.

Kondisi medis lainnya, termasuk lupus, diabetes gestasional, dan penyakit ginjal, juga meningkatkan risiko eklamsia.

4. Gejala

Eclampsia: Penyebab, Gejala, Diagnosis, Pengobatanilustrasi ibu hamil (pexels.com/cottonbro studio)

Karena preeklamsia dapat menyebabkan eklamsia, seseorang mungkin memiliki gejala dari kedua kondisi tersebut. Namun, beberapa gejala mungkin disebabkan oleh kondisi lain, seperti penyakit ginjal atau diabetes.

Penting untuk memberi tahu dokter tentang kondisi apa pun yang dimiliki sehingga dokter dapat mengesampingkan kemungkinan penyebab lainnya.

Berikut ini adalah gejala umum preeklamsia:

  • Tekanan darah tinggi.
  • Pembengkakan di wajah atau tangan.
  • Sakit kepala.
  • Penambahan berat badan yang berlebihan.
  • Mual dan muntah.
  • Masalah penglihatan, termasuk episode dengan kehilangan penglihatan atau penglihatan kabur.
  • Kesulitan buang air kecil.
  • Sakit perut, terutama di perut kanan atas.

Pasien dengan eklamsia dapat memiliki gejala seperti yang disebutkan di atas, atau bahkan mungkin muncul tanpa gejala sebelum timbulnya eklamsia. Inilah beberapa gejala umum eklamsia:

  • Kejang.
  • Penurunan kesadaran.
  • Agitasi.

5. Kondisi yang berkaitan

Eklamsia memiliki beberapa kondisi terkait yang dapat muncul sebagai gejala ataupun kondisi yang berdiri sendiri. Kondisi ini dapat meliputi:

  • Edema: Pembengkakan jaringan yang disebabkan oleh penumpukan cairan di jaringan. Ini biasanya muncul sebagai pembengkakan di ekstremitas.
  • Edema paru: Menyebabkan penumpukan cairan yang sama di paru-paru, yang dapat menyebabkan kesulitan bernapas.
  • Sakit kepala: Kemungkinan disebabkan oleh tekanan darah tinggi yang disebabkan oleh eklamsia.
  • Diabetes gestasional: Gejala diabetes yang disebabkan oleh kehamilan, yang dapat menyebabkan berat badan bayi bertambah secara berlebihan selama kehamilan. Diabetes gestasional dapat diobati dengan kombinasi perubahan pola makan dan pengobatan.

Seperti disebutkan sebelumnya, setiap kasus eklamsia berbeda. Seseorang dapat mengembangkan salah satu dari gejala ini atau tidak sama sekali.

6. Diagnosis

Eclampsia: Penyebab, Gejala, Diagnosis, Pengobatanilustrasi pemeriksaan kehamilan (pexels.com/MART PRODUCTION)

Dirangkum dari MedlinePlus, dokter akan melakukan pemeriksaan fisik untuk mencari penyebab kejang. Tekanan darah dan laju pernapasan akan diperiksa secara teratur.

Tes darah dan urine mungkin akan dilakukan untuk memeriksa:

  • Faktor pembekuan darah.
  • Kreatinin.
  • Hematokrit.
  • Asam urat.
  • Fungsi hati.
  • Jumlah trombosit.
  • Protein dalam urine.
  • Kadar hemoglobin.

7. Pengobatan

Pada masa lalu, perempuan yang menghadapi komplikasi preeklamsia telah diarahkan oleh ahli kesehatan untuk mengonsumsi aspirin dosis rendah setiap hari setelah 12 minggu kehamilan.

Satu-satunya cara untuk menyembuhkan gejala eklamsia adalah dengan melahirkan bayi. Membiarkan kehamilan berlanjut sementara ibu mengalami eklamsia dapat mengakibatkan komplikasi.

Dalam kebanyakan kasus, gejala eklamsia sembuh sendiri dalam waktu 6 minggu setelah bayi lahir. Dalam kasus yang jarang, dapat terjadi kerusakan permanen pada organ vital. Itulah kenapa sangat penting bagi perempuan untuk memberi tahu dokter tentang gejala-gejala yang dirasakan.

Apabila kamu mengalami gejala-gejala yang telah disebutkan sebelumnya, segera buat janji temu dengan dokter. Kamu harus mengetahui faktor risiko yang dimiliki dan memastikan untuk memberi tahu dokter, sehingga dokter siap untuk kemungkinan diagnosis.

Tujuan keseluruhannya adalah untuk memiliki kehamilan yang sehat dan melahirkan bayi yang bahagia dan sehat. Memperhatikan kesehatan adalah cara terbaik untuk mewujudkannya.

8. Komplikasi yang bisa terjadi

Eclampsia: Penyebab, Gejala, Diagnosis, Pengobatanilustrasi pasien dirawat di rumah sakit (pexels.com/RODNAE Productions)

Perempuan dengan eklamsia ataupun preeklamsia berisiko lebih tinggi untuk mengalami:

  • Pemisahan plasenta (plasenta abruptio).
  • Kelahiran prematur yang dapat menyebabkan komplikasi pada bayi.
  • Masalah pembekuan darah.
  • Stroke.
  • Kematian bayi.

Mendapatkan perawatan medis selama kehamilan sangat penting untuk mencegah komplikasi. Hal ini memungkinkan masalah seperti preeklamsia untuk dideteksi dan diobati secara dini. 

Mendapatkan perawatan medis yang tepat untuk preeklamsia dapat mencegah perkembangan penyakit menjadi bentuk yang lebih parah seperti eklamsia. Kontrol rutin sesuai rekomendasi dokter untuk memantau tekanan darah, darah, dan urine. Bicarakan dengan dokter maupun bidan tentang gejala apa pun yang dialami.

Topik:

  • Nurulia R F

Berita Terkini Lainnya