Infeksi Payudara (Mastitis): Penyebab, Gejala, Pengobatan

Bisa juga dialami perempuan yang tidak menyusui dan pria

Mastitis adalah peradangan jaringan payudara yang terkadang melibatkan infeksi. Peradangan menyebabkan nyeri payudara, pembengkakan, kehangatan, dan kemerahan. Demam dan menggigil juga mungkin terjadi.

Mastitis paling sering menyerang ibu menyusui (mastitis laktasi), walaupun kondisi ini juga bisa dialami oleh perempuan yang tidak menyusui serta laki-laki.

1. Penyebab

Mastitis adalah infeksi pada jaringan payudara yang paling sering terjadi selama masa menyusui. Ini dapat terjadi ketika bakteri, sering kali dari mulut bayi, memasuki saluran susu melalui celah di puting susu.

Infeksi payudara paling umum muncul 1–3 bulan setelah melahirkan bayi, tetapi bisa juga dialami perempuan yang tidak melahirkan dan perempuan setelah menopause.

Penyebab infeksi lainnya termasuk mastitis kronis dan jenis kanker langka yang disebut karsinoma inflamasi.

Pada perempuan yang sehat, mastitis tergolong jarang terjadi. Namun, perempuan dengan diabetes, penyakit kronis, AIDS, atau sistem kekebalan yang terganggu mungkin lebih rentan.

Dilansir WebMD, sekitar 1–3 persen ibu menyusui mengembangkan mastitis. Pembengkakan dan pengosongan payudara yang tidak lengkap dapat menyebabkan masalah dan memperburuk gejala.

Mastitis kronis juga bisa dialami perempuan yang tidak menyusui. Pada perempuan post-menopause, infeksi payudara mungkin berhubungan dengan inflamasi kronis pada saluran di bawah puting susu. Perubahan hormon dalam tubuh dapat menyebabkan saluran susu tersumbat oleh sel-sel kulit mati dan kotoran. Saluran yang tersumbat ini membuat payudara lebih rentan terhadap infeksi bakteri. Infeksi cenderung kembali setelah pengobatan dengan antibiotik.

Faktor risiko

Mastitis umumnya muncul selama 6–12 minggu pertama menyusui. Namun, laki-laki dan perempuan yang tidak menyusui juga bisa mengalaminya. Kamu lebih mungkin terkena mastitis jika memiliki:

  • Implan payudara.
  • Diabetes atau penyakit autoimun lainnya.
  • Eksem atau kondisi kulit serupa.
  • Torehan di kulit karena mencabut atau mencukur bulu dada.
  • Tindik pada puting payudara.
  • Merokok.
  • Riwayat mastitis laktasi.
  • Puting sakit atau pecah-pecah, meskipun mastitis dapat berkembang tanpa kulit yang rusak.
  • Memakai bra ketat atau menekan payudara saat menggunakan sabuk pengaman atau membawa tas berat, yang dapat membatasi aliran ASI.
  • Teknik menyusui yang tidak tepat.
  • Kelelahan atau stres.
  • Nutrisi yang buruk.

2. Jenis

Infeksi Payudara (Mastitis): Penyebab, Gejala, Pengobatanilustrasi mastitis (clevelandclinic.org)

Dirangkum Cleveland Clinic, ada dua jenis mastitis, yaitu:

  • Mastitis laktasi: Jenis ini dialami ibu menyusui. Juga dikenal sebagai mastitis puerperal, ini merupakan jenis yang paling umum.
  • Mastitis periduktal: Perempuan menopause, post-menopause, dan perokok lebih berisiko mengalami mastitis periduktal. Juga dikenal sebagai mammary duct ectasia, kondisi ini muncul ketika saluran susu menebal. Puting payudara yang terkena dapat masuk ke dalam (inverted nipple) dan mengeluarkan cairan seperti susu.

3. Gejala

Infeksi payudara dapat menyebabkan nyeri, kemerahan, dan kehangatan pada payudara dengan gejala berikut:

  • Nyeri tekan dan pembengkakan.
  • Nyeri tubuh.
  • Kelelahan.
  • Pembengkakan payudara.
  • Demam dan kedinginan.
  • Abses: Abses payudara bisa menjadi komplikasi mastitis. Massa non kanker seperti abses lebih sering lunak dan sering terasa bergerak di bawah kulit. Tepi massa biasanya teratur dan terdefinisi dengan baik. Indikasi bahwa infeksi yang lebih serius ini telah terjadi adalah benjolan lunak di payudara yang tidak mengecil setelah menyusui (jika abses jauh di dalam payudara, kamu mungkin tidak bisa merasakannya), nanah mengalir dari puting, serta demam persisten dan tidak ada perbaikan gejala dalam 48–72 jam pengobatan.

Baca Juga: Mastitis pada Ibu Menyusui: Penyebab, Gejala, Pengobatan, Pencegahan

4. Diagnosis

Infeksi Payudara (Mastitis): Penyebab, Gejala, Pengobatanilustrasi konsultasi dokter (freepik.com/tirachardz)

Mastitis cukup mudah didiagnosis. Dokter akan melakukan pemeriksaan fisik dan menanyakan gejala. Apabila gejalanya parah, atau jika tidak merespons pengobatan, dokter mungkin mengambil sampel ASI untuk pengujian.

Pengujian ini akan:

  • Menentukan apakah ada infeksi bakteri.
  • Mengidentifikasi jenis bakteri untuk membantu dokter memilih pengobatan terbaik.
  • Jika masalah menyusui dicurigai sebagai penyebabnya, ibu menyusui mungkin diminta untuk menunjukkan bagaimana dia menyusui.

Penting bagi ibu untuk tidak merasa disalahkan atau dihakimi. Menyusui sering kali membutuhkan latihan untuk menyempurnakannya.

Kanker payudara inflamasi, jenis kanker payudara yang langka, juga dapat memiliki gejala kemerahan dan pembengkakan yang serupa. Dalam beberapa kasus yang jarang, biopsi dapat dilakukan untuk menyingkirkan kemungkinan kanker payudara.

5. Pengobatan

Perawatan mastitis mungkin melibatkan:

  • Pemberian antibiotik: Jika memiliki infeksi, biasanya diperlukan antibiotik selama 10 hari. Sangat penting untuk mengambil semua obat untuk meminimalkan kemungkinan kambuh. Jika mastitis tidak hilang setelah minum antibiotik, tindak lanjuti dengan dokter.
  • Obat pereda nyeri: Dokter mungkin merekomendasikan pereda nyeri yang dijual bebas, seperti asetaminofen atau ibuprofen.

Aman untuk melanjutkan menyusui jika Anda menderita mastitis. Menyusui sebenarnya membantu membersihkan infeksi. Menyapih bayi secara tiba-tiba cenderung memperburuk tanda dan gejala.

Dokter mungkin merujuk pasien ke konsultan laktasi untuk bantuan dan dukungan berkelanjutan. Saran untuk menyesuaikan teknik menyusui mungkin termasuk berikut ini:

  • Menghindari pengisian payudara yang terlalu lama dengan susu sebelum menyusui.
  • Mencoba memastikan perlekatan menyusui dengan benar, yang bisa menjadi sulit ketika payudara membesar. Memerah sedikit susu dengan tangan sebelum menyusui mungkin bisa membantu.
  • Memijat payudara saat menyusui atau memompa, dari daerah yang terkena ke bawah ke arah puting.
  • Pastikan payudara terkuras sepenuhnya selama menyusui. Jika kesulitan mengosongkan sebagian payudara, aplikasikan kompres panas dan lembap ke payudara sebelum menyusui atau memompa ASI.
  • Menyusui di sisi yang sakit terlebih dahulu, saat bayi lebih lapar dan mengisap lebih kuat.
  • Variasikan posisi menyusui.

6. Komplikasi yang dapat terjadi

Infeksi Payudara (Mastitis): Penyebab, Gejala, Pengobatanilustrasi ibu menyusui dan risiko mastitis (unsplash.com/Wes Hicks)

Jika tidak diobati, infeksi payudara seperti mastitis dapat menyebabkan abses payudara. Jenis abses ini biasanya perlu dikeringkan melalui pembedahan. Jika memiliki abses yang perlu dikeringkan, dokter akan melakukan operasi kecil atau menggunakan jarum kecil untuk mengalirkan nanah.

Sering kali, pasien mungkin perlu dirawat di rumah sakit untuk mendapatkan antibiotik intravena. Abses payudara tidak akan hilang dengan kompres hangat.

7. Pencegahan

Untuk memulai hubungan menyusui dengan bayi dengan baik, dan untuk menghindari komplikasi seperti mastitis, pertimbangkan untuk menemui konsultan laktasi. Mereka dapat memberikan tips dan nasihat berharga untuk teknik menyusui yang tepat.

Kamu bisa meminimalkan risiko mengembangkan mastitis dengan tips ini:

  • Kosongkan payudara dari ASI sepenuhnya saat menyusui.
  • Biarkan bayi mengosongkan satu payudara sepenuhnya sebelum beralih ke payudara lainnya selama menyusui.
  • Ubah posisi menyusui dari satu sesi ke sesi lainnya.
  • Pastikan bayi menyusu dengan benar selama menyusui.
  • Jika merokok, berhentilah. Jika sulit, konsultasikan dengan dokter.

Konsultasikan setiap perubahan pada payudara dengan dokter. Walaupun mastitis tidak bersifat kanker, tetapi gejala tetap perlu dievaluasi oleh dokter. Jarang, gejala infeksi payudara merupakan tanda peradangan kanker payudara. Ibu menyusui yang terkena mastitis dapat mengambil manfaat dari konsultasi dengan konsultan laktasi. Mereka dapat memastikan teknik perlekatan dan menyusui yang tepat sehingga bisa membantu mencegah mastitis.

Baca Juga: Mastitis Periductal: Gejala, Penyebab, dan Pengobatan

Topik:

  • Nurulia
  • Delvia Y Oktaviani
  • Bayu Nur Seto

Berita Terkini Lainnya