Waspada Kanker Kelenjar Getah Bening, Pentingnya Deteksi Dini

Selain benjolan, kenali karakteristik lain kanker ini

Kanker kelenjar getah bening atau limfoma, atau juga disebut kanker limfatik, adalah sel kanker yang bermula di kelenjar getah bening. Sel kanker juga bisa bermula di area lain di tubuh dan menyebar ke kelenjar getah bening melalui proses yang disebut metastasis. Kanker ini kemudian dapat menyebar melalui sistem limfatik ke area lain di tubuh, membuat kanker menjadi lebih serius dan sulit diobati.

Salah satu gejala awal kanker kelenjar getah bening biasanya adalah limfadenopati, yang mengacu pada pembengkakan kelenjar getah bening.

Limfoma, seperti kanker lainnya, tidak boleh disepelekan. Menurut data Kementerian Kesehatan RI, limfoma merupakan kanker dengan jumlah kasus tertinggi ke-7 atau 4,1 persen dari seluruh jumlah kasus kanker (16.125 kasus).

Apakah limfoma bisa disembuhkan?

Limfoma adalah sekelompok kanker darah dan sumsum tulang yang berkembang di sistem limfatik, komponen penting dari jaringan tubuh yang melawan infeksi. Sistem limfatik meliputi timus, limpa, sumsum tulang, dan kelenjar getah bening di seluruh tubuh. Lebih khusus lagi, limfoma berasal dari sejenis sel darah putih yang dikenal sebagai limfosit.

Ada beberapa jenis limfoma, yaitu limfoma Hodgkin dan limfoma non-Hodgkin, serta berbagai subtipe masing-masingnya.

Limfoma dikategorikan berdasarkan jenis sel kanker yang ada, seperti sel Reed-Sternberg, yang dapat diidentifikasi ketika sampel jaringan dilihat di bawah mikroskop.

Bentuk limfoma tertentu, seperti limfoma Hodgkin stadium awal, biasanya memberikan respons yang baik terhadap pengobatan sehingga memiliki tingkat kesembuhan yang tinggi.

Prognosis seseorang setelah diagnosis limfoma bergantung pada stadium dan jenis limfoma. Banyak jenis limfoma yang dapat diobati dan dapat disembuhkan.

Beberapa jenis limfoma juga tumbuh lambat. Dalam kasus ini, dokter mungkin memilih untuk tidak mengobati karena prognosisnya, meskipun dengan limfoma, masih baik dalam jangka panjang.

Menurut American Cancer Society, tingkat kelangsungan hidup 5 tahun untuk limfoma Hodgkin stadium 1 adalah 91 persen; untuk tahap 4 adalah 81 persen. Untuk limfoma non-Hodgkin, tingkat kelangsungan hidup 5 tahun adalah 73 persen; tingkat kelangsungan hidup 10 tahun adalah 57 persen.

Secara umum, limfoma dianggap sangat bisa diobati. Namun, pandangan setiap pasien dapat berbeda-beda berdasarkan beberapa faktor, terutama jenis dan tingkat keparahan diagnosis serta seberapa dini kanker terdeteksi.

Faktor lainnya yang dapat memengaruhi prognosis dan tingkat kelangsungan hidup limfoma meliputi:

  • Usia, kesehatan secara keseluruhan, dan keputusan pengobatan pasien.
  • Apakah kanker telah menyebar ke organ atau jaringan di luar sistem limfatik.
  • Status kinerja pasien, yang mengukur seberapa baik dia mampu melakukan aktivitas normal sehari-hari.
  • Tingkat enzim spesifik dalam darah yang dikenal sebagai laktat dehidrogenase (LDH), yang berfungsi sebagai penanda kerusakan jaringan dan biasanya meningkat seiring dengan jumlah limfoma dalam tubuh.

Untuk mencapai hasil dan kualitas hidup terbaik setelah diagnosis limfoma, penting untuk bekerja sama dengan spesialis berpengalaman di pusat kanker.

Pentingnya deteksi dini

Waspada Kanker Kelenjar Getah Bening, Pentingnya Deteksi Diniilustrasi berkonsultasi dengan dokter (freepik.com/pressfoto)

Kebanyakan pasien limfoma menemui dokter saat kondisinya sudah stadium lanjut. Padahal, kondisi ini membuat proses pengobatai menjadi panjang dengan tingkat keberhasilan pengobatan yang menurun ketimbang jika diobati pada stadium awal. Meskipun limfoma dapat dideteksi sejak dini, tetapi saat ini belum ada tes skrining.

Berikut ini cara deteksi dini limfoma, dari mengetahui gejala dan faktor risiko kamu.

1. Jangan mengabaikan benjolan

Dilansir Moffitt Cancer Center, kelenjar getah bening dianggap membesar jika diameternya lebih dari 1,5 sentimeter (cm). Berikut ini karakteristik benjolan limfoma:

  • Meskipun benjolan limfoma sering kali muncul berkelompok, tetapi tidak menutup kemungkinan hanya ada satu benjolan.
  • Benjolan mungkin terbatas pada satu area tubuh, seperti leher, atau berkembang di beberapa area, seperti leher, ketiak, dan selangkangan.
  • Benjolan limfoma terasa kenyal dan biasanya tidak menimbulkan rasa sakit.
    Meskipun beberapa benjolan limfoma berkembang dalam hitungan hari, tetapi benjolan lainnya membutuhkan waktu berbulan-bulan atau bahkan bertahun-tahun untuk terlihat.

2. Selain benjolan, waspadai gejala lainnya

Waspada Kanker Kelenjar Getah Bening, Pentingnya Deteksi Diniilustrasi limfoma di kulit (lymphoma-action.org.uk)

Gejala limfoma lainnya bisa meliputi:

  • Pembesaran limpa (splenomegali). Limfoma menyebabkan pembesaran limpa jika sel-sel kanker menumpuk di dalam limpa atau jika keganasan memaksa limpa bekerja lebih keras dari biasanya. Meski pembesaran limpa tidak selalu menimbulkan gejala nyata, tetapi terkadang dapat menimbulkan nyeri atau rasa penuh di rongga perut sisi kiri atas.
  • Demam yang tidak diketahui penyebabnya dan keringat malam yang parah. Ini terjadi karena sel limfoma menghasilkan bahan kimia tertentu yang dapat meningkatkan suhu tubuh. Akibatnya, orang dengan limfoma sering mengalami keringat malam yang parah hingga membuat piyama, seprai, dan selimut basah kuyup. Keringat malam juga bisa terjadi sebagai respons terhadap bahan kimia tertentu yang diproduksi oleh sel limfoma dalam tubuh. Keringat berlebihan ini juga bisa terjadi pada siang hari.
  • Kelelahan. Limfoma dapat menyebabkan lelah—baik secara fisik, mental, atau emosional—tanpa alasan yang jelas. Dalam banyak kasus, kelelahan ini akan sangat parah sehingga menghalangi seseorang untuk melakukan rutinitas normal. Berbeda dengan rasa lelah pada umumnya, tidur dan istirahat tidak akan membuat orang tersebut merasa lebih baik. Para peneliti masih menduga ini disebabkan karena perubahan kadar hormon, kesulitan tidur, dan menurunnya nafsu makan.
  • Penurunan berat badan tanpa penyebab yang jelas. Waspadai berat badan turun cukup cepat tanpa diet dan olahraga lebih dari biasanya. Hal ini sering terjadi karena sel-sel limfoma menghabiskan cadangan energi, dan karena tubuh menggunakan energi ekstra untuk melawan kanker.
  • Ruam atau gatal yang tidak diketahui penyebabnya. Rasa gatal ini cenderung memburuk pada malam hari saat berbaring di tempat tidur, dan dalam beberapa kasus dapat menimbulkan sensasi terbakar. Dalam beberapa kasus, rasa gatal mungkin disertai ruam, sementara pada kasus lain tidak ada ruam sama sekali. Para peneliti percaya bahwa rasa gatal disebabkan oleh reaksi sistem kekebalan terhadap sel limfoma. Saat sistem kekebalan tubuh mencoba melawan limfoma, sistem kekebalan tersebut menghasilkan bahan kimia tertentu yang dapat mengiritasi saraf dan menyebabkan gatal.
  • Masalah yang terlokalisasi. Selain gejala sistemik (memengaruhi seluruh tubuh), orang dengan limfoma mungkin mengalami gejala lokal (terbatas pada area di mana limfoma berada). Dalam banyak kasus, gejala lokal terjadi karena pembengkakan kelenjar getah bening akibat limfoma menekan jaringan di sekitarnya. Misalnya, jika limfoma menyebabkan kelenjar getah bening di dada membengkak, seseorang mungkin mengalami nyeri dada dan kesulitan bernapas. Atau, jika limfoma ada di perut seseorang, seseorang mungkin merasa kenyang.
  • Nyeri dada, perut, atau tulang. Limfoma non-Hodgkin, secara khusus, mungkin menyebabkan nyeri di dada, perut, atau tulang tanpa alasan yang jelas.

Baca Juga: Limfoma Non-Hodgkin: Gejala, Penyebab, dan Pengobatan

3. Gejala pada perempuan

Dalam beberapa kasus, limfoma akan berkembang dalam sistem reproduksi perempuan. Gejala limfoma sering kali disalahartikan sebagai masalah medis lain, terutama pada limfoma yang menyerang organ reproduksi perempuan. Oleh karena itu, penting untuk memperhatikan gejala-gejala berikut yang dapat mengindikasikan adanya limfoma genital perempuan:

  • Pendarahan tidak normal di dalam rahim.
  • Massa panggul.
  • Nyeri atau tekanan di dalam rongga perut atau panggul.
  • Nyeri saat berhubungan seksual.

4. Ketahui faktor risiko kanker kelenjar getah bening

Waspada Kanker Kelenjar Getah Bening, Pentingnya Deteksi Diniilustrasi sel kanker (unsplash.com/NCI)

Diterangkan dalam laman Mayo Clinic, beberapa faktor yang dapat meningkatkan risiko limfoma meliputi:

  • Usia. Beberapa jenis limfoma lebih umum pada orang dewasa yang lebih muda, sementara yang lainnya paling sering didiagnosis pada usia di atas 55 tahun.
  • Jenis kelamin laki-laki. Mereka lebih mungkin untuk mengembangkan limfoma daripada perempuan.
  • Sistem kekebalan tubuh yang terganggu. Limfoma lebih sering terjadi pada orang dengan penyakit sistem kekebalan tubuh atau pada orang yang mengonsumsi obat yang menekan sistem kekebalan tubuhnya.
  • Mengembangkan infeksi tertentu. Beberapa infeksi berhubungan dengan peningkatan risiko limfoma, termasuk virus Epstein-Barr dan infeksi Helicobacter pylori.

5. Pengobatan tuberkulosis yang tidak berhasil

Ada kasus seorang perempuan berusia 23 tahun awalnya datang ke departemen reumatologi dengan riwayat nyeri neuropatik selama lebih dari satu tahun, disertai jumlah sel darah putih yang tidak normal dan penanda inflamasi. Hal ini diselidiki dengan pencitraan resonansi magnetik yang menghasilkan temuan massa mediastinum dan infiltrat paru secara tidak sengaja.

Dari situ, diagnosis awal tuberkulosis (TBC) dibuat meskipun hasil tes basil tahan asam (BTA) negatif dan pengobatan anti-TBC telah dimulai. Empat bulan kemudian, setelah kerusakan klinis dan penyelidikan lebih lanjut, biopsi mediastinum membantu dalam mendiagnosis limfoma Hodgkin tahap 4 (Journal of Medical Case Reports, 2021).

Limfoma sering salah didiagnosis sebagai TBC, sehingga memperpanjang waktu pengobatan dan dapat berdampak buruk pada prognosis pasien karena perkembangan penyakit. Pedoman TBC yang ada untuk kasus BTA negatif tidak jelas kapan harus mempertimbangkan diagnosis alternatif. Pada TBC BTA negatif, limfoma harus dipertimbangkan sebagai pemeriksaan diagnostik diferensial dan definitif, seperti pengujian molekuler dan pemeriksaan histologis biopsi harus dipertimbangkan lebih awal dalam pemeriksaan diagnostik untuk mencegah keterlambatan diagnostik.

Pasalnya, Indonesia adalah salah satu negara endemi TBC. Ini berisiko banyak gejala limfoma yang kerap disalahartikan sebagai gejala TBC. Kalau sudah begitu, dokter akan memberikan obat antituberkulosis. Kalau memang itu TBC, dua minggu pengobatan akan ada perbaikan, seperti nafsu makan membaik dan berat badan naik. Kalau tidak membaik, perlu dicurigai sesuatu yang lain.

Kalau mengalami salah satu atau beberapa tanda dan gejala di atas, sebaiknya temui dokter. Beberapa tes dan prosedur untuk mendiagnosis limfoma antara lain pemeriksaan fisik (memeriksa pembengkakan kelenjar getah bening, termasuk di leher, ketiak dan selangkangan, serta pembengkakan limpa atau hati), biopsi kelenjar getah bening, tes darah, mengambil sampel sumsum tulang belakang untuk diperiksa, dan tes pencitraan (CT, MRI, dan PET).

Limfoma dianggap sangat bisa diobati jika terdeteksi dini dan segera menjalani pengobatan.

Baca Juga: Limfoma Hodgkin: Penyebab, Gejala, Diagnosis, dan Pengobatan

Topik:

  • Nurulia

Berita Terkini Lainnya