12 Obat yang Berbahaya Jika Konsumsinya Dihentikan Tiba-tiba

Tanyakan dokter tentang mengurangi dosisnya secara perlahan

Saat menjalani pengobatan untuk kondisi tertentu, banyak orang ingin menghentikannya saat merasa sudah lebih baik. "Dok, apakah sudah boleh stop minum obat?", mungkin itu yang kamu tanyakan ke dokter saat kontrol. Jawabannya ternyata kompleks.

Faktanya, beberapa obat-obatan bisa berbahaya jika konsumsinya dihentikan secara tiba-tiba. Tidak hanya bisa membuat kondisi memburuk, tetapi kamu juga bisa mengalami efek samping obat serius. Dengan beberapa obat seperti antidepresan, menghentikannya secara tiba-tiba lebih berisiko makin lama obat tersebut digunakan.

Beberapa obat dosisnya perlu diturunkan secara bertahap, dan ini hanya boleh dilakukan lewat perencanaan dokter. Dokter dapat menurunkan dosis secara perlahan selama periode waktu tertentu.

Baca terus untuk mengetahui daftar obat-obatan yang bisa berbahaya jika konsumsinya dihentikan secara tiba-tiba.

1. Baclofen

Termasuk kelompok relaksan otot, baclofen digunakan untuk mengobati kejang otot pada orang dengan cedera tulang belakang dan multiple sclerosis (MS). Putus obat (withdrawal) dari obat ini dapat terjadi dari bentuk sediaan injeksi atau oral. 

Gejala putus obat dapat meliputi demam, kelemahan, mual, dan kejang otot yang memburuk. Gejala dari bentuk sediaan injeksi cenderung lebih parah, bisa menyebabkan halusinasi, delirium, dan kejang. Jika dibiarkan, bahkan bisa menyebabkan kematian, dilansir GoodRx Health.

Apabila kamu diresepkan baclofen, oral maupun injeksi, jangan menghentikan pengobatan secara tiba-tiba.

2. Clonidine

12 Obat yang Berbahaya Jika Konsumsinya Dihentikan Tiba-tibailustrasi minum obat (unsplash.com/Towfiqu barbhuiya)

Clonidine adalah obat untuk tekanan darah tinggi, walaupun ini bukan pilihan pertama. Ini juga digunakan di luar label untuk kondisi lain, seperti ketergantungan nikotin, putus obat opioid, atau gangguan tic.

Menghentikannya secara tiba-tiba bisa menyebabkan lonjakan hormon stres, terutama norepinefrin (noradrenalin). Hal ini dapat menyebabkan situasi tekanan darah yang sangat tinggi yang dikenal sebagai efek "hipertensi rebound".

Sebelum menghentikan clonidine, bicarakan dengan dokter tentang cara menurunkan dosis dengan aman.

3. Propranolol dan obat tekanan darah lainnya

Propranolol mengobati banyak kondisi jantung, termasuk tekanan darah tinggi, nyeri dada, dan fibrilasi atrium. Obat ini juga dapat melindungi jantung setelah serangan jantung.

Penggunaan lain yang disetujui untuk propranolol yang tidak terkait dengan jantung termasuk tremor, tumor spesifik kelenjar adrenal (pheochromocytoma), dan pencegahan migrain. Kadang obat ini juga digunakan di luar label untuk kecemasan kinerja.

Propranolol termasuk golongan obat beta blocker. Menghentikannya dapat menyebabkan gejala putus obat, termasuk tekanan darah lebih tinggi, sakit dada, kecemasan, detak jantung cepat, dan serangan jantung.

Menghentikan obat tekanan darah secara tiba-tiba bisa berbahaya karena dapat menyebabkan tekanan darah meningkat dengan cepat.

Obat-obatan yang dimaksud meliputi amlodipine, losartan, dan spironolactone.

4. Obat nyeri opioid

12 Obat yang Berbahaya Jika Konsumsinya Dihentikan Tiba-tibailustrasi seseorang akan meminum obat (pexels.com/RonLach)

Kodein, morfin, dan hidrokodon adalah opioid yang diresepkan dokter untuk mengobati rasa sakit. Jika kamu telah meminumnya selama berbulan-bulan dengan dosis yang substansial, ketika menghentikannya, kamu akan mengalami gejala putus obat seperti yang terlihat pada orang yang menggunakan heroin, mengutip dari Reader's Digest. 

Kegelisahan, kecemasan, diare, dan nyeri umum hanyalah beberapa gejala putus obat yang mungkin dialami berhenti menggunakan opioid secara tiba-tiba. 

Jika kamu diberi resep opioid untuk pertama kalinya, tanyakan tentang alternatifnya. Opioid hanyalah salah satu dari banyak obat pereda nyeri yang sering dihindari oleh dokter.

5. Prednisone dan obat kortikosteroid lainnya

Prednisone adalah obat kortikosteroid yang dapat mengobati banyak kondisi medis, termasuk alergi, kondisi kulit tertentu, artritis reumatoid, beberapa kanker, dan kondisi ginjal.

Jika kamu sudah menggunakan obat ini selama lebih dari seminggu, kamu mungkin mengalami efek samping putus obat jika menghentikannya secara tiba-tiba. Ini dapat menyebabkan kelenjar adrenal berhenti bekerja. Kelenjar adrenal menghasilkan banyak hormon yang membantu tubuh berfungsi secara normal.

Menghentikan prednisone dapat menyebabkan gejala seperti kelemahan, mual, muntah, diare, dan sakit perut.

6. Venlafaxine

12 Obat yang Berbahaya Jika Konsumsinya Dihentikan Tiba-tibailustrasi obat yang bisa berbahaya jika penggunaannya dihentikan secara tiba-tiba (unsplash.com/Polina Tankilevitch)

Venlafaxine merupakan golongan obat serotonin-norepinefrin reuptake inhibitor (SNRI), yang digunakan untuk mengobati depresi, kecemasan, dan gangguan panik.

Venlafaxine memiliki waktu paruh yang lebih pendek daripada banyak antidepresan, yang berarti obat ini meninggalkan tubuh dengan cepat. Karenanya, berhenti menggunakannya secara tiba-tiba dapat mengejutkan tubuh dan menyebabkan gejala putus obat, seperti lekas marah, mual, muntah, pusing, mimpi buruk, sakit kepala, dan sensasi kesemutan di kulit (parestesia).

Dokter dapat merekomendasikan agar dosis diturunkan perlahan. Menurut penelitian, dosis diturunkan 75 mg setiap minggu sampai obat dihentikan. Terkadang, dosis mungkin perlu diturunkan selama beberapa bulan untuk menghindari gejala putus obat.

Baca Juga: 14 Obat yang Dapat Merusak Hati, Bijaklah Menggunakannya

7. Gabapentin

Gabapentin disetujui untuk mengobati kejang dan nyeri saraf. Ini juga digunakan di luar label untuk mengobati gejala putus obat pada gangguan penggunaan alkohol. Lagi-lagi, obat ini tidak boleh dihentikan secara tiba-tiba. Gejala putus obat bisa dimulai segera setelah 12 jam setelah menghentikannya.

Gejala putus obat gabapentin terjadi lebih sering pada orang yang memakai obat ini dengan dosis tinggi atau pada orang yang meminumnya untuk waktu yang lama.

Gejala yang perlu diwaspadai termasuk sulit tidur, agitasi, kecemasan dan kegelisahan, kelelahan, peka terhadap cahaya, sakit kepala, berkeringat, pusing, mual, lekas marah, detak jantung tidak teratur, dan rasa sakit.

Pada orang yang menggunakan gabapentin untuk kejang, menghentikannya dapat menyebabkan kejang kembali atau memburuk.

8. Paroxetine

12 Obat yang Berbahaya Jika Konsumsinya Dihentikan Tiba-tibailustrasi obat yang konsumsinya tidak boleh dihentikan secara tiba-tiba (unsplash.com/Towfiqu barbhuiya)

Paroxetine golongan obat selective serotonin reuptake inhibitor (SSRI) untuk mengobati kondisi seperti depresi, kecemasan, gangguan obsesif-kompulsif (OCD), gangguan panik, gangguan stres pascatrauma (PTSD), gangguan disforik pramenstruasi (PMDD), dan gangguan kecemasan sosial.

Seperti venlafaxine, paroxetine memiliki waktu paruh yang pendek. Ini adalah salah satu SSRI yang paling mungkin menyebabkan gejala putus obat.

Apabila dihentikan tiba-tiba, maka dapat terjadi mual, sakit kepala, pusing dan vertigo, gejala seperti flu, kecemasan, kebingungan, lekas marah, dan gangguan tidur (seperti bermimpi berlebihan atau insomnia).

9. Topiramate

Topiramate telah disetujui untuk mengobati epilepsi dan membantu mencegah migrain. Selain itu, topiramate adalah satu dari dua pengobatan dalam Qysmia (phentermine and topiramate) yang digunakan untuk membantu menurunkan berat badan.

Selain itu, topiramate juga digunakan di luar label untuk mengobati gangguan penggunaan alkohol.

Gejala putus obat bisa muncul ketika penggunaannya dihentikan secara tiba-tiba. Risiko terbesar adalah kejang bisa memburuk.

10. Benzodiazepines

12 Obat yang Berbahaya Jika Konsumsinya Dihentikan Tiba-tibailustrasi obat-obatan (unsplash.com/kendal)

Benzodiazepines digunakan untuk gejala kecemasan dan serangan panik. Obat ini juga digunakan di luar label untuk berbagai kondisi medis termasuk insomnia dan gangguan penggunaan alkohol.

Jika penggunaannya dihentikan secara tiba-tiba, gejala putus obat, termasuk kejang, dapat muncul. Kejang dapat terjadi segera setelah obat dihentikan, atau bisa juga terjadi beberapa hari kemudian.

Gejala putus obat benzodiazepine lainnya dapat meliputi sakit kepala, palpitasi jantung, berkeringat, mual, diare, sulit tidur dan mimpi buruk, iritabilitas atau agitasi, tremor, nyeri dan kekakuan otot, kebingungan, delirium, dan halusinasi.

Putus obat lebih mungkin terjadi jika kamu menggunakan benzodiazepine dosis tinggi, atau jika telah mengonsumsinya dalam waktu yang lama.

11. Obat tetes mata untuk glaukoma

Glaukoma adalah penyakit mata yang disebabkan oleh penumpukan cairan di bagian depan mata, yang dapat merusak saraf optik mata yang diperlukan untuk penglihatan.

Obat tetes mata dari dokter dapat membantu mengurangi tekanan di mata. Akan tetapi, beberapa orang bisa merasa bosan meneteskan obat di mata dan tekanan mata akan kembali seperti semula. Jika tekanan dari penumpukan cairan terus berlanjut, itu dapat lebih merusak saraf optik mata dan berpotensi menyebabkan kebutaan di masa depan.

12. Pengobatan untuk tiroid

12 Obat yang Berbahaya Jika Konsumsinya Dihentikan Tiba-tibailustrasi obat-obatan (unsplash.com/Christina Victoria Craft)

Orang dengan hipertiroidisme (tiroid yang terlalu aktif) dan hipotiroidisme (tiroid yang kurang aktif) memerlukan obat untuk mengatur produksi hormon tiroid mereka, yang membantu mengontrol metabolisme.

Orang dengan hipertiroidisme yang berhenti minum obat dapat memicu "badai tiroid", kondisi yang mengancam jiwa disertai dengan detak jantung yang cepat, demam, pingsan, dan jika tidak diobati, koma.

Selalu bicarakan dengan dokter terlebih dulu sebelum berhenti minum obat resep, baik yang disebutkan di atas atau obat resep apa pun.

Gejala putus obat sering kali lebih parah jika telah minum obat dengan dosis yang lebih tinggi untuk waktu yang lama.

Obat tekanan darah, antidepresan, dan obat opioid hanyalah beberapa contoh obat yang perlu dikurangi secara hati-hati daripada dihentikan secara tiba-tiba.

Bicarakan dengan dokter untuk rencana penghentian secara perlahan dengan aman jika memungkinkan, untuk menghindari efek merugikan bahkan berpotensi bahaya.

Baca Juga: 7 Obat yang Bikin Kadar Kolesterol Naik, Penting Diketahui

Topik:

  • Nurulia R F

Berita Terkini Lainnya