14 Obat-obatan Ini Bisa Picu Depresi, Bijaklah Menggunakannya

Merupakan salah satu efek samping obat tertentu

Tidak banyak orang yang menyadari bahwa obat resep tertentu telah dikaitkan dengan munculnya atau memburuknya gejala depresi sebagai efek samping, bahkan pada orang yang biasanya tidak rentan terhadap gangguan mental ini. 

Studi dalam jurnal JAMA tahun 2018 menemukan bahwa lebih dari sepertiga orang dewasa di Amerika Serikat saat ini menggunakan obat resep yang berpotensi menyebabkan depresi atau meningkatkan risiko bunuh diri.

Mengingat bahwa depresi sangat umum pada pasien dengan penyakit medis, sering kali sulit untuk menentukan dengan pasti apakah obat-obatan ini yang harus disalahkan atas gejala pada suasana hati. Namun, hubungan ini penting untuk diperhatikan.

Walaupun bukan daftar lengkap, berikut ini adalah beberapa jenis obat yang telah dikaitkan dengan gejala depresi. 

1. Beta-blocker

Beta-blocker seperti metoprolol secara luas diresepkan untuk mengobati tekanan darah tinggi, tetapi mereka juga digunakan untuk nyeri dada, detak jantung tidak teratur, migrain, beberapa tremor, bahkan glaukoma. Umumnya, beta-blocker digunakan jangka panjang.

Menurut penelitian dalam Journal of Clinical Psychiatry tahun 2021, beta-blocker tertentu, terutama yang seperti propranolol, dapat dikaitkan dengan depresi dengan penggunaan yang berkelanjutan. Akan tetapi, para ahli masih belum mengetahui apakah beta-blocker secara langsung menyebabkan depresi.

Tertuang dalam tinjauan literatur dalam jurnal Hypertension tahun 2021, para peneliti mengamati 258 penelitian yang melibatkan lebih dari 50.000 orang. Mereka menemukan bahwa beta-blocker tidak memprediksi depresi. Namun, penelitian yang sama juga menemukan bahwa insomnia, mimpi, dan gangguan tidur mungkin lebih sering terjadi pada pengguna beta-blocker. Dilansir Johns Hopkins Medicine, orang dengan insomnia memiliki risiko sepuluh kali lipat lebih tinggi terkena depresi.

Jadi, meskipun mungkin tidak ada hubungan langsung antara penggunaan beta-blocker dan depresi, tetapi mungkin ada hubungan tidak langsung.

Kabar baiknya adalah bahwa ada alternatif. Beta-blocker sedikit tidak disukai sebagai pengobatan standar karena ada hal-hal baru yang dapat bekerja lebih baik tanpa risiko depresi, seperti mengutip Health.

2. Benzodiazepine

14 Obat-obatan Ini Bisa Picu Depresi, Bijaklah Menggunakannyailustrasi obat yang dapat menyebabkan depresi sebagai efek samping (pixabay.com/Michal Jarmoluk)

Benzodiazepine adalah obat resep yang digunakan untuk mengobati gangguan kecemasan, gangguan kejang, agitasi, dan insomnia. Mereka bekerja dengan mengikat reseptor di seluruh sistem saraf dan memperlambat aktivitas.

Benzodiazepine yang banyak digunakan termasuk diazepam, alprazolam, clonazepam, dan lainnya, seperti mengutip Hims.

Meskipun dalam kebanyakan kasus benzodiazepine aman bila digunakan sesuai petunjuk untuk waktu yang singkat, ada hubungan antara penggunaan benzodiazepine dan gejala depresi. Dalam beberapa kasus, ini bahkan berpotensi melibatkan pikiran bunuh diri.

Jika kamu diberi resep benzodiazepine, penting untuk meminumnya persis seperti yang diarahkan dokter atau apoteker tentang efek samping yang kamu alami.

3. Stimulan

Stimulan adalah obat yang meningkatkan aktivitas di sistem saraf pusat. Jenis obat ini digunakan untuk mengobati attention deficit hyperactivity disorder (ADHD), asma, obesitas, narkolepsi, hidung tersumbat/sinus, dan hipotensi yang disebabkan oleh anestesi.

Stimulan umum termasuk kafein dan obat resep seperti dextroamphetamine, dextroamphetamine/amphetamine, dan methylphenidate.

Depresi adalah efek samping yang diketahui dari beberapa resep obat stimulan. Ketika disalahgunakan atau dihentikan secara tiba-tiba, stimulan dapat menyebabkan gejala putus zat yang meliputi depresi, kesulitan tidur, dan kelelahan.

Efek samping lain dari stimulan termasuk paranoia, kecemasan, psikosis, dan masalah fisik seperti sakit kepala, penurunan berat badan, dan kegelisahan.

Baca Juga: 7 Obat yang Bikin Kadar Kolesterol Naik, Penting Diketahui

4. Kortikosteroid

14 Obat-obatan Ini Bisa Picu Depresi, Bijaklah Menggunakannyailustrasi obat yang dapat memicu depresi (pixabay.com/Steve Buissinne)

Kortikosteroid sering digunakan untuk mengobati kondisi peradangan, seperti lupus, artritis reumatoid, gout, dan sindrom Sjögren, serta kondisi medis lainnya.

Kortikosteroid dapat menyebabkan berbagai gejala kejiwaan. Menurut laporan dalam jurnal Journal of Pharmacology and Pharmacotherapeutics tahun 2013, diperkirakan bahwa di antara efek lainnya, kortikosteroid memengaruhi serotonin, zat yang diproduksi oleh otak yang diyakini terlibat dalam pengaturan suasana hati.

Contoh obat jenis ini termasuk kortison, prednison, metilprednisolon, dan triamcinolone.

5. Statin

Statin adalah obat resep untuk menurunkan kadar kolesterol. Dokter umumnya meresepkan obat ini jika kamu memiliki faktor risiko penyakit arteri koroner. Statin yang umum termasuk rosuvastatin, atorvastatin, fluvastatin, simvastatin, dan lainnya.

Beberapa penelitian menunjukkan bahwa statin dapat menyebabkan suasana hati yang tertekan, kecemasan, masalah tidur, dan upaya bunuh diri. Namun, tinjauan skala besar yang melibatkan data dari lebih dari 70 penelitian menemukan bahwa statin tampaknya tidak menyebabkan gejala depresi pada populasi umum.

Dilansir AARP, penelitian menunjukkan bahwa obat penurun lipid dapat menyebabkan depresi dengan menguras kadar kolesterol di otak yang memainkan peran penting dalam pelepasan neurotransmiter.

Sebagai alternatif, kombinasi vitamin B12 (suntik atau sublingual), B6, asam folat, dan minyak ikan dapat menurunkan kadar asam amino homosistein dalam tubuh. Homosistein menimbulkan kerusakan pada lapisan arteri bagian dalam (endotel) dan sel-sel tubuh lainnya, meningkatkan kadar lipid. Meskipun ada banyak penelitian yang mendukung pendekatan tanpa obat-obatan ini dan banyak yang menolaknya, banyak juga ahli yang melaporkan bahwa itu bekerja baik secara konsisten pada pasien yang lebih tua tanpa menimbulkan risiko efek samping yang serius.

6. Antikonvulsan

14 Obat-obatan Ini Bisa Picu Depresi, Bijaklah Menggunakannyailustrasi obat (pixabay.com/Steve Buissinne)

Antikonvulsan atau obat antikejang digunakan untuk mengobati epilepsi. Obat ini juga sering diresepkan sebagai perawatan untuk gangguan mental, termasuk gangguan bipolar. Beberapa obat antikonvulsan digunakan untuk mengobati migrain dan nyeri neuropatik.

Beberapa obat antikonvulsan dikaitkan dengan depresi, meskipun hasil dari penelitian secara keseluruhan tidak konsisten. Pada tahun 2008, penelitian yang diterbitkan oleh Badan Pengawas Obat dan Makanan Amerika Serikat (FDA) menyatakan bahwa orang yang menggunakan obat antikonvulsan memiliki peningkatan risiko pikiran atau perilaku bunuh diri.

Karena temuan ini, obat antikonvulsan dijual dengan label yang memberi tahu pengguna tentang risiko keamanan ini.

7. Obat-obatan yang memengaruhi hormon

Obat-obatan yang memengaruhi hormon termasuk bentuk kontrasepsi seperti pil KB, serta terapi penggantian hormon estrogen untuk gejala menopause.

Variasi kadar hormon pada perempuan sering dikaitkan dengan gejala depresi, meskipun tidak sepenuhnya dipahami bagaimana interaksi ini terjadi. Penelitian menunjukkan bahwa kontrasepsi yang hanya mengandung progestin tidak mungkin menyebabkan gejala depresi, menurut penelitian dalam jurnal Contraception tahun 2018.

8. Obat-obatan untuk kanker

14 Obat-obatan Ini Bisa Picu Depresi, Bijaklah Menggunakannyailustrasi obat yang dapat menyebabkan depresi (pixabay.com/Kris)

Hubungan antara kanker dan depresi memiliki banyak segi. Pada orang dengan kanker, wajar jika mengalami suasana hati yang tertekan. Perawatan kanker itu sendiri kompleks, menggunakan beberapa obat yang mengobati sel kanker secara langsung dan mengobati gejala dan efek samping yang mungkin dialami.

Beberapa obat kanker, seperti yang termasuk dalam kelas obat taxane, telah dikaitkan dengan gangguan kognitif yang dapat memengaruhi gejala depresi, menurut tinjauan dalam Frontiers in Oncology tahun 2021.

Dilansir PsychCentral, obat kanker lain yang mungkin terkait dengan gejala depresi meliputi: 

  • Procarbazine.
  • Tamoxifen.
  • Vincristine.
  • Vinblastine.
  • Paclitaxel.
  • Docetaxel.

9. Antibiotik dan obat antiinfeksi

Antibiotik umum dan obat antiinfeksi yang mungkin terkait dengan depresi meliputi:

  • Quinolone seperti ciprofloxacin dan levofloxacin.
  • Cycloserine.
  • Ethionamide.
  • Metronidazole.

Sementara kemungkinan obat antibiotik akan menyebabkan depresi dianggap kecil, tinjauan tahun dalam jurnal Psychiatry Research tahun 2020 menunjukkan bahwa penggunaan antibiotik berpotensi mengganggu keseimbangan bakteri usus alami.

Gangguan ini dapat mengakibatkan gejala depresi yang berhubungan dengan interaksi otak-usus, yang memengaruhi peradangan dan neurotransmiter.

10. Obat untuk penyakit Parkinson

14 Obat-obatan Ini Bisa Picu Depresi, Bijaklah Menggunakannyailustrasi obat-obatan yang bisa picu depresi (pixabay.com/Ewa Urban)

Obat-obatan yang digunakan dalam pengobatan penyakit Parkinson memengaruhi zat di otak yang disebut dopamin. Kelainan pada neurotransmiter ini telah dianggap berhubungan dengan depresi.

Para ilmuwan, seperti diterangkan dalam jurnal Dialogues in Clinical Neuroscience tahun 2011, percaya bahwa ketika obat-obatan ini menyebabkan dopamin meningkat untuk jangka waktu yang lama, itu juga dapat memengaruhi suasana hati pada pasien tertentu. Untuk lebih memperumit ini, ada insiden depresi yang tinggi pada penyakit Parkinson itu sendiri.

Obat yang paling umum digunakan dalam mengobati penyakit Parkinson adalah levodopa. Obat umum lainnya yang dapat digunakan termasuk Sinemet (carbidopa/levodopa) dan Lodosyn (carbidopa).

Baca Juga: 11 Obat yang Dapat Berinteraksi dengan Pil KB

11. Proton pump inhibitor

Proton pump inhibitor (PPI) adalah obat yang mengurangi jumlah asam yang diproduksi oleh kelenjar di dalam lapisan perut. PPI digunakan untuk mengobati GERD dan ulkus yang berkembang di lambung dan usus kecil.

PPI yang banyak digunakan termasuk omeprazole, lansoprazole, esomeprazole, rabeprazole, pantoprazole, dan lainnya.

Penelitian dalam jurnal International Psychogeriatrics tahun 2018 menunjukkan bahwa penggunaan PPI terkait dengan depresi, dengan orang yang menggunakan PPI dalam dosis tinggi lebih mungkin mengembangkan gejala depresi.

Penelitian lain dalam jurnal Frontiers in Neurology tahun 2018 telah menemukan hubungan potensial antara penggunaan PPI dan masalah neurologis, seperti demensia.

Jika kamu diresepkan PPI, penting untuk berbicara dengan dokter sebelum menyesuaikan dosis, menghentikan pengobatan, atau membuat perubahan lain pada penggunaan obat.

12. Obat antikolinergik

14 Obat-obatan Ini Bisa Picu Depresi, Bijaklah Menggunakannyailustrasi obat yang bisa menyebabkan depresi (pixabay.com/Charles Thompson)

Obat antikolinergik memengaruhi berbagai fungsi dalam tubuh, termasuk memperlambat kerja usus. Obat-obatan ini sering digunakan dalam pengobatan sindrom iritasi usus besar (IBS) dengan obat-obatan seperti dicyclomine. Namun, karena memengaruhi sistem saraf pusat, mereka memiliki beberapa hubungan dengan gejala depresi, mengutip Verywell Mind.

13. Obat migrain

Migrain dan depresi berbagi banyak pilihan pengobatan, dan strategi manajemen saat ini untuk migrain sering melibatkan antidepresan, menurut tinjauan dalam jurnal Current Treatment Options in Neurology tahun 2019.

Ada bukti yang bertentangan tentang bagaimana obat migrain dapat menyebabkan gejala depresi.

Flunarizine (Sibelium) adalah antagonis saluran kalsium yang kadang-kadang digunakan dalam pengobatan migrain. Sebuah tinjauan dalam jurnal Dialogues in Clinical Neuroscience tahun 2011 mencatat bahwa flunarizine telah dikaitkan dengan gejala depresi dalam penelitian sebelumnya.

Tinjauan dalam International Journal of Molecular Sciences tahun 2019 menunjukkan bahwa calcium channel sangat penting untuk beberapa proses saraf dan mungkin memiliki hubungan dengan beberapa kondisi kesehatan mental, termasuk depresi.

Triptans, alias serotonin receptor agonist, meredakan episode migrain dengan memblokir reseptor rasa sakit dan memerangi peradangan pembuluh darah. Obat ini hanya sekali dikaitkan dengan gejala depresi dalam studi epidemiologi tahun 2000, yang menemukan bahwa korelasinya tidak signifikan.

14. Antidepresan

14 Obat-obatan Ini Bisa Picu Depresi, Bijaklah Menggunakannyailustrasi obat-obatan yang dapat memicu depresi (unsplash.com/Matteo Badini)

Selective serotonin reuptake inhibitor (SSRI) adalah beberapa antidepresan yang paling umum diresepkan untuk mengobati depresi. Namun, di sisi lain ternyata kelas obat ini juga dikenal berpotensi memperburuk gejala depresi pada awalnya, atau meningkatkan kemungkinan pikiran bunuh diri.

Para peneliti berspekulasi bahwa proses aksi ganda bertanggung jawab atas peningkatan keparahan gejala ini. Pada studi dalam jurnal Trends in Cognitive Sciences tahun 2015, para ahli mencatat bahwa SSRI menekan kadar glutamat dan meningkatkan serotonin, sebuah proses yang dapat menjelaskan peningkatan gejala depresi selama perawatan awal.

Beberapa obat SSRI yang pada awalnya dapat memperburuk gejala depresi meliputi:

  • Citalopram.
  • Escitalopram.
  • Fluoxetine.
  • Paroxetine.
  • Sertraline.
  • Fluvoxamine.
  • Vilazodone.

Antidepresan lainnya yang mungkin dapat memperburuk gejala depresi meliputi:

  • Amitriptyline.
  • Bupropion.
  • Clomipramine.
  • Desipramine.
  • Desvenlafaxine.
  • Doxepin.
  • Duloxetine.
  • Imipramine.
  • Milnacipran.
  • Mirtazapine.
  • Nefazodone.
  • Nortriptyline.
  • Phenelzine.
  • Protriptyline.
  • Selegiline.
  • Trazodone.
  • Venlafaxine.

Jika kamu merasa mengalami gejala depresi, apakah itu terkait dengan obat yang dikonsumsi atau tidak, konsultasikan dengan dokter. Jangan berhenti minum obat tanpa izin dokter. Apabila mengalami depresi berat atau punya pikiran untuk bunuh diri, jangan ragu untuk segera mencari bantuan medis.

Setiap situasi berbeda, jadi dokter akan melihat riwayat dan gejala untuk menentukan langkah selanjutnya. Dalam beberapa kasus, ini mungkin melibatkan beralih ke obat yang berbeda atau menyesuaikan dosis obat.

Dokter juga akan mencoba menentukan apakah gejala depresi terkait dengan obat baru atau penyebab lain. Jika ada gangguan depresi yang mendasarinya, dokter mungkin merekomendasikan perawatan seperti antidepresan dan psikoterapi.

Baca Juga: 7 Jenis Obat yang Bikin Lapar dan Meningkatkan Nafsu Makan

Topik:

  • Nurulia

Berita Terkini Lainnya