Perikoronitis: Gejala, Penyebab, Diagnosis, Perawatan

Paling sering menyerang gigi bungsu bawah

Perikoronitis atau operkulitis adalah kondisi yang melibatkan peradangan dan pembengkakan jaringan lunak yang mengelilingi gigi yang erupsi sebagian.

Erupsi adalah proses perkembangan gigi menjadi terlihat melalui jaringan gusi. Perikoronitis juga dapat memengaruhi gigi yang belum tumbuh.

Jaringan lunak yang menutupi gigi yang belum sepenuhnya erupsi disebut operkulum. Salah satu alasan area jaringan lunak ini mudah meradang adalah karena sering mengumpulkan partikel makanan dan kotoran dan sulit dijangkau saat membersihkan gigi. Saat partikel makanan dan kotoran terkumpul di sana, area gelap dan lembap menjadi media yang sempurna bagi bakteri untuk tumbuh.

Gigi yang paling sering terkena perikoronitis adalah gigi geraham ketiga (gigi bungsu) bawah. Perikoronitis jarang terjadi pada gigi selain gigi bungsu bawah. Kondisi ini sering menyerang usia remaja akhir atau dewasa awal, karena pada saat itulah gigi bungsu bagian bawah biasanya erupsi.

1. Penyebab dan faktor risiko

Impaksi gigi sebagian merupakan penyebab utama perikoronitis. Ketika gigi sebagian terperangkap di gusi, bakteri dapat menumpuk dan menyebabkan pembengkakan dan peradangan.

Dilansir Cleveland Clinic, kamu lebih mungkin mengembangkan perikoronitis jika:

  • Berusia 20-an.
  • Memiliki gigi bungsu yang belum sepenuhnya erupsi.
  • Berada di bawah banyak tekanan.
  • Memiliki jaringan gusi berlebih.
  • Sedang hamil.
  • Memiliki kebersihan mulut yang buruk.

Perikoronitis tidak menular. Akan tetapi, bakteri penyebabnya bisa menyebar ke orang lain melalui air liur. Oleh karena itu, seseorang dengan perikoronitis dapat menularkan infeksi dengan berciuman atau berbagi cangkir dan peralatan makan.

2. Gejala

Perikoronitis: Gejala, Penyebab, Diagnosis, Perawatanilustrasi perikoronitis (commons.wikimedia.org/Coronation Dental Specialty Group)

Gejala perikoronitis ringan mungkin termasuk (Journal of Clinical and Experimental Dentistry, 2019):

  • Jaringan gusi yang bengkak dan nyeri (di dekat gigi yang terkena).
  • Kesulitan menggigit (tanpa mengenai daerah yang bengkak)
  • Keluarnya nanah dari daerah yang meradang.
  • Rasa tidak enak di mulut atau bau tidak sedap.

Sementara itu, gejala parah perikoronitis bisa berupa (Dentistry Journal, 2019):

  • Kesulitan membuka mulut.
  • Pembengkakan wajah (di sisi wajah tempat gigi meradang).
  • Pembengkakan kelenjar getah bening (disebut limfadenitis).
  • Demam.
  • Angina Ludwig (infeksi bakteri langka di dasar mulut yang kadang terjadi setelah infeksi gigi).
  • Kejang rahang (kadang disebut lockjaw).

Gejala yang parah dapat menunjukkan bahwa pembengkakan telah menyebar ke leher dan tenggorokan. Ini bisa memengaruhi pernapasan normal dan harus dianggap sebagai keadaan darurat medis yang berpotensi mengganggu kemampuan menelan atau bernapas dan berpotensi mengancam jiwa.

Orang dengan gejala perikoronitis yang parah harus segera menghubungi dokter gigi atau penyedia layanan kesehatan lainnya.

Gejala perikoronitis dikelompokkan menjadi tiga kategori berbeda sesuai dengan frekuensi dan intensitasnya, termasuk:

  • Akut: Melibatkan pembukaan mulut terbatas dan gejala yang lebih parah.
  • Subakut: Intensitas gejala lebih rendah tanpa ketidaknyamanan saat membuka mulut.
  • Kronis: Melibatkan nyeri tingkat rendah tanpa gejala parah.

Pengobatan perikoronitis sering kali tergantung pada tingkatan di atas.

Baca Juga: Pembusukan Gigi: Penyebab, Gejala, dan Pengobatan

3. Diagnosis

Dokter gigi akan memeriksa gigi bungsu untuk melihat bagaimana mereka tumbuh, dan menentukan apakah mereka erupsi sebagian.

Dokter mungkin mengambil sinar-X atau rontgen gigi secara berkala untuk menentukan keselarasan gigi bungsu. Dokter gigi juga akan mencatat gejala apa pun, seperti pembengkakan atau infeksi, serta akan memeriksa adanya lipatan gusi di sekitar gigi bungsu.

4. Perawatan

Perikoronitis: Gejala, Penyebab, Diagnosis, Perawatanilustrasi pasien dengan perikoronitis (unsplash.com/Mufid Majnun)

Pengobatan perikoronitis bervariasi untuk setiap orang. Tergantung pada tingkat keparahan peradangan, dokter gigi dapat merekomendasikan ini:

  • Pembersihan gigi: Dokter gigi akan mengairi area yang terkena untuk membuang partikel makanan, bakteri, atau kotoran lainnya. Dokter mungkin juga meresepkan obat-obatan, seperti antibiotik atau obat kumur antibakteri.
  • Antibiotik: Antibiotik oral dapat membantu membersihkan infeksi perikoronitis. Pastikan untuk minum obat apa pun persis seperti yang diarahkan oleh dokter.
  • Obat kumur perikoronitis: Dokter gigi mungkin menyarankan penggunaan obat kumur resep yang mengandung klorheksidin, antiseptik topikal. Ini membantu menghancurkan bakteri berbahaya di mulut. Obat kumur ini dapat menyebabkan efek samping sementara, seperti perubahan rasa atau pewarnaan gigi. Pastikan untuk mengikuti petunjuk yang diberikan oleh dokter gigi.
  • Operasi pengangkatan perikoronitis: Dalam banyak kasus, dokter gigi mungkin menyarankan untuk melepas penutup gusi (operkulum). Ini membutuhkan prosedur bedah mulut yang singkat. Sedasi tersedia, tetapi sering kali tidak diperlukan. Biasanya, dokter dapat menyelesaikan prosedur ini dengan anestesi lokal kurang dari satu jam.
  • Operasi pencabutan gigi bungsu: Jika gigi bungsu terus menyebabkan perikoronitis dan masalah lain, operasi gigi bungsu mungkin diperlukan. Seorang ahli bedah mulut atau spesialis periodonti dapat melakukan prosedur ini dengan atau tanpa sedasi.

Jika gigi bungsu telah dicabut, kamu biasanya akan sembuh dan gejala perikoronitis bisa mereda dalam satu hingga dua minggu pascaoperasi. Perawatan lanjutan yang direkomendasikan mungkin meliputi:

  • Tindak lanjut dengan dokter gigi atau ahli bedah mulut untuk memantau tingkat penyembuhan dan tingkat nyeri gigi jika ada.
  • Mematuhi instruksi perawatan setelah operasi gigi bungsu (seperti tidak merokok, makan makanan lunak, dan lain-lain).
  • Perawatan di rumah (seperti pembilasan mulut dengan antibiotik, obat pereda nyeri yang dijual bebas, dan lainnya).
  • Menjaga kebersihan mulut dengan saksama (termasuk menyikat gigi dan flossing secara teratur).
  • Berhenti merokok (bagi perokok).

5. Pencegahan

Perikoronitis tidak bisa benar-benar dicegah. Terkadang, ini bisa terjadi bahkan jika kamu memiliki kebersihan mulut yang baik. Akan tetapi, ada cara-cara untuk meminimalkan risiko mengembangkannya, seperti:

  • Sikat gigi dua hingga tiga kali sehari.
  • Membersihkan sela-sela gigi dengan benang gigi.
  • Gunakan obat kumur antibakteri dua kali sehari.
  • Kunjungi dokter gigi secara berkala untuk pemeriksaan dan pembersihan, minimal dua kali dalam setahun.
  • Ikuti rekomendasi perawatan dokter gigi.

Tanpa pengobatan, perikoronitis dapat menyebabkan efek domino dari masalah kesehatan mulut dan kesehatan secara keseluruhan.

Apabila didiagnosis dan diobati sejak dini, kondisi ini mudah dikelola. Beberapa orang dengan perikoronitis hanya memerlukan pemantauan, sementara yang lain mungkin memerlukan pembedahan untuk mengangkat penutup gusi atau mencabut gigi bungsu yang terkena.

Tanyakan kepada dokter gigi mengenai pilihan perawatan mana yang paling tepat buat kamu.

Baca Juga: Operasi Gigi Bungsu: Tujuan, Prosedur, dan Pemulihan

Topik:

  • Nurulia R F

Berita Terkini Lainnya