Silent Reflux: Penyebab, Gejala, Komplikasi, Pengobatan

Bikin suara serak, sering deham, dan batuk

Intinya Sih...

  • Cairan asam lambung bisa bocor ke tenggorokan, menyebabkan silent reflux.
  • Gejala silent reflux pada orang dewasa meliputi suara serak, berdeham, dan batuk.
  • Pada bayi dan anak-anak, gejala silent reflux bisa termasuk muntah, suara serak, dan kesulitan makan.

Kita punya cairan asam di lambung untuk mencerna dan menguraikan makanan. Di bagian atas perut, ada katup otot (sfingter esofagus) yang menutup untuk mencegah makanan dan cairan lambung kembali ke atas. Jika sfingter esofagus tidak bekerja dengan baik, cairan lambung bisa bocor ke kerongkongan atau esofagus, menyebabkan refluks atau gejala pencernaan seperti heartburn (nyeri ulu hati).

Namun, pada beberapa orang, sejumlah kecil cairan asam lambung bisa tumpah lebih jauh ke belakang tenggorokan, memengaruhi lapisan tenggorokan dan kotak suara (laring), dan menyebabkan iritasi dan suara serak. Ini dinamakan laryngopharyngeal reflux (LPR) atau dijuluki "silent reflux".

Dijuluki "silent" karena banyak orang tidak mengalami gejala klasik heartburn atau gejala pencernaan lainnya, sehingga sering kali sulit untuk didiagnosis.

Kondisi ini bisa muncul pada siang maupun malam hari, bahkan ketika seseorang belum makan apa pun. Meski begitu, silent reflux lebih sering terjadi pada malam hari.

1. Gejala silent reflux dan bedanya dengan GERD

Kondisi ini tidak selalu memicu gejala khas refluks asam, seperti heartburn. Namun, LPR bisa menyebabkan suara serak, sering berdeham (seperti ingin batuk untuk membersihkan tenggorokan), dan batuk. Kondisi ini bisa berkembang ketika asam lambung kembali ke esofagus dan mencapai bagian belakang tenggorokan.

Dilansir Medical News Today, gejala umum LPR pada orang dewasa meliputi:

  • Merasa seperti ada yang tersangkut di tenggorokan.
  • Suara serak.
  • Sering berdeham.
  • Rasa pahit di bagian belakang tenggorokan.
  • Sulit menelan.
  • Pembengkakan dan iritasi pada pita suara.
  • Sensasi post-nasal drip (produksi lendir di tenggorokan menjadi berlebih dan menebal).
  • Sulit bernapas.

Pada bayi dan anak-anak, gejala LPR bisa meliputi:

  • Batuk.
  • Muntah.
  • Gagal tumbuh dan bertambah berat badan.
  • Asma.
  • Sakit tenggorokan.
  • Suara serak.
  • Pernapasan berisik.
  • Infeksi telinga.
  • Kesulitan makan.
  • Kulit membiru.
  • Aspirasi, atau menghirup makanan atau partikel lainnya ke dalam paru-paru.

Umum bagi bayi untuk muntah. Namun, gangguan pada pernapasan dan makan bisa menjadi tanda masalah kesehatan yang lebih serius. Pemeriksaan dokter amat dibutuhkan.

Anak-anak dengan LPR tidak selalu muntah. Sementara itu, hubungan antara LPR pada anak dengan infeksi telinga dan sinusitis berulang masih diteliti.

Beberapa gejala, seperti muntah proyektil (muntah menyembur) atau muntah mengandung darah, bisa menjadi indikasi masalah kesehatan lain. Bila ini terjadi, segera periksakan anak ke dokter.

Ketika refluks asam menyebabkan heartburn persisten, terjadi mungkin dua kali seminggu selama 3 minggu atau lebih, ini dikenal sebagai gastroesophageal reflux disease (GERD).

LPR mirip GERD, tetapi tanpa heartburn dan gangguan pencernaan.

Baca Juga: Ampuh dan Cepat, 15 Cara Rumahan Mengatasi Asam Lambung

2. Penyebab dan faktor risiko

Silent Reflux: Penyebab, Gejala, Komplikasi, Pengobatanilustrasi orang batuk (pexels.com/Towfiqu barbhuiya)

Pada bayi, katut otot di ujung esofagus belum sepenuhnya berkembang. Katup-katup ini menjaga agar isi lambung tidak mengalir naik ke esofagus. Inilah menjelaskan frekuensi bayi muntah (gumoh), terutama bila perutnya penuh.

Orang dewasa sering mengalami pilek atau flu sebelum mengembangkan LPR. Kondisi ini dapat membuat pita suara lebih sensitif terhadap asam lambung.

Karakteristik fisik tertentu bisa menempatkan seseorang lebih berisiko mengalami LPR, termasuk:

  • Masalah dengan katup esofagus bagian bawah.
  • Pengosongan perut yang lambat.
  • Hernia hiatus.
  • Masalah dengan kontraksi esofagus bagian bawah.

Faktor risiko yang berhubungan dengan gaya hidup meliputi:

  • Makan berlebihan.
  • Sering mengonsumsi alkohol, makanan pedas dan berlemak, dan soda.
  • Merokok.
  • Kelebihan berat badan.

Orang-orang yang sering menggunakan suara dengan keras, misalnya penyanyi dan guru, juga bisa lebih berisiko mengembangkan LPR. Kondisi ini juga bisa muncul selama kehamilan.

3. Diagnosis

Mengutip dari WebMD, silent reflux lebih sulit didiagnosis dibanding GERD. Dokter bisa mendiagnosisnya lewat cek riwayat kesehatan, pemeriksaan fisik, serta satu atau beberapa tes, seperti:

  • Endoskopi: Pemeriksaan tenggorokan dan pita suara dengan alat yang disebut endoskop.
  • pH monitoring: Melibatkan kateter kecil lewat hidung dan lalu ke dalam tenggorokan dan esofagus. Di sini, sensor akan mendeteksi asam, dan komputer kecil yang dipakai di pinggang merekamnya selama periode 24 jam. Probe pH yang baru ditempatkan di belakang tenggorokan atau kapsul yang ditempatkan lebih tinggi di kerongkongan mungkin bisa digunakan untuk mengidentifikasi refluks lebih baik.

4. Pengobatan

Silent Reflux: Penyebab, Gejala, Komplikasi, Pengobatanilustrasi obat-obatan (IDN Times/Aditya Pratama)

Dilansir Healthline, bila dokter mencurigai LPR, pasien mungkin akan diresepkan obat-obatan refluks. Bila obat-obatan memperbaiki gejala, mungkin pasien bisa melanjutkan konsumsinya. Obat-obatan tersebut juga bisa membantu menghentikan kerusakan yang diakibatkan oleh LPR, tetapi tidak dapat membalikkan kondisinya.

Obat-obatan yang paling umum untuk menangani silent reflux termasuk:

  • Antasida
  • Proton pump inhibitor (PPI)
  • H2 blocker

Obat-obatan tersebut bisa mengurangi asam lambung maupun mencegah perut memproduksinya lebih banyak.

Selain obat-obatan, perubahan gaya hidup juga dibutuhkan untuk membantu mengurangi faktor risiko yang dapat meningkatkan kemungkinan terjadinya refluks, di antaranya:

  • Tidak makan dan minum setidaknya 3 jam sebelum tidur.
  • Memosisikan kepala lebih tinggi saat tidur.
  • Mengidentifikasi dan membatasi makanan pemicu, yang umumnya adalah cokelat, makanan pedas, buah sitrus, gorengan, dan makanan berbahan tomat.
  • Bila merokok, berhentilah.

Kadang operasi dibutuhkan, meski ini jarang terjadi. Namun, dokter mungkin akan merekomendasikannya untuk menguatkan sfingter esofagus.

5. Komplikasi yang bisa terjadi

Jaringan tipis yang melapisi kerongkongan sensitif, dan asam lambung punya sifat mengiritasi. Ini tentunya dapat membakar dan merusak jaringan di dalam kerongkongan, tenggorokan, dan kotak suara. 

Untuk orang dewasa, komplikasi paling umum dari LPR adalah iritasi jangka panjang, jaringan parut, ulkus (luka terbuka) dan peningkatan risiko kanker tertentu.

Dalam jangka panjang, LPR bisa menyebabkan:

  • Gangguan paru-paru dan pernapasan.
  • Pneumonia berulang.
  • Batuk kronis.
  • Laringitis persisten atau berulang.
  • Gangguan rongga mulut.
  • Bahkan, bisa terjadi peningkatan risiko kanker laring.

Bila tidak diobati dengan tepat, pada anak-anak dan bayi LPR bisa menyebabkan:

  • Masalah pernapasan.
  • Sering batuk.
  • Mengi.
  • Suara serak.
  • Kesulitan menelan.
  • Sering muntah.
  • Gangguan pernapasan, seperti apnea atau jeda saat bernapas.

Pada kasus yang jarang, LPR bisa menyebabkan masalah pertumbuhan. Bila curiga anak mengalaminya, penting untuk mendapatkan diagnosis dan perawatan dini untuk mencegah komplikasi ini.

Itulah informasi seputar silent reflux atau laryngopharyngeal reflux. Prognosis pasien dengan kondisi ini baik, karena hampir semua penyebabnya bisa dikontrol dengan perubahan pola hidup menjadi lebih sehat. Bila kamu mengalami gejalanya, segera periksa ke dokter, ya!

Baca Juga: Gastroparesis atau Kelumpuhan Lambung, Penyakit yang Harus Diwaspadai

Topik:

  • Nurulia R F

Berita Terkini Lainnya