Status Asmatikus, Asma Parah yang Tidak Merespons Pengobatan

Kondisi darurat yang butuh perawatan cepat dan agresif

Status asmatikus (status asthmaticus) adalah serangan asma parah yang terjadi secara tiba-tiba atau berlangsung sangat lama. Dalam kondisi ini, gejala asma terus berlanjut dan fungsi pernapasan menurun meskipun sudah dilakukan pengobatan standar.

Status asmatikus dapat menyebabkan gagal napas, rawat inap yang berkepanjangan, bahkan kematian. Ini merupakan keadaan darurat medis yang butuh perawatan segera dan agresif.

Menurut studi di Denmark dalam jurnal Clinical Epidemiology (2013), sekitar 1,5 persen orang yang dirawat ini karena status asmatikus tidak dapat bertahan hidup.

Meskipun sudah ada kemajuan dalam pengobatan darurat, status asmatikus tetap menjadi perhatian serius. Setiap orang dengan (atau tanpa) asma harus tahu tanda dan gejala peringatan umum dari status asmatikus.

1. Jenis

Dilansir Verywell Health, ada dua jenis status asmatikus:

  • Serangan onset lambat: Jenis yang lebih umum ini mungkin butuh waktu lama untuk terungkap dan biasanya terjadi karena pengobatan yang tidak memadai. Gejalanya biasanya memburuk selama berhari-hari atau berminggu-minggu, diselingi oleh saat-saat lega dan diakhiri dengan gejala yang tidak dapat dibalikkan dengan obat-obatan di rumah.
  • Serangan tiba-tiba: Orang yang mengalami jenis ini tidak mengalami gejala yang memburuk pada minggu-minggu sebelumnya, tetapi diserang dengan bronkospasme yang tiba-tiba dan parah, sesak napas, mengi, dan batuk. Serangan asma jenis ini sering kali disebabkan oleh paparan besar terhadap zat pemicu, seperti serbuk sari, debu, atau alergen makanan.

2. Penyebab

Status Asmatikus, Asma Parah yang Tidak Merespons Pengobatanilustrasi sesak napas (freepik.com/freepik)

Para ahli tidak tahu mengapa beberapa orang mengalami serangan asma yang parah. Menurut WebMD, status asmatikus lebih mungkin terjadi jika:

  • Pasien asma jarang menemui dokter sehingga asma tidak terkendali dengan baik.
  • Orang dengan asma bersentuhan dengan pemicu asma atau hal-hal yang memicu alergi.
  • Pasien asma tidak menggunakan peak flow meter dan obat asma seperti yang diarahkan oleh dokter dalam rencana perawatan asma.

3. Gejala

Gejala status asmatikus sering dimulai seperti serangan asma biasa. Gejala awal ini meliputi:

  • Napas pendek dan dangkal.
  • Mengi.
  • Batuk.

Namun, gejala status asmatikus cenderung memburuk atau gagal membaik seiring dengan berlanjutnya serangan. Sebagai contoh, mengi dan batuk mungkin berhenti jika seseorang dengan asma tidak mendapatkan cukup oksigen.

Gejala lain dari serangan asma yang terkait dengan status asmatikus meliputi:

  • Sulit bernapas.
  • Berkeringat parah.
  • Sulit berbicara.
  • Kelemahan dan kelelahan.
  • Nyeri otot perut, punggung, atau leher.
  • Panik atau bingung.
  • Bibir atau kulit berwarna biru.
  • Penurunan kesadaran.

Cari perawatan darurat jika gejala asma tidak dapat diatasi dengan inhaler penyelamat dan obat darurat lainnya. Banyak orang dengan status asmatikus menggambarkan "perasaan akan datangnya malapetaka" saat gejala berkembang. Ikuti insting dan jangan ragu untuk menghubungi ambulans atau segera ke unit gawat darurat.

Dalam situasi darurat, gejala-gejala ini biasanya disebut sebagai sindrom asma kritis dan menunjukkan bahwa anak atau orang dewasa berada pada peningkatan risiko kematian (Clinical Reviews in Allergy & Immunology, 2015).

Baca Juga: Bronkodilator: Manfaat, Jenis, Penggunaan, Efek Samping

4. Diagnosis

Status Asmatikus, Asma Parah yang Tidak Merespons Pengobatanilustrasi pengidap asma (freepik.com/freepik)

Status asmatikus biasanya didiagnosis berdasarkan gejala dan didukung oleh berbagai tes yang mengukur laju pernapasan dan kadar oksigen darah. Tanda-tanda diagnostik umum status asmatikus meliputi:

  • Sesak napas saat istirahat.
  • Ketidakmampuan untuk berbicara dalam kalimat atau tidak dapat berbicara sama sekali.
  • Peningkatan laju pernapasan saat istirahat (lebih dari 30 napas per menit).
  • Peningkatan denyut nadi saat istirahat (lebih dari 120 denyut per menit).
  • Agitasi dan lekas marah.
  • Kadar oksigen darah rendah (hipoksemia diikuti oleh hipoksia).
  • Berkurangnya kapasitas pernapasan (diukur dengan peak flow meter).

5. Pengobatan

Status asmatikus selalu diperlakukan sebagai keadaan darurat medis. Protokol perawatan standar di ruang gawat darurat meliputi:

  • Terapi oksigen darurat yang diberikan melalui masker.
  • Short-acting beta-agonist (seperti albuterol) melalui inhaler atau nebulizer.
  • Kortikosteroid (seperti prednison) diberikan melalui mulut atau secara intravena (ke dalam pembuluh darah).
  • Obat antikolinergik inhalasi (seperti Atrovent).
  • Beta-agonist (seperti terbutalin) yang disuntikkan di bawah kulit.
  • Magnesium sulfat yang diberikan secara intravena.
  • Leukotriene modifier (seperti zafirlukast atau zileuton) yang diberikan secara oral.

Ventilasi mekanis umumnya dianggap sebagai pengobatan pilihan terakhir karena risiko trauma paru-paru dan peningkatan risiko kematian. Kurang dari 1 persen kunjungan ruang gawat darurat untuk asma memerlukan ventilasi mekanis (Journal of Allergy and Clinical Immunology, 2019). 

Sebagai modalitas terakhir, oksigenasi membran ekstrakorporeal (ECMO) telah efektif pada beberapa pasien saat asma akan berakibat fatal bahkan dengan ventilasi mekanis. ECMO menawarkan satu lagi pilihan terakhir dan modalitas perawatan terakhir bagi mereka yang semua perawatan termasuk ventilasi mekanis telah gagal.

Sekarang dianggap bahwa ECMO harus dipertimbangkan sebagai pengobatan dini untuk orang dengan status asma yang memiliki pertukaran gas yang buruk dan tidak menanggapi intervensi darurat standar. ECMO menawarkan cara memulihkan pertukaran gas dalam tubuh sambil mencegah cedera paru-paru terkait dengan ventilasi mekanis.

6. Pencegahan

Status Asmatikus, Asma Parah yang Tidak Merespons Pengobatanilustrasi obat-obatan (IDN Times/Mardya Shakti)

Tidak mungkin untuk sepenuhnya mencegah serangan asma yang parah. Akan tetapi, kamu bisa mengambil langkah-langkah untuk meminimalkan kemungkinannya, seperti:

  • Gunakan obat asma seperti yang disarankan oleh dokter.
  • Gunakan peak flow meter beberapa kali sehari. Perangkat ini membantu memeriksa seberapa baik paru-paru bekerja. Segera mulai pengobatan, sesuai dengan rencana tindakan asma, jika melihat pembacaan yang lebih rendah, bahkan jika merasa baik-baik saja.
  • Rutin menemui dokter untuk mengetahui seberapa baik paru-paru  dan untuk memastikan obat-obatan bekerja dengan baik.

7. Komplikasi yang dapat terjadi

Ada beberapa komplikasi yang dapat terjadi, dan ini tergantung pada tahap perawatan atau kondisi lain:

  • Kegagalan atau henti pernapasan: Saluran udara melebar dan dipenuhi lendir sehingga tidak bisa bernapas.
  • Henti jantung: Kekurangan oksigen dapat merusak irama jantung.
  • Hipoksemia: Ketika tidak memiliki cukup oksigen dalam darah terlalu lama, itu dapat menyebabkan kerusakan otak atau kematian.
  • Alkalosis pernapasan: Jika  mengalami hiperventilasi lebih awal, seseorang mungkin memiliki kadar karbon dioksida yang rendah dalam darah.
  • Hiperkarbia: Saat penyakit berkembang, paru-paru juga tidak dapat mengeluarkan karbon dioksida, jadi seseorang memiliki terlalu banyak. Ini sangat mungkin terjadi jika menggunakan ventilator.
  • Pneumotoraks: Paru-paru kolaps dan udara bocor ke ruang antara paru-paru dan dinding dada.
  • Pneumomediastinum: Kebocoran udara dari paru-paru dan masuk ke rongga dada.
  • Keracunan dari obat-obatan: Teofilin, obat yang membantu membuka saluran udara, dapat memiliki efek negatif.

Status asmatikus adalah kondisi medis serius yang dapat menyebabkan kematian tanpa pengobatan. Ini berbeda dari serangan asma tradisional karena tidak sembuh dengan penggunaan inhaler di rumah.

Orang dengan kondisi ini akan membutuhkan perawatan berkelanjutan untuk meningkatkan pernapasannya dan mengurangi risiko komplikasi. Makin dini pengobatan didapat, makin besar kemungkinan gejalanya akan sembuh.

Baca Juga: Studi: Polusi Kendaraan Picu Risiko Asma pada Anak-anak

Topik:

  • Nurulia R F

Berita Terkini Lainnya