ilustrasi obat (Pexels.com/Suzy Hazelwood)
Perlu kamu tahu, tubuh memiliki sel pembantu bernama CD4 atau juga disebut sel T. Sel ini merupakan jenis sel darah putih atau limfosit dan menjadi bagian penting sistem kekebalan tubuh. HIV bekerja dengan menghancurkan sel T. Nah, ketika HIV berhasil menghancurkan sel T, maka tubuh semakin kesulitan melawan infeksi lain bahkan penyakit ringan seperti flu sekalipun.
Tidak hanya menghancurkan, HIV juga mampu 'memanfaatkan' sel T atau CD4 ini sebagai alat untuk memperbanyak diri. Hal ini akhirnya menyebabkan sel CD4 membengkak dan pecah. Ketika virus berhasil merusak sel CD4, maka jumlahnya akan semakin berkurang. Penurunan jumlah sel CD4 hingga di bawah 200 maka mengembangkan kondisi bernama AIDS.
Terapi obat antiretroviral hadir guna mencegah pergerakan human immunodeficiency virus ini. Ia bekerja dengan menghalangi virus mereplikasi atau mempebanyak diri sehingga viral load (jumlah virus dalam darah) bisa berkurang. Dengan demikian, virus tidak dapat merusak lebih banyak CD4 dan tubuh bisa menghasilkan CD4 baru guna meningkatkan sistem kekebalan tubuh.
Rendahnya viral load ini sangat berdampak baik bagi penyintas HIV. Pasalnya, ketika viral load tidak lagi terdeteksi, berarti jumlah virus dalam darah telah berkurang meski tidak hilang sepenuhnya. Hasilnya, pasien lebih berpotensi tidak menularkan HIV pada pasangan. Lebih lanjut, individu jadi memiliki sistem kekebalan tubuh lebih kuat bahkan untuk melawan infeksi dan kanker akibat HIV.
Mengonsumsi obat antiretroviral sedini mungkin membantu tubuh menekan pertumbuhan jumlah virus lebih cepat. Dengan begitu, dapat mengurangi potensi penularan dan tidak membahayakan tubuh jika terinfeksi virus atau bakteri lain. Termasuk perempuan dengan HIV yang sedang mengandung guna menghindari penularan pada bayi setelah kelahiran.