Tekanan darah tinggi atau hipertensi sering merusak dalam diam. Banyak orang baru menyadari dampaknya ketika sudah muncul komplikasi, mulai dari serangan jantung, stroke, hingga gangguan ginjal. Padahal, hipertensi adalah salah satu faktor risiko penyakit kardiovaskular yang paling bisa dicegah dan dikendalikan.
Masalahnya, mengelola hipertensi kadang tidak sesederhana itu. Banyak pasien perlu mengonsumsi dua atau lebih obat setiap hari untuk mencapai target tekanan darah. Dari situ, tantangan mulai muncul, seperti jadwal minum obat yang rumit, dosis berbeda, hingga bosan atau lupa yang akhirnya membuat pengobatan tidak konsisten.
Kondisi ini juga relevan di Indonesia, yang mana kepatuhan minum obat hipertensi masih menjadi tantangan besar. Tidak sedikit pasien berhenti minum obat ketika merasa “sudah enakan”, padahal tekanan darahnya belum benar-benar terkontrol.
