Dalam rangka menggalakkan edukasi deteksi dini kanker usus besar, Merck Indonesia bekerja sama dengan YKI dalam meluncurkan kampanye #PERIKSA yang berarti "Peduli Risiko Kanker Kolorektal Sejak Awal"
"Kanker usus besar adalah yang paling terkait dengan lingkungan dan kebiasaan gaya hidup sehingga penting untuk Indonesia (pemerintah hingga edukator, dan kelompok masyarakat) agar bisa mendidik masyarakat," kata Prof. Aru.
Kampanye ini bertujuan untuk meningkatkan kesadaran masyarakat agar lebih peduli dalam mengenali gejala awal kanker usus besar dan faktor gaya hidup lewat deteksi dini secara daring. Caranya, tinggal isi "Kuesioner Risiko Kanker Usus Besar" melalui situs bit.ly/yukperiksa.
ilustrasi kolonoskopi (flickr.com/Giorno Brando)
Metode deteksi dini kanker usus besar di antaranya:
- Pemeriksaan rektal dengan jari (Digital Rectal Exam).
- Pemeriksaan darah di tinja atau darah samar (FOBT).
- Pemeriksaan endoskopi.
- Pemeriksaan rontgen dengan barium enema.
- Pemeriksaan kolonoskopi virtual.
- CT scan.
- Pemeriksaan DNA dalam tinja.
Pemeriksaan feses amat disarankan karena praktis, mudah dilakukan dan murah, serta mampu menurunkan angka kematian secara luas. Meski begitu, Prof. Aru menyayangkan bahwa sering kali tes feses menunjukkan hasil false positive, dan saat diketahui, tumor sudah besar.
Di sisi lain, kolonoskopi juga amat disarankan. Sementara mahal, harus dilakukan di rumah sakit, dan memerlukan waktu, pemeriksaan kolonoskopi bisa memperlihatkan hasil yang lebih akurat serta menurunkan angka kematian di skala individu.