Iklan - Scroll untuk Melanjutkan
Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
ilustrasi vaksin (pixabay.com/MasterTux)
ilustrasi vaksin (pixabay.com/MasterTux)

Para ilmuwan di University of California, Riverside (UC Riverside), Amerika Serikat (AS), baru-baru ini mengembangkan strategi vaksin baru berbasis RNA untuk vaksin universal yang mampu memerangi jenis virus apa pun secara efektif dan aman—bahkan pada bayi dan orang dengan sistem kekebalan tubuh lemah.

Setiap tahun, para peneliti mencoba memprediksi empat jenis influenza yang paling mungkin umum terjadi pada musim flu mendatang. Dan, setiap tahun, orang-orang mengantre untuk mendapatkan vaksin terbaru, dengan harapan para peneliti memformulasikan vaksin tersebut dengan benar.

Hal yang sama juga berlaku pada vaksin COVID-19, yang telah diformulasi ulang untuk menargetkan subvarian dari jenis virus yang paling umum beredar.

Strategi baru vaksin ini akan menghilangkan kebutuhan untuk membuat semua jenis vaksin yang berbeda, karena strategi ini menargetkan bagian genom virus yang umum untuk semua jenis virus. Vaksin ini, cara kerjanya, dan demonstrasi kemanjurannya pada tikus dijelaskan dalam makalah yang diterbitkan dalam jurnal Proceedings of the National Academy of Sciences pada 17 April 2024.

Bisa diterapkan secara luas

Rong Hai, ahli virologi di UC Riverside menekankan bahwa strategi vaksin ini bersifat luas.

“Ini dapat diterapkan secara luas pada sejumlah virus apa pun, efektif terhadap varian virus apa pun, dan aman untuk spektrum orang yang luas. Ini bisa menjadi vaksin universal,” katanya dalam sebuah rilis.

Secara tradisional, vaksin mengandung versi virus hidup yang sudah mati atau sudah dimodifikasi. Sistem kekebalan tubuh mengenali protein dalam virus dan meningkatkan respons imun. Respons ini menghasilkan sel T yang menyerang virus dan menghentikan penyebarannya. Ini juga menghasilkan sel B “memori” yang melatih sistem kekebalan untuk melindungi kamu dari serangan di masa depan.

Vaksin baru ini juga menggunakan versi virus hidup yang telah dimodifikasi. Namun, vaksin ini tidak bergantung pada tubuh yang sudah divaksinasi yang memiliki respons imun tradisional atau protein aktif imun—itulah sebabnya vaksin ini bisa digunakan oleh bayi yang sistem kekebalannya belum berkembang, atau orang dengan penyakit yang membebani sistem kekebalan tubuh mereka secara berlebihan. Sebaliknya, hal ini bergantung pada molekul RNA kecil yang teredam.

"Inang—seseorang, tikus, siapa pun yang terinfeksi—akan menghasilkan RNA kecil yang mengganggu sebagai respons imun terhadap infeksi virus. RNAi ini kemudian membunuh virus,” kata Shouwei Ding, profesor mikrobiologi di UC Riverside dan penulis utama makalah.

Alasan virus berhasil menyebabkan penyakit adalah karena virus menghasilkan protein yang menghambat respons RNAi inang.

“Jika kita membuat virus mutan yang tidak dapat menghasilkan protein untuk menekan RNAi kita, kita dapat melemahkan virus tersebut. Virus itu dapat bereplikasi hingga tingkat tertentu, tetapi kemudian kalah melawan respons RNAi inangnya,” kata Ding.

“Virus yang dilemahkan dengan cara ini dapat digunakan sebagai vaksin untuk meningkatkan sistem kekebalan RNAi kita.”

Bagaimana perlindungan vaksin baru ini?

ilustrasi suntik (pexels.com/RF._.studio)

Para peneliti menguji strategi baru ini dengan menggunakan virus tikus yang disebut Nodamura pada tikus mutan yang kekurangan sel T dan B.

Dengan satu suntikan vaksin, para peneliti menemukan tikus terlindungi dari dosis mematikan virus yang tidak dimodifikasi setidaknya selama 90 hari. Perlu dicatat bahwa beberapa penelitian menunjukkan sembilan hari tikus kira-kira setara dengan satu tahun manusia.

Pendekatan ini baru-baru ini mendapatkan hak paten di AS, sehingga membuka jalan bagi penerapan yang lebih luas, termasuk pada bayi baru lahir, yang biasanya rentan karena kurangnya ketersediaan vaksin yang sesuai.

Menargetkan virus dengan fungsi serupa

Tim peneliti tengah berupaya untuk memperluas strategi ini untuk mengembangkan vaksin flu yang dapat diberikan kepada bayi, memberikan mereka perlindungan yang tidak bergantung pada antibodi ibu.

“Ada beberapa patogen manusia yang terkenal; dengue (demam berdarah), SARS, COVID. Semuanya memiliki fungsi virus yang serupa. Ini harus diterapkan pada virus-virus ini,” jelas Ding.

Selain itu, potensi pemberian vaksin melalui semprotan hidung dapat mengatasi keengganan umum terhadap jarum suntik, sehingga menawarkan alternatif yang lebih cocok bagi banyak orang.

“Infeksi pernapasan berpindah melalui hidung, jadi semprotan mungkin merupakan sistem transfer yang lebih mudah,” kata Hai.

Referensi

UCR News. Diakses pada April 2024. Vaccine breakthrough means no more chasing strains.
Proceedings of the National Academy of Sciences, 17 April 2024. Live-attenuated virus vaccine defective in RNAi suppression induces rapid protection in neonatal and adult mice lacking mature B and T cells.
U.S. News. Diakses pada April 2024. 'One and Done': Scientists Develop Vaccine That May Fight Any Viral Strain.

Editorial Team