Obat resep dapat diberikan jika seseorang mengalami gejala lebih parah atau obat OTC tidak menunjukkan reaksi positif. Obat-obatan resep pun berfungsi serupa, yaitu membantu mengurangi demam, kecemasan, bengkak, depresi, kelelahan, dan lain sebagainya.
Meski demikian, obat jenis ini biasanya lebih mahal dibanding OTC dan mungkin memiliki lebih banyak efek samping. Oleh karena itu, konsumsi obat resep harus benar-benar disesuaikan dengan dosis dari dokter agar tidak timbul efek samping.
Salah satu bentuknya adalah terapi imunosupresi. Perawatan ini kerap direkomendasikan untuk mengobati berbagai jenis autoimun. Obat-obatan dalam terapi ini bekerja dengan menekan berbagai gangguan pada sistem kekebalan tubuh, melansir Healthline.
Tujuan dari terapi imunosupresi adalah mengelola kondisi seseorang dan melindungi fungsi organ, seperti mengurangi peradangan. Terapi imunosupresi dapat meliputi penggunaan corticosteroid, cyclosporin, methotrexate, azathioprine, hydroxychloroquine, sulfasalazine, dan lain sebagainya.
Perawatan ini juga dapat berbentuk terapi biologis yang contohnya dilakukan dengan memblokir reseptor tertentu pada sel. Untuk perawatan terapi biologis, obat-obatan yang digunakan dapat diberikan melalui jalur intravena. Beberapa biologis imunosupresi ada IL-1 blockers (Kineret atau anakinra), TNF-inhibitors (Humira atau adalimumab), dan sebagainya.