ilustrasi lemak viseral (flickr.comSandra Cohen-Rose and Colin Rose)
Lemak tubuh yang terlalu banyak memang dapat menimbulkan risiko kesehatan. Namun, dibandingkan dengan lemak subkutan, lemak viseral lebih cenderung meningkatkan risiko berbagai masalah kesehatan yang serius.
Para peneliti menduga bahwa lemak viseral menghasilkan lebih banyak protein tertentu, yang dapat menyebabkan peradangan pada jaringan dan organ tubuh serta mempersempit pembuluh darah. Hal ini dapat meningkatkan tekanan darah dan menyebabkan masalah kesehatan lainnya.
Berikut ini beberapa penyakit yang terkait dengan lemak viseral:
Penelitian terkini telah memberikan bukti kuat bahwa lemak viseral secara signifikan meningkatkan risiko penyakit jantung.
Studi tahun 2023 menemukan bahwa kadar lemak viseral yang lebih tinggi secara independen dikaitkan dengan peningkatan risiko kejadian kardiovaskular pertama kali dalam 10 tahun, seperti serangan jantung dan stroke. Hubungan ini tetap signifikan bahkan setelah disesuaikan dengan faktor-faktor lain seperti usia, jenis kelamin, dan indeks massa tubuh (IMT) secara keseluruhan.
Penelitian lain yang menggunakan pengacakan Mendelian (metode yang menggunakan varian genetik untuk menentukan hubungan kausal) mengonfirmasi hubungan kausal langsung antara peningkatan lemak viseral dan perkembangan penyakit arteri koroner.
Studi lainnya menunjukkan, orang dengan lemak viseral lebih banyak memiliki plak arteri koroner yang lebih banyak dan parah, yang merupakan penyebab utama penyakit jantung.
Temuan ini menggarisbawahi pentingnya pemantauan dan pengelolaan kadar lemak viseral untuk mengurangi risiko penyakit kardiovaskular.
Sebuah studi menunjukkan bahwa lemak viseral berkaitan dengan peningkatan risiko penyakit Alzheimer.
Kadar lemak viseral yang lebih tinggi pada individu usia 40–60 tahun dikaitkan dengan peningkatan akumulasi protein amyloid dan tau di otak, yang merupakan ciri khas utama penyakit Alzheimer.
Lemak subkutan tidak menunjukkan hubungan yang sama, yang menyoroti bahaya spesifik dari lemak viseral. Tim peneliti menyatakan bahwa lemak viseral melepaskan zat inflamasi yang dapat memicu peradangan di otak, yang dapat berkontribusi pada perkembangan penyakit Alzheimer.
Sebuah studi menemukan bahwa peningkatan volume lemak viseral secara signifikan terkait dengan peningkatan risiko kanker pada organ-organ tertentu. Studi ini menggunakan pencitraan resonansi magnetik (MRI) untuk mengukur distribusi lemak tubuh dan menemukan bahwa lemak viseral memiliki peran dalam perkembangan kanker.
Sebuah studi tahun 2024 menyoroti peran penting lemak viseral dalam perkembangan diabetes tipe 2. Studi ini menekankan bahwa lemak viseral memiliki pengaruh yang lebih besar terhadap risiko diabetes tipe 2 dibandingkan dengan obesitas secara umum.
Lemak viseral bersifat metabolik aktif dan melepaskan asam lemak bebas (free fatty acids/FFA) ke dalam aliran darah. FFA dapat mengganggu fungsi insulin di jaringan tubuh, menyebabkan resistansi insulin, ciri khas utama diabetes tipe 2.
Menariknya, individu dengan berat badan normal namun memiliki akumulasi lemak viseral yang tinggi tetap berisiko tinggi mengembangkan diabetes tipe 2. Faktor-faktor seperti usia, jenis kelamin, dan genetika, terutama pada pria Asia yang lebih tua, berkontribusi pada akumulasi lemak viseral.
Sebuah studi meneliti hubungan antara Visceral Adiposity Index/VAI (indikator klinis yang digunakan untuk memperkirakan jumlah dan fungsi lemak viseral berdasarkan pengukuran tubuh dan kadar lipid darah) dan risiko stroke.
Temuan utamanya adalah adanya asosiasi positif antara VAI dan stroke, bahwa individu dengan VAI yang lebih tinggi memiliki prevalensi stroke yang lebih tinggi.
Selain itu, peningkatan VAI juga dikaitkan dengan usia onset stroke yang lebih muda.
Terlebih lagi, hubungan tersebut tetap signifikan bahkan setelah disesuaikan dengan faktor-faktor lain seperti usia, jenis kelamin, dan IMT, yang menunjukkan bahwa lemak viseral merupakan faktor risiko independen untuk stroke.
Lemak viseral aktif secara metabolik. Lemak ini melepaskan zat-zat inflamasi dan asam lemak bebas langsung ke vena porta, yang menuju ke hati. Hal ini memengaruhi cara hati memproses lemak, yang menyebabkan peningkatan produksi kolesterol LDL (kolesterol jahat), peningkatan trigliserida, dan penurunan kolesterol HDL (kolesterol baik).
Akibatnya, orang dengan lemak viseral tinggi memiliki risiko lebih tinggi terkena dislipidemia, gangguan metabolisme lipid yang merupakan penyebab utama penyakit jantung.
Lemak viseral menghasilkan lebih banyak protein yang disebut sitokin, yang dapat memicu peradangan tingkat rendah, faktor risiko penyakit jantung dan kondisi kronis lainnya. Lemak viseral juga menghasilkan prekursor angiotensin, protein yang menyebabkan pembuluh darah menyempit dan tekanan darah meningkat.