ilustrasi bayi baru lahir (pexels.com/Jonathan Borba)
Faktor setelah kelahiran umumnya berkaitan dengan kondisi kesehatan bayi yang baru lahir. Beberapa kondisi ini dapat menyebabkan kerusakan otak dan meningkatkan risiko cerebral palsy:
1. Penyakit kuning (hiperbilirubinemia)
Bayi baru lahir yang mengalami penyakit kuning atau kadar bilirubin tinggi dalam darah harus segera ditangani.
Apabila kadar bilirubin mencapai tingkat yang sangat tinggi, bilirubin dapat menembus penghalang darah-otak dan merusak sel-sel otak, menyebabkan kernikterus—sebuah kondisi yang dapat menyebabkan gangguan motorik dan perkembangan saraf, termasuk cerebral palsy.
2. Trauma kepala
Cedera pada kepala bayi, baik karena trauma fisik saat proses kelahiran atau trauma setelah kelahiran (misalnya, akibat jatuh atau kecelakaan) dapat merusak jaringan otak. Jika trauma kepala terjadi pada area otak yang mengontrol gerakan dan koordinasi, maka dapat menyebabkan cerebral palsy.
3. Infeksi otak (meningitis, ensefalitis)
Infeksi otak yang terjadi pada bayi setelah kelahiran—seperti meningitis atau ensefalitis—dapat menyebabkan peradangan yang merusak jaringan otak. Infeksi ini dapat mengganggu area otak yang mengontrol fungsi motorik dan koordinasi tubuh. Meningitis bakteri, misalnya, bisa menyebabkan perdarahan otak dan kerusakan saraf yang menyebabkan cerebral palsy.
Itulah deretan penyebab cerebral palsy pada anak. Tidak semua penyebab dan faktor risiko cerebral palsy dapat dicegah. Namun, menjaga kondisi sebaik mungkin sebelum dan selama kehamilan dapat meminimalkan risiko.
Penting untuk selalu melakukan pemeriksaan rutin selama kehamilan, memantau kondisi kesehatan bayi secara cermat setelah kelahiran, dan memastikan penanganan segera jika terdapat gejala atau komplikasi yang dapat mengancam perkembangan otak.
Referensi
"Buku Ajar Neurologi Anak." Ikatan Dokter Anak Indonesia.