Iklan - Scroll untuk Melanjutkan
Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
ilustrasi kelenjar getah bening di ketiak (vecteezy.com/buraratn)
ilustrasi kelenjar getah bening di ketiak (vecteezy.com/buraratn)

Intinya sih...

  • Kelenjar getah bening membengkak saat menyaring sel-sel yang tidak diinginkan dari tubuh.
  • Penyebab pembengkakan kelenjar getah bening di ketiak termasuk infeksi bakteri, virus, kondisi medis tertentu, reaksi vaksin, efek samping pengobatan, cedera, dan rambut tumbuh ke dalam.
  • Pembengkakan kelenjar getah bening juga dapat disebabkan oleh penyakit seperti selulitis, cat scratch disease, penyakit Lyme, trikomikosis, sifilis, toksoplasmosis, mononukleosis, influenza, HIV, herpes zoster, dan hepatitis.

Ketika mengalami infeksi atau cedera, kelenjar getah bening mungkin membengkak saat mulai menyaring sel-sel yang tidak diinginkan dari getah bening.

Getah bening atau limfa adalah cairan encer yang membawa oksigen ke sel dan mengangkut produk limbah keluar dari sel. Ini juga mengandung sel darah putih, yang membantu melawan infeksi.

Ketika mulai bekerja lebih keras untuk membuang limbah, kelenjar getah bening dapat membesar. Pembesaran atau pembengkakan ini lebih sering terjadi pada area tubuh tertentu, seperti leher, ketiak, dan selangkangan.

Kelenjar getah bening yang membengkak mungkin terasa nyeri dan sakit saat disentuh. Pada beberapa kasus, benjolan akan tampak membesar di bawah kulit. Namun, pada kasus lain, itu akan menjadi lebih kecil atau lebih dalam di dalam tubuh dan hanya terlihat saat menyentuh area tersebut.

Pembengkakan kelenjar getah bening (limfadenopati) di ketiak dapat terjadi karena beberapa alasan. Pertama karena infeksi bakteri, yang berupa:

  • Selulitis.
  • Cat scratch disease.
  • Penyakit Lyme.
  • Trikomikosis.
  • Sifilis.
  • Toksoplasmosis.

Penyebab kedua adalah karena infeksi virus, seperti:

  • Mononukleosis.
  • Influenza (flu).
  • HIV.
  • Herpes zoster.
  • Hepatitis.

Bisa juga karena kondisi medis tertentu, di antaranya:

  • Kanker.
  • Artritis reumatoid.
  • Lupus.

Faktor lainnya, termasuk:

  • Reaksi vaksin.
  • Efek samping pengobatan.
  • Cedera.
  • Rambut tumbuh ke dalam.

1. Selulitis

Selulitis adalah infeksi kulit akibat bakteri yang paling umum dan terjadi ketika bakteri seperti Streptococcus grup A memasuki lapisan kulit yang lebih dalam.

Infeksi ini dapat menyebabkan kulit tampak merah, bengkak, dan berlubang (seperti kulit jeruk). Gejala lain termasuk pembengkakan kelenjar getah bening, demam, dan menggigil.

Antibiotik dapat membantu memperbaiki gejala.

Kamu dapat menurunkan risiko selulitis dengan sering mencuci tangan dan menjaga luka tetap bersih, kering, dan tertutup.

2. Cat scratch disease

Cat scratch disease (CSD) bisa menyebabkan infeksi bakteri yang disebarkan oleh kucing, terjadi ketika kucing yang terinfeksi menjilati luka terbuka, menggigit atau mencakar kamu hingga merusak kulit.

Infeksi ini menyebabkan kulit berubah warna atau bengkak, timbul luka (lesi) yang mungkin berisi nanah, pembengkakan kelenjar getah bening, sakit kepala, demam, nafsu makan buruk, dan kelelahan.

Kelenjar getah bening yang paling dekat dengan goresan mungkin terasa nyeri, nyeri tekan, dan bengkak.

Penyebab CSD adalah sejenis bakteri yang disebut Bartonella henselae. Hingga 30 persen kucing membawa bakteri jenis ini, dan kucing yang terinfeksi sering kali tidak menunjukkan gejala.

Untuk menurunkan risiko CSD, jangan biarkan kucing menjilat luka terbuka. Jika mengalami gigitan atau cakaran kucing, segera cuci area tersebut dengan sabun dan air.

3. Penyakit Lyme

ilustrasi penyakit Lyme (commons.wikimedia.org/CNX OpenStax)

Penyakit Lyme adalah infeksi bakteri yang disebabkan oleh bakteri Borrelia burgdorferi yang menyebar dari gigitan kutu yang terinfeksi.

Penyebarannya masif di Amerika Serikat dan Eropa, sementara di Asia prevalensinya lebih rendah.

Gejala umum penyakit Lyme meliputi ruam, demam, sakit kepala, pembengkakan kelenjar getah bening, dan kelelahan.

Jika tidak diobati, penyakit Lyme dapat menyebabkan gejala jantung, sendi, dan sistem saraf. Gejala-gejala ini sering muncul 3–30 hari setelah gigitan kutu.

4. Trikomikosis

Trikomikosis adalah infeksi bakteri pada bulu ketiak yang menyebabkan iritasi dan rasa tidak nyaman pada ketiak.

Gejala umum trikomikosis sering kali berupa keringat berlebih dan bau tak sedap di ketiak. Kamu juga mungkin menemukan keringat berwarna kuning, merah, atau hitam. Bulu ketiak biasanya menjadi lebih tebal dan kasar.

Trikomikosis tidak menular dan dapat diobati dengan antibiotik serta menjaga kebersihan yang baik.

Infeksi bakteri ini bisa menyerang siapa saja. Namun, perempuan lebih kecil kemungkinannya terkena infeksi ini karena mereka cenderung mencukur bulu ketiak.

Faktor risiko trikomikosis lain termasuk:

  • Kelembapan.

  • Keringat berlebih di ketiak.

  • Lingkungan yang ramai.

  • Kebersihan yang buruk.

  • Berat badan berlebih.

5. Sifilis

Sifilis atau raja singa merupakan infeksi menular seksual (IMS) yang disebabkan oleh bakteri Treponema pallidum.

Gejala sifilis terjadi secara bertahap. Tahap pertama bisa menimbulkan luka atau benjolan pada penis, vagina, anus, dubur, bibir atau mulut. Ketika sifilis berkembang, bisa terjadi pembengkakan kelenjar getah bening.

Sifilis dapat disembuhkan dengan antibiotik.

Lakukan tes sifilis, jika:

  • Pernah melakukan kontak seksual dengan seseorang yang mungkin mengidap sifilis.

  • Memiliki penyakit menular seksual lainnya, seperti HIV.

  • Sedang hamil.

  • Berhubungan seks dengan lebih dari satu pasangan.

  • Berhubungan seks tanpa kondom.

6. Toksoplasmosis

ilustrasi jamur parasit toxoplasma gondii yang diambil dengan citra mikroskop (commons.wikimedia.org/Daniel Mietchen)

Toksoplasmosis adalah infeksi yang disebabkan oleh Toxoplasma gondii, yang dapat menyebar melalui konsumsi daging dan kerang yang kurang matang dan terkontaminasi.

Kamu juga mungkin terkena infeksi ini karena meminum air yang terkontaminasi dan bersentuhan dengan kotoran kucing.

Kebanyakan orang yang terkena toksoplasmosis tidak menunjukkan gejala karena sistem kekebalan tubuh melawan infeksi tersebut.

Jika bergejala, kamu mungkin mengalami pembengkakan kelenjar getah bening dan gejala mirip flu.

Perawatan dini diperlukan. Infeksi yang parah dapat menyebabkan kerusakan permanen pada otak, mata, dan organ lainnya.

7. Mononukleosis

Mononukleosis adalah infeksi menular yang biasanya menyebar melalui kontak dengan cairan tubuh, terutama air liur. Kondisi ini juga dapat ditularkan dengan berbagi cangkir dan peralatan makan.

Gejala umum mononukleosis antara lain kelelahan, demam, sakit tenggorokan, sakit kepala, nyeri badan dan pembengkakan kelenjar getah bening di leher serta ketiak. Gejala biasanya dimulai sekitar 4–6 minggu setelah infeksi.

Antibiotik tidak efektif melawan mononukleosis. Kebanyakan orang membaik dengan pengobatan rumahan (seperti istirahat dan makanan bergizi) dalam waktu 2 hingga 4 minggu. Namun, gejalanya dapat berlangsung dalam periode mingguan hingga bulanan.

8. Influenza

Influenza atau flu adalah penyakit pernapasan akibat virus yang menginfeksi hidung, tenggorokan, dan terkadang paru-paru. Flu menyebar melalui paparan tetesan kecil ketika seseorang bersin, batuk, atau berbicara.

Gejala biasanya berupa demam, menggigil, batuk, sakit tenggorokan, pilek, nyeri badan, sakit kepala, kelelahan, dan pembengkakan kelenjar getah bening.

Kamu dapat menurunkan risiko tertular flu dengan menerima vaksinasi flu tahunan, sering mencuci tangan, dan membatasi kontak dengan penderita flu.

9. HIV

ilustrasi sel T (bagian dari sel darah putih) yang terinfeksi HIV (flickr.com/NIAID)

Human immunodeficiency virus (HIV) adalah penyakit virus serius yang menghancurkan sejenis sel darah putih dalam sistem kekebalan yang membantu tubuh melawan infeksi.

HIV sangat meningkatkan risiko infeksi dan penyakit serius serta dapat menyebar melalui cairan tubuh seperti air mani, cairan vagina, dan darah.

Gejala HIV termasuk demam, menggigil, ruam, keringat malam, sakit tenggorokan, nyeri tubuh, kelelahan, sariawan, dan pembengkakan kelenjar getah bening. Gejala biasanya datang dan pergi pada beberapa minggu pertama penyakit.

Jika didiagnosis sejak dini, HIV bisa ditangani dengan obat antiretroviral.

10. Herpes zoster

Herpes zoster atau cacar api adalah infeksi virus yang disebabkan oleh varicella-zoster (VZV), virus yang juga menyebabkan cacar air. Jika menderita cacar air saat kecil, kamu bisa terkena herpes zoster saat dewasa.

Mendapatkan vaksin herpes zoster dapat mengurangi risiko infeksi. Jika mengalaminya, kamu mungkin bisa mendapatkan gejala seperti nyeri, kulit gatal, ruam yang nyeri dan seperti melepuh, demam, menggigil , sakit kepala, serta pembengkakan kelenjar getah bening.

Herpes zoster dapat diobati dengan obat antivirus seperti Zovirax (asiklovir).

11. Hepatitis

Hepatitis mengacu pada peradangan hati. Penyakit ini disebabkan oleh hepatitis A, hepatitis B, atau hepatitis C.

Banyak orang dengan hepatitis tidak menunjukkan tanda-tanda penyakit tersebut. Namun, jika bergejala, ini bisa berupa demam, kelelahan, mual, muntah, kehilangan nafsu makan, nyeri, urine berwarna gelap, tinja berwarna seperti tanah liat, dan pembengkakan kelenjar getah bening.

Infeksinya mungkin berlangsung berminggu-minggu hingga berbulan-bulan. Kabar baiknya, ada vaksin untuk mencegah beberapa hepatitis.

12. Kanker

ilustrasi sel kanker (freepik.com/becstock)

Jenis kanker tertentu dapat memengaruhi kelenjar getah bening. Limfoma Hodgkin dan limfoma non-Hodgkin adalah kanker yang dimulai di kelenjar getah bening, sedangkan leukemia mempengaruhi sel darah dan pada akhirnya dapat menyebabkan pembengkakan kelenjar getah bening.

Jenis kanker lain mungkin dimulai di area lain di tubuh dan menyebar ke kelenjar getah bening melalui cairan getah bening atau darah.

Kanker kepala, leher, dan payudara kemungkinan besar menyebar ke kelenjar getah bening di ketiak karena letaknya yang dekat dengan ketiak.

Penting untuk mencari perawatan dari dokter sesegera mungkin. Rencana pengobatan kanker tergantung pada jenis kanker yang dimiliki, stadiumnya, dan tingkat keparahan gejala.

13. Artritis reumatoid

Artritis reumatoid adalah suatu kondisi peradangan autoimun yang menyebabkan sistem kekebalan menyerang sel-sel sehat di persendian sehingga menyebabkan peradangan.

Pasien artritis reumatoid biasanya mengalami nyeri pada persendian tangan, pergelangan tangan atau lutut. Gejala artritis reumatoid sering kali berupa nyeri, bengkak dan kaku pada persendian.

Kamu mungkin juga merasakan demam, kelelahan, penurunan berat badan, kelemahan, dan pembengkakan kelenjar getah bening.

Pengobatan dari dokter dapat membantu mengurangi gejala.

14. Lupus

Lupus eritematosus sistemik atau yang lebih dikenal sebagai lupus adalah suatu kondisi autoimun kronis yang terjadi ketika sistem kekebalan menyerang jaringan sehat di dalam tubuh.

Lupus memengaruhi beberapa organ dan dapat menyebabkan peradangan serta kerusakan pada kulit, persendian, jantung, paru-paru, ginjal, sel darah, atau otak.

Gejala lupus bisa sangat bervariasi, termasuk nyeri, demam, ruam, rambut rontok, luka, dan pembengkakan kelenjar getah bening.

Tidak ada obat untuk lupus, tetapi perawatan dan perubahan gaya hidup dapat membantu mengelola kondisi ini dengan baik.

15. Reaksi vaksin

Dalam kasus yang sangat jarang terjadi, vaksin dapat menyebabkan reaksi yang memengaruhi kelenjar getah bening.

Sebuah studi kasus pada 2022 menemukan bahwa satu orang yang menerima vaksin COVID-19 mengalami pembengkakan pada kelenjar getah bening di ketiaknya. Risiko reaksi ini dapat meningkat dengan pemberian vaksin (tambahan) berikutnya.

Dalam studi kasus, orang tersebut mengalami pembengkakan kelenjar getah bening setelah menerima vaksin COVID-19 ketiga.

16. Efek samping obat

Obat tertentu meningkatkan risiko pembengkakan kelenjar getah bening di ketiak, seperti:

  • Aloprim (allopurinol): Mengobati asam urat dan batu ginjal.
  • Tenormin (atenolol): Mengobati tekanan darah tinggi dan nyeri dada.
  • Capoten (captopril): Mengobati tekanan darah tinggi dan gagal jantung.
  • Tegretol (carbamazepine): Mengobati kejang dan gangguan bipolar.
  • Apresoline (hydralazine): Mengobati tekanan darah tinggi.
  • Dilantin (phenytoin): Mengobati kejang.
  • Mysoline (primidone): Mengobati gangguan kejang.
  • Daraprim (pyrimethamine): Mengobati toksoplasmosis.
  • Cardioquin (quinidine): Mengobati detak jantung tidak teratur (aritmia) .
  • Clinoril (sulindac): Mengobati nyeri.

Pembengkakan kelenjar getah bening juga bisa menjadi efek samping dari golongan obat tertentu yang mengobati infeksi bakteri—seperti Sefalosporin, Penisilin, dan Sulfonamida.

17. Cedera

Pembengkakan di ketiak terkadang bisa disebabkan oleh ketegangan otot atau cedera. Otot-otot di dalam dan sekitar ketiak bisa terasa nyeri jika digunakan secara berlebihan dengan gerakan mengangkat, menarik, melempar, atau mendorong.

Cedera pada bahu, seperti dislokasi bahu, juga bisa menyebabkan nyeri dan bengkak di ketiak. Saat cedera sembuh, pembengkakan biasanya hilang.

18. Rambut tumbuh ke dalam

ilustrasi folikulitis (wikipedia.org/Da pacem Domine)

Rambut yang tumbuh ke dalam di ketiak terjadi ketika rambut mengeriting kembali ke lapisan kulit yang dangkal, bukan tumbuh ke luar.

Seandainya mengalami rambut tumbuh ke dalam, kemungkinan besar kamu akan mengalami iritasi, bengkak, nyeri, bentol, dan gatal di ketiak.

Jika rambut yang tumbuh ke dalam terkena dampaknya, hal ini dapat berkembang menjadi kondisi yang disebut folikulitis, yang mungkin memerlukan antibiotik atau pengobatan rumahan antibakteri.

Jika kamu melihat pembengkakan kelenjar getah bening yang terus-menerus atau sangat besar, penting untuk berkonsultasi dengan dokter untuk evaluasi dan diagnosis yang tepat.

Dokter dapat menentukan penyebabnya dan merekomendasikan pengobatan jika diperlukan. Ingatlah bahwa meskipun sebagian besar kasus pembengkakan kelenjar getah bening bersifat jinak dan bisa sembuh dengan sendirinya, tetapi penting untuk menyingkirkan kemungkinan penyebab yang serius, seperti limfoma.

Referensi

"What Causes Swollen Lymph Nodes in the Armpit?" Health. Diakses Mei 2024. 
"What causes swollen lymph nodes in the armpit?" MedicalNewsToday. Diakses Mei 2024. 
"Swollen lymph nodes." Mayo Clinic. Diakses Mei 2024. 
Emilia Giambersio, Veronica Magni, and Francesco Sardanelli, “Bilateral Lymphadenopathies on Mammograms: A Case of Mixed Connective Tissue Disease and Psoriatic Arthropathy,” BJR|Case Reports 9, no. 2 (January 12, 2023), https://doi.org/10.1259/bjrcr.20220077.
"About Cellulitis." Centers for Disease Control and Prevention (CDC). Diakses Mei 2024.
"Lyme Disease." MedlinePlus. Diakses Mei 2024
María Luisa Montes De Oca-Loyola et al., “An Overview of Trichobacteriosis (Trichomycosis): An Underdiagnosed Disease,” Cureus, September 25, 2023, https://doi.org/10.7759/cureus.45964.
"About Syphilis." CDC. Diakses Mei 2024.
Doami, Ryoki, Shoji Oura, and Shinichiro Makimoto. “Unilateral Axillary Lymphadenopathy Due to Toxoplasmosis: A Ubiquitous Infectious Disease Important for Differential Diagnosis of Solid Malignancies.” Case Reports in Oncology 15, no. 1 (April 21, 2022): 430–35. https://doi.org/10.1159/000524177.
"Infectious Mononucleosis." MedlinePlus. Diakses Mei 2024.
"Influenza (flu)." CDC. Diakses Mei 2024.
"Shingles (Herpes Zoster)." CDC. Diakses Mei 2024.
"HIV." MedlinePlus. Diakses Mei 2024.
"What is Viral Hepatitis?" CDC. Diakses Mei 2024.
"Lymph Nodes and Cancer." American Cancer Society. Diakses Mei 2024. 
"Rheumatoid Arthritis." CDC. Diakses Mei 2024.
"Systemic Lupus Erythematosus (Lupus)." National Institute of Arthritis and Musculoskeletal and Skin Diseases. Diakses Mei 2024
Nobuyasu Yoshimoto et al., “Axillary Lymph Node Swelling After COVID-19 Booster Vaccination: Japanese Case Report and Literature Review,” In Vivo 36, no. 4 (January 1, 2022): 1977–81, https://doi.org/10.21873/invivo.12921.
Juan-Hua Liu et al., “Intradermal Growing Hair: Two Case Reports,” American Journal of Men S Health 13, no. 1 (January 1, 2019), https://doi.org/10.1177/1557988319825774.
"Trichomycosis." Healthline. Diakses Mei 2024. 
"Syphilis." Mayo Clinic. Diakses Mei 2024. 

Editorial Team