Iklan - Scroll untuk Melanjutkan
Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
ilustrasi ruam vagina (freepik.com/drobotdean)

Artikel ini telah ditinjau secara medis oleh dr. Dina Putri Chandra, SpKK, FINSDV

Ruam di area vagina bisa menjadi masalah yang mengganggu dan menimbulkan ketidaknyamanan. Kondisi ini bisa disebabkan oleh berbagai faktor, mulai dari iritasi ringan hingga infeksi yang memerlukan penanganan medis.

Beberapa penyebab umum termasuk reaksi alergi terhadap produk perawatan, gesekan akibat pakaian ketat, infeksi jamur atau bakteri, serta kondisi kulit tertentu seperti eksim atau psoriasis. Memahami penyebab ruam di area vagina sangat penting agar dapat mengambil langkah pencegahan yang tepat dan menentukan pengobatan yang sesuai.

1. Folikulitis

Folikulitis adalah peradangan pada folikel rambut yang dapat disebabkan oleh infeksi, cedera, atau iritasi. Folikel rambut merupakan akar rambut yang berbentuk bulat dan menumbuhkan rambut baru.

Folikulitis menyebabkan benjolan kecil pada kulit, menyerupai jerawat dan berwarna merah serta terasa nyeri. Folikulitis dapat terbentuk di sekitar vulva dan cenderung terjadi ketika rambut kemaluan dicukur atau dipotong terlalu dekat dengan kulit.

2. Dermatitis kontak

ilustrasi area vagina (freepik.com/freepik)

Dermatitis kontak dapat menyebabkan ruam di area genital. Karena kulit di area vagina lebih sensitif daripada tempat lain di tubuh, seseorang mungkin mengalami ruam di sini tanpa mengalaminya di tempat lain di tubuh mereka.

Gejalanya dapat meliputi kemerahan dan gatal, bengkak dan lecet, serta kekeringan dan benjolan.

Sering kali, reaksi ini dapat disebabkan oleh perubahan pada perawatan mandi atau produk pembersih. Dalam skenario ini, ini dapat diatasi dengan menghilangkan paparan alergen. Dalam kasus yang lebih serius, steroid topikal mungkin diperlukan untuk mengobati peradangan.

3. Vaginitis

Vaginitis atau juga disebut vulvovaginitis ketika melibatkan vulva—bagian luar alat kelamin yang mengelilingi lubang vagina—juga bisa menyebabkan ruam di area vagina. Penyebab paling umumnya meliputi:

  • Vaginitis bakteri terjadi ketika bakteri tertentu berkembang biak dan mengubah keseimbangan bakteri normal dalam vagina.
  • Infeksi jamur (Candida) paling sering melibatkan jamur Candida albicans. Perempuan biasanya memiliki sejumlah jamur ini di area vagina. Namun, faktor-faktor tertentu dapat menyebabkan penurunan bakteri baik (Lactobacillus) dalam vagina, sehingga memungkinkan Candida untuk tumbuh berlebihan.
  • Trikomoniasis (trich) disebabkan oleh parasit protozoa Trichomonas vaginalis. Penyakit ini menyebar dari orang ke orang melalui hubungan seksual.

Gejala vaginitis meliputi:

  • Gatal.
  • Perubahan pada keputihan.
  • Rasa sakit saat buang air kecil atau hubungan seksual.
  • Perdarahan vagina.

Beberapa gejala khusus untuk jenis infeksi:

  • Infeksi bakteri biasanya berupa keputihan berwarna kekuningan atau keabu-abuan yang berbau amis.
  • Infeksi jamur mungkin memiliki cairan putih yang terlihat seperti keju cottage.
  • Trikomoniasis memiliki bau yang kuat dan keputihan berwarna kuning kehijauan. Namun, menurut CDC, sekitar 70 persen orang yang terinfeksi tidak memiliki gejala apa pun.

Infeksi jamur dapat diobati dengan antijamur yang dijual bebas atau dengan resep dokter, berupa antibiotik atau krim antibakteri. Sementara itu, trikomoniasis diobati dengan antibiotik, seperti metronidazol atau tinidazol.

4. Psoriasis

ilustrasi vulva (pexels.com/Dainis Graveris)

Psoriasis adalah kondisi autoimun yang memengaruhi kulit, termasuk alat kelamin. Lesi psoriasis pada vulva lebih sering terjadi pada anak-anak daripada orang dewasa. Psoriasis tidak memengaruhi bagian dalam vagina.

Sebuah tinjauan tahun 2014 melaporkan bahwa perempuan dengan psoriasis umumnya mengalami gatal pada vagina.

National Psoriasis Foundation memperkirakan bahwa antara sepertiga dan dua pertiga orang dengan psoriasis pada suatu saat akan mengalami psoriasis genital.

Selain gatal, terdapat plak merah simetris di area vulva. Ini juga dapat muncul di area anus. Psoriasis biasanya diobati secara topikal dengan kortikosteroid berkekuatan rendah.

5. Skabies

Ruam skabies disebabkan oleh tungau kecil yang menggali di bawah kulit untuk bertelur. Hewan kecil ini biasanya terlihat di lutut, alat kelamin, sekitar pinggang, tangan, dan kaki.

Gejala penyakit skabies antara lain:

  • Gatal-gatal hebat, terutama pada malam hari.
  • Garis-garis berwarna perak atau merah pada kulit yang panjangnya 1 sentimeter (atau lebih pendek).
  • Bintik-bintik merah/benjolan.

Tungau mudah ditularkan dari orang ke orang, termasuk melalui hubungan seksual. Kamu juga dapat tertular tungau dari pakaian, handuk, atau tempat tidur yang terinfeksi.

6. Moluskum kontagiosum

ilustrasi dokter dokter memegang replika vagina (freepik.com/freepik)

Moluskum kontagiosum adalah infeksi virus yang umum menyerang kulit. Penyakit ini menular dan menyebar melalui kontak, termasuk hubungan seksual.

Gejalanya berupa benjolan berdiameter 2–5 milimeter, dengan ciri-ciri:

  • Berbentuk bulat dan keras.
  • Biasanya memiliki lekukan di bagian tengah.
  • Awalnya berwarna seperti daging.
  • Dapat menjadi merah dan meradang.
  • Bisa terasa gatal.

Virus ini hanya hidup di permukaan kulit. Bagi sebagian besar orang sehat, benjolan akan menghilang seiring waktu tanpa pengobatan. Ketika hal ini terjadi, infeksi tidak lagi menular. Dalam kasus lain, prosedur rawat jalan diperlukan untuk mengobati infeksi.

7. Kutu kemaluan

Kutu kemaluan adalah serangga parasit kecil yang menyerang rambut kemaluan di area genital. Serangga kecil yang memakan darah manusia ini menempel pada rambut kasar di sekitar alat kelamin.

Gigitan kutu menyebabkan rasa gatal yang hebat dan ruam bintik-bintik merah. Kutu menyebar melalui kontak tubuh yang dekat.

Serangga seperti kepiting ini dapat terlihat, termasuk telur-telurnya. Kutu kemaluan biasanya diobati dengan obat bebas, seperti permetrin.

8. Herpes genital

ilustrasi perempuan duduk di taman (unsplash.com/Sarah Brown)

Herpes genital disebabkan oleh virus herpes simpleks, biasanya tipe 2 (HSV-2). Ini adalah salah satu infeksi menular seksual (IMS) yang paling umum.

Setelah kamu terpapar, virus ini akan tetap berada di dalam sel saraf tubuh dan dapat menyebabkan outbreak (munculnya kembali atau episode infeksi herpes yang aktif) di kemudian hari. Outbreak yang berulang biasanya tidak terlalu parah dan lebih singkat.

Gejala muncul 4–7 hari setelah penularan seksual. Gejalanya meliputi lepuhan dan lesi kecil yang terasa sakit atau terbakar di sekitar vagina, bokong, dan anus yang dapat berlangsung hingga tiga minggu.

Lesi dapat pecah, mengeluarkan nanah, dan berkerak. Vulva kemudian dapat meradang, bengkak, dan nyeri.

Gejala herpes genital lainnya dapat meliputi pembengkakan kelenjar getah bening, demam, sakit kepala, dan nyeri tubuh.

Herpes tidak dapat disembuhkan, tetapi obat-obatan seperti asiklovir, famciclovir, atau valasiklavir dapat meringankan tingkat keparahan dan memperpendek masa penularan.

9. Sifilis

Sifilis adalah IMS yang disebabkan oleh bakteri Treponema pallidum. Penyakit ini memiliki empat tahapan dan dapat melumpuhkan, bahkan berakibat fatal jika tidak diobati.

Pada tahap primer sifilis, luka kecil yang disebut chancre berkembang di lokasi infeksi. Biasanya muncul tiga sampai empat minggu setelah penularan awal bakteri.

Chancre tidak menimbulkan rasa sakit, tetapi sangat menular. Karena tidak terasa sakit, terkadang tidak disadari. Chancre akan sembuh setelah sekitar tiga minggu, tetapi bakteri terus menyebar ke seluruh tubuh.

Pada tahap sekunder sifilis, muncul ruam, termasuk pada vagina. Gejala lainnya meliputi:

  • Kelelahan.
  • Demam.
  • Pembengkakan kelenjar getah bening.
  • Sakit kepala dan nyeri tubuh.
  • Penurunan berat badan.
  • Rambut rontok.

Sifilis dapat diobati dengan penisilin atau antibiotik lain untuk individu yang alergi terhadap penisilin.

10. Kutil kelamin

ilustrasi masalah vagina (vecteezy.com/114902090457753899543)

Kutil kelamin yang sangat menular disebabkan oleh beberapa jenis human papillomavirus (HPV). Kutil kelamin adalah salah satu IMS yang paling umum.

Kutil kelamin biasanya muncul dalam kelompok, tetapi mungkin juga cuma ada satu. Kutil juga dapat muncul di mulut, tenggorokan, atau area anus. Beberapa cirinya antara lain:

  • Warnanya bervariasi dari terang (seperti warna daging dan seperti mutiara) hingga gelap (ungu, abu-abu, atau cokelat).
  • Kutil dapat berukuran kecil hingga besar, berbentuk bulat atau datar.
  • Teksturnya bervariasi dari kasar hingga halus.

Meskipun biasanya tidak menimbulkan rasa sakit, tetapi kutil dapat membesar dan tidak nyaman, teriritasi, atau gatal.

Sering kali, kutil kelamin akan hilang dengan sendirinya dalam waktu satu tahun. Mengobatinya akan mengecilkan kutil, tetapi virus akan tetap ada dalam tubuh.

11. Neurodermatitis

Neurodermatitis adalah kondisi kulit gatal yang tidak menular. Penyakit ini dapat berkembang di mana saja di tubuh. Di area genital, neurodermatitis sering memengaruhi vulva.

Menggaruk akan memperparah rasa gatal dan dianggap dapat mengiritasi ujung saraf di area yang digaruk. Saraf-saraf tersebut kemudian memberi sinyal bahwa ada rasa gatal.

Penyebab pastinya tidak diketahui, tetapi neurodermatitis dapat dipicu oleh gigitan serangga atau stres. Hal ini juga dapat terjadi akibat kondisi lain, seperti dermatitis kontak atau neuropati diabetes.

Ketika terus menggaruk area vagina, area tersebut akan menjadi tebal dan kasar.

Neurodermatitis bisa diobati dengan obat bebas atau dengan resep untuk meredakan rasa gatal.

12. Ulkus vulva

ilustrasi vulva (unsplash.com/charlesdeluvio)

Ulkus vulva adalah luka yang muncul di area vulva. Luka ini dapat terasa sangat nyeri, bisa juga tidak. Penyebab yang paling umum adalah IMS, serta infeksi bakteri atau jamur. Penyebab yang tidak menular meliputi:

  • Psoriasis.
  • Reaksi obat.
  • Trauma seksual.
  • Sindrom Behçet (penyakit autoimun yang jarang terjadi).

Ulkus vulva mungkin awalnya terlihat seperti benjolan, ruam, atau kulit yang pecah. Gejala lainnya meliputi:

  • Rasa sakit atau ketidaknyamanan.
  • Gatal-gatal.
  • Keluarnya cairan atau keputihan.
  • Nyeri atau sulit buang air kecil.
  • Pembesaran kelenjar getah bening.
  • Demam.

Perawatan akan tergantung pada penyebab ulkus.

13. Kista Bartholin

Kista Bartholin adalah pembengkakan kecil pada salah satu kelenjar yang mengeluarkan cairan pelumas pada setiap sisi lubang vagina.

Kista terisi dengan cairan ketika kelenjar terluka atau terinfeksi. Kondisi tersebut dapat terinfeksi dan terisi nanah, sehingga membentuk abses.

Kista Bartholin sering kali tidak menimbulkan rasa sakit dan pertumbuhannya lambat. Namun, dapat terjadi pembengkakan dan kemerahan di dekat lubang vagina, serta rasa tidak nyaman saat berhubungan seks atau melakukan aktivitas lainnya.

Perawatan dapat mencakup pereda nyeri yang dijual bebas atau prosedur rawat jalan untuk mengangkat kista.

14. Lichen planus

ilustrasi peraga vagina wanita (freepik.com/freepik)

Lichen planus adalah jenis ruam yang ditemukan di beberapa area tubuh, termasuk vulva. Kondisi ini biasanya menyerang perempuan berusia 50-an dan 60-an.

Lichen planus tidak menular, tetapi menyebabkan garis-garis putih pada vulva. Gejala lainnya meliputi nyeri, rasa terbakar, dan gatal.

Ini disebabkan oleh sistem kekebalan tubuh yang menyerang sel-sel kulit atau sel-sel selaput lendir, termasuk vagina. Ruam cenderung hilang setelah enam sampai sembilan bulan dan jarang bertahan lebih dari 18 bulan.

Gejalanya meliputi:

  • Gatal, rasa terbakar, perih, dan nyeri.
  • Kemerahan atau benjolan keunguan.
  • Erosi pada kulit dengan batas putih berenda.
  • Jaringan parut dan ketidaknyamanan saat berhubungan seks.

15. Lichen sclerosus

Lichen sclerosus jarang terjadi dan biasanya hanya memengaruhi vulva. Hal ini kebanyakan muncul pada perempuan usia prapubertas dan perempuan pascamenopause.

Kondisi ini ditandai dengan plak putih berbentuk angka delapan di sekitar vulva dan anus.

Pada anak-anak, kadang-kadang dapat sembuh dengan sendirinya, sementara pada orang dewasa ini tidak dapat disembuhkan. Namun, gejalanya dapat diobati dengan kortikosteroid topikal atau obat pemodulasi kekebalan tubuh.

Ruam di area vagina bisa disebabkan oleh berbagai faktor, mulai dari iritasi ringan hingga infeksi yang memerlukan pengobatan dari dokter. Jadi, penting untuk mengenali gejala yang muncul dan memahami pemicunya agar dapat mengambil langkah yang tepat.

Jika ruam tidak kunjung membaik, disertai rasa nyeri, gatal hebat, atau gejala lain yang mengganggu, sebaiknya segera temui dokter. Menjaga kebersihan area intim, memilih produk perawatan yang aman, serta mengenakan pakaian yang nyaman dapat membantu mencegah munculnya ruam di kemudian hari. Dengan perawatan yang tepat, kesehatan area vagina dapat tetap terjaga dengan baik.

Referensi

"Why Do I Have a Rash On or Around My Vagina?". Healthline. Diakses Maret 2025.
"Vaginal Rash: What’s Causing Irritation Down There?". Verywell Health. Diakses Maret 2025.
"Folliculitis". Penn Medicine. Diakses Maret 2025.
"Genital warts: Signs and symptoms". American Academy of Dermatology Association. Diakses Maret 2025.
"Genital herpes: Signs and symptoms". American Academy of Dermatology Association. Diakses Maret 2025.
Khurana, Ananta, Sidharth Tandon, YogeshS Marfatia, and Nina Madnani. “Genital Lichen Planus: An Underrecognized Entity.” Indian Journal of Sexually Transmitted Diseases and AIDS 40, no. 2 (January 1, 2019): 105.
Pubic lice. National Health Service. Diakses Maret 2025.
"About Trichomoniasis". Centers for Disease Control and Prevention. Diakses Maret 2025.

Editorial Team