Ini Perbedaan Lipedema dan Selulit, Sekilas Mirip

- Selulit hanya menyebabkan perubahan kosmetik pada kulit dan biasanya tidak memerlukan perawatan, sedangkan lipedema adalah kondisi medis yang perlu diobati untuk menghindari gejala dan komplikasi jangka panjang.
- Selulit adalah kondisi kosmetik umum yang ditandai dengan tampilan kulit yang berlesung pipit atau berbenjol-benjol, yang sering digambarkan memiliki tekstur seperti "kulit jeruk". Sementara itu, lipedema adalah kondisi kronis yang ditandai dengan penumpukan lemak simetris, terutama di ekstremitas bawah.
Dari penampakannya, lipedema dan selulit mirip karena menyebabkan kulit bergelombang tidak rata. Namun, perbedaan utama antara selulit dan lipedema adalah bahwa selulit merupakan kondisi kosmetik yang tidak menyebabkan kondisi kesehatan apa pun, sedangkan lipedema merupakan kondisi medis yang dapat berkembang, mengakibatkan rasa sakit, penurunan mobilitas, dan gejala lainnya.
Kenali lebih dalam perbedaan antara lipedema dan selulit lewat ulasan berikut ini.
1. Pengertian selulit dan lipedema
Selulit
Selulit adalah kondisi kosmetik umum yang ditandai dengan tampilan kulit yang berlesung pipit atau berbenjol-benjol, yang sering digambarkan memiliki tekstur seperti "kulit jeruk".
Selulit bukan kondisi medis, melainkan variasi normal dalam cara penyimpanan lemak di bawah kulit.
Kondisi ini sangat umum terjadi, memengaruhi sekitar 80–90 persen perempuan pascapubertas hingga taraf tertentu. Laki-laki lebih jarang terdampak, dengan tingkat prevalensi kurang dari 10 persen.
Lipedema
Lipedema adalah kondisi kronis yang ditandai dengan penumpukan lemak simetris, terutama di ekstremitas bawah.
Kondisi ini diperkirakan memengaruhi satu dari 72.000 orang dan 11 persen perempuan, tetapi kondisi ini mungkin tidak terlalu diperhatikan karena lipedema dapat salah didiagnosis sebagai obesitas atau limfedema (penumpukan cairan limfa di jaringan, yang menyebabkan pembengkakan).
Lipedema diklasifikasikan menjadi beberapa jenis berdasarkan bagian tubuh yang terkena. Beberapa jenis dapat menyerang satu orang dalam satu waktu. Misalnya, tipe II dan IV atau III dan IV merupakan kombinasi yang umum.
- Tipe 1: Distribusi lemak dari pusar ke pinggul, termasuk panggul, pinggul, dan bokong.
- Tipe II: Distribusi lemak dari panggul ke lutut.
- Tipe III: Distribusi lemak dari panggul ke pergelangan kaki.
- Tipe IV: Distribusi lemak dari bahu ke pergelangan tangan.
- Tipe V: Distribusi lemak dari bawah lutut ke pergelangan kaki.
2. Perbedaan penyebab lipedema dan selulit

Selulit
Selulit sangat umum terjadi dan dapat memengaruhi siapa saja dengan ukuran dan bentuk tubuh apa pun. Selain itu, selulit dapat terlihat sangat berbeda dari orang ke orang.
Misalnya, seseorang mungkin memperlihatkan benjolan dan lesung pipit yang sangat samar dan hampir tidak terlihat, sementara orang lain mungkin memiliki timbunan lemak yang dalam dan menonjol. Ada beberapa kemungkinan penyebab selulit, termasuk:
- Pola makan.
- Genetik.
- Kehamilan.
- Gaya hidup sedenter.
- Hormon.
- Kenaikan berat badan.
Selulit tidak menyebabkan kondisi kesehatan yang merugikan, dan sebagian besar dokter menganggap selulit sebagai kondisi alami bagi sebagian besar orang.
Lipedema
Penyebab pasti lipedema belum sepenuhnya dipahami, tetapi diyakini terjadi akibat kombinasi faktor genetik, hormonal, dan vaskular.
Predisposisi genetik memainkan peran penting, karena lipedema sering terjadi dalam keluarga. Riwayat keluarga yang positif telah dicatat dalam 60–80 persen kasus. Studi menunjukkan lipedema dapat diwariskan dengan cara yang hanya memerlukan satu salinan gen bermutasi tertentu, tetapi tidak semua yang mewarisi gen tersebut dijamin akan mengalami lipedema.
Faktor hormonal juga terlibat dalam timbulnya dan perkembangan lipedema karena kondisi ini terutama memengaruhi perempuan dan biasanya bermanifestasi atau memburuk selama periode perubahan hormonal, seperti pubertas, kehamilan, atau menopause.
Faktor vaskular juga dapat berkontribusi terhadap perkembangan lipedema. Ada bukti mikroangiopati (penyakit pembuluh darah kecil) pada individu yang terkena, yang menyebabkan peningkatan permeabilitas pembuluh darah dan penumpukan lemak berikutnya di jaringan. Disfungsi vaskular ini dapat mengakibatkan nyeri, nyeri tekan, dan mudah memar yang umum dialami oleh pasien lipedema.
Faktor risiko lipedema yang teridentifikasi meliputi:
- Jenis kelamin perempuan.
- Riwayat lipedema dalam keluarga.
- Indeks massa tubuh (IMT) lebih dari 35.
3. Perbedaan gejala lipedema dan selulit
Selulit
Tanda utama selulit adalah kulit yang tampak seperti berlesung pipit. Ini paling sering muncul di paha dan bokong, tetapi juga terbentuk di payudara, perut, dan lengan atas.
Selulit dapat diklasifikasikan berdasarkan tingkat keparahannya:
- Tingkat 0: Tidak ada selulit yang terlihat.
- Tingkat 1 (ringan): Kulit tampak halus saat berdiri atau berbaring, tetapi lesung pipit atau benjolan-benjolan kecil terlihat saat kulit dicubit atau otot berkontraksi.
- Tingkat 2 (sedang): Lesung pipit atau benjolan-benjolan kecil saat berdiri namun tidak saat berbaring; tekstur kulit menunjukkan ketidakteraturan yang lebih jelas tanpa mencubit kulit.
- Tingkat 3 (parah): Lesung pipit atau benjolan-benjolan kecil terlihat saat berdiri dan berbaring; kulit memiliki cekungan dan nodul yang dalam, dan tekstur yang tidak rata terlihat jelas tanpa mencubit kulit atau mengencangkan otot.
Lipedema
Gejala lipedema meliputi:
- Penumpukan lemak simetris pada ekstremitas bawah dan/atau atas yang tidak mengenai tangan dan kaki.
- Nodul jaringan lemak yang keras di bawah kulit yang terasa seperti beras, polong, atau kacang.
- Nyeri yang bervariasi dalam tingkat keparahan dan frekuensinya.
- Sensasi berat atau tekanan pada anggota tubuh yang terkena.
- Mudah memar.
- Kelelahan.
- Ketidakmampuan untuk menurunkan berat badan melalui olahraga dan diet.
Lipedema berkembang melalui empat tahap, masing-masing mencerminkan peningkatan keparahan.
- Tahap 1: Kulit halus dengan peningkatan jaringan lemak subkutan yang membesar.
- Tahap 2: Kulit tidak rata yang ditandai dengan lekukan dan tekstur yang tidak teratur.
- Tahap 3: Tonjolan lemak yang besar dan deformasi yang signifikan pada anggota tubuh yang terkena.
- Tahap 4 (lipolimfedema): Lipedema yang berhubungan dengan limfedema.
4. Diagnosis selulit dan lipedema

Selulit
Selulit biasanya mudah didiagnosis dengan pemeriksaan kulit berdasarkan penampilannya yang khas.
Lipedema
Kriteria diagnostik klinis lipedema meliputi:
- Riwayat lipedema dalam keluarga.
- Penumpukan jaringan lemak bilateral, simetris, dan tidak proporsional pada anggota tubuh yang tidak mengenai tangan dan kaki.
- Rasa berat dan tegang pada anggota tubuh yang terkena.
- Nyeri saat ditekan dan disentuh.
- Tidak ada pengurangan volume dan/atau nyeri saat mengangkat anggota tubuh
- Kecenderungan memar.
- Lingkar anggota tubuh stabil dengan pengurangan berat badan atau pembatasan kalori.
- Gejala memburuk sepanjang hari.
- Edema minimal.
Dokter dianjurkan untuk melakukan tes tanda Stemmer, yang mana pemeriksa mencubit dan mencoba mengangkat lipatan kulit, biasanya pada jari kaki atau jari kedua. Jika dapat mencubit, tanda Stemmer negatif. Jika tidak dapat mencubit, tanda Stemmer positif, yang menunjukkan limfedema.
Pencitraan tidak diperlukan untuk diagnosis, tetapi kulit dan jaringan subkutan dapat dipelajari dengan USG, CT, atau MRI.
Limfoskintigrafi adalah teknik pencitraan yang digunakan untuk menilai fungsi limfatik dan mendeteksi kelainan terkait. Selama prosedur, pelacak radioaktif disuntikkan ke dalam jaringan, yang memungkinkan dokter untuk melacak pergerakannya melalui sistem limfatik menggunakan peralatan pencitraan khusus. Ini membantu mengidentifikasi pola drainase limfatik yang terganggu, yang umum terjadi pada tahap lipedema lanjut.
Lipedema dan selulitis sama-sama memerlukan diagnosis klinis, yang berarti tes darah atau pencitraan tidak dapat memastikan keberadaannya. Keduanya harus didiagnosis dengan riwayat pasien dan pemeriksaan fisik yang komprehensif.
5. Penanganan lipedema dan selulit
Selulit
Meskipun selulit tidak berbahaya, tetapi banyak orang merasa khawatir dengan penampilan kulit mereka dan mencari pengobatan untuk mengatasinya.
Pengobatan selulit tidak sesederhana menurunkan berat badan. Faktanya, selulit tidak selalu disebabkan oleh peningkatan lemak tubuh. Sebaliknya, kondisi itu disebabkan oleh cara lemak didistribusikan di kulit dan diikat oleh kolagen. Makin banyak lemak di suatu area tubuh, makin menonjol lemak tersebut, tetapi orang yang lebih kurus pun dapat memiliki selulit.
Pilihan pengobatan untuk selulit dapat meliputi:
- Pengobatan topikal: Krim dan losion berpotensi membantu mengurangi tampilan selulit. Kafein dan retinol adalah dua bahan yang terbukti bermanfaat untuk mengurangi selulit. Kafein membantu mengencangkan kulit, sementara retinol membantu menebalkannya.
- Pengobatan medis: Prosedur medis untuk selulit umumnya melibatkan penargetan sel lemak atau jaringan ikat untuk mengurangi tampilan selulit. Terapi gelombang akustik, pelepasan jaringan presisi dengan bantuan vakum, dan prosedur laser serta subsisi semuanya telah terbukti menjadi perawatan medis yang paling efektif untuk selulit.
- Perubahan gaya hidup: Perubahan gaya hidup, seperti mengonsumsi makanan yang seimbang dan rutin berolahraga dapat membantu mengurangi munculnya selulit. Namun, tubuh setiap orang berbeda, dan tidak ada diet khusus atau program penurunan berat badan yang secara khusus dapat "menargetkan" selulit.
Lipedema
Walaupun tidak ada obat untuk lipedema, tetapi pengobatan dapat membantu mengurangi gejala dan menghentikan perkembangan penyakit. Pilihannya:
- Menjaga berat badan: Mengonsumsi makanan yang seimbang dan rutin berolahraga dapat membantu mencegah penumpukan lemak lebih lanjut. Namun, berkonsultasilah dulu dengan dokter sebelum memulai latihan atau rencana diet baru.
- Rutinitas perawatan kulit: Menjaga rutinitas perawatan kulit yang baik dapat membantu menjaga kulit yang terkena tetap lembap, yang dapat mencegah kulit kering dan nyeri berkembang dan menyebabkan komplikasi lebih lanjut.
- Terapi kompresi: Kaus kaki kompresi, stoking, atau perban lain yang diaplikasikan pada kulit yang terkena dapat membantu mengurangi pembengkakan, nyeri, dan ketidaknyamanan. Terapi kompresi juga dapat dikhususkan untuk membantu gejala spesifik pasien.
- Sedot lemak: Dalam beberapa kasus, sedot lemak dapat membantu menghilangkan penumpukan lemak berlebih dan memperbaiki gejala serta kualitas hidup secara keseluruhan. Namun, ini adalah prosedur pembedahan, jadi pertimbangkan dulu risiko dan manfaatnya dengan dokter.
- Pembedahan: Dalam beberapa kasus yang parah, pengurangan massa lewat pembedahan mungkin diperlukan.
Lipedema dan selulit adalah dua kondisi kesehatan yang berbeda, tetapi sama-sama dapat menyebabkan perubahan jelas pada tampilan kulit.
Selulit hanya menyebabkan perubahan kosmetik pada kulit dan biasanya tidak memerlukan perawatan, sedangkan lipedema adalah kondisi medis yang perlu diobati untuk menghindari gejala dan komplikasi jangka panjang.
Referensi
Luebberding, Stefanie, Nils Krueger, and Neil S. Sadick. “Cellulite: An Evidence-Based Review.” American Journal of Clinical Dermatology 16, no. 4 (May 4, 2015): 243–56.
"Cellulite". Cleveland Clinic. Diakses Desember 2024.
Buck, Donald W., and Karen L. Herbst. “Lipedema: A Relatively Common Disease with Extremely Common Misconceptions.” Plastic & Reconstructive Surgery Global Open 4, no. 9 (September 1, 2016): e1043.
"Lipedema vs. Cellulite: What Are the Differences?" Tactile Medical. Diakses Desember 2024.
Morgan, Steven, Isabella Reid, et al. “A Family-Based Study of Inherited Genetic Risk in Lipedema.” Lymphatic Research and Biology, February 26, 2024.
Kruppa, Philipp, Iakovos Georgiou, et al. “Lipedema—Pathogenesis, Diagnosis, and Treatment Options.” Deutsches Ärzteblatt International, June 1, 2020.
"Lipedema vs. Cellulite: Understanding the Differences and Diagnoses". Rupa Health. Diakses Desember 2024.
"Cellulite". Mayo Clinic. Diakses Desember 2024.
"Diagnosing Lipedema". Lipedema Foundation. Diakses Desember 2024.
"Lipedema or Cellulite? How to Tell the Difference". Healthline. Diakses Desember 2024.
Amato, Alexandre Campos Moraes, and Daniel Augusto Benitti. “Lipedema Can Be Treated Non-Surgically: A Report of 5 Cases.” American Journal of Case Reports 22 (November 2, 2021).