Iklan - Scroll untuk Melanjutkan
Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
pexels.com/Polina Sirotina

Maladaptive behavior atau perilaku maladaptif tampaknya menjadi sesuatu yang umum dalam kehidupan sehari-hari. Baik anak-anak maupun orang dewasa pernah menunjukkan respons marah atau melakukan penarikan diri dari lingkungan sosial karena beberapa alasan.

Akan tetapi, konsep maladaptive behavior ternyata tidak sesederhana itu, khususnya bagi orang-orang dengan gangguan kesehatan mental atau kondisi tertentu. 

Melansir Better Help, perilaku maladaptif merupakan serangkaian perilaku yang bereaksi tidak sesuai dengan rangsangan internal maupun eksternal. Simak penjelasan berikut untuk mengetahui lebih dalam terkait perilaku maladaptif. 

1. Perilaku adaptif vs perilaku maladaptif

pexels.com/Hadi Slash

Dalam siklus kehidupan, kita tak akan benar-benar terhindar dari masalah. Hadirnya masalah menuntut kita untuk menyelesaikannya atau meminimalkannya dari hal-hal yang tidak diinginkan.

Sebagai contoh, seseorang akibat suatu hal (misalnya penyakit, kecelakaan, atau keturunan) kehilangan penglihatannya, maka ia harus beradaptasi dengan kondisinya. Bentuk adaptasi ini bisa berupa mempelajari huruf Braille, memanfaatkan buku audio, atau bentuk adaptasi lainnya. Itu merupakan contoh perilaku adaptif, yang mana individu terkait mau berusaha melakukan sesuatu untuk mengatasi masalahnya.

Kondisi di atas tadi berbeda dengan perilaku maladaptif. Seseorang yang dihadapkan pada masalah cenderung pasif, bahkan dalam beberapa kasus dapat melakukan aksi yang tidak diharapkan oleh lingkungan masyarakat.

Berbeda dengan konteks perilaku maladaptif. Individu yang dihadapkan oleh masalah cenderung pasif, bahkan dalam beberapa kasus dapat melakukan aksi yang tidak diharapkan oleh lingkungan masyarakat. 

2. Perilaku maladaptif seksual

unsplash.com/NeONBRAND

Perilaku maladaptif memengaruhi individu dari segala usia dan latar belakang. Termasuk di dalamnya perilaku maladaptif seksual, yang mana seseorang cenderung melakukan perilaku seksual yang tidak sesuai dengan usia serta memiliki konsekuensi yang berpotensi berbahaya. 

Melansir Healthline, beberapa perilaku maladaptif seksual ditunjukkan dengan:

  • Agresi seksual;
  • Menempatkan diri dalam situasi yang tidak aman;
  • Melakukan hal-hal yang sebenarnya tidak ingin dilakukan;
  • Berhubungan seks tanpa pelindung (kondom) dalam situasi yang seharusnya dibutuhkan.

3. Penyebab perilaku maladaptif

pexels.com/Victor

Terdapat beberapa latar belakang yang bisa membuat seseorang mengembangkan pola perilaku maladaptif. Di antaranya adalah:

  • Trauma: studi dalam jurnal medis JAMA psychiatry tahun 2013 mengemukakan jika pelecehan seksual di masa kanak-kanak meningkatkan risiko perilaku maladaptif seperti menyakiti diri sendiri, penggunaan narkoba, dan perilaku seksual yang tidak aman.
  • Gangguan perkembangan: studi dalam Journal of Neurodevelopmental Disorders tahun 2010 menemukan fakta bahwa individu dengan gangguan perkembangan cenderung mengalami gangguan tidur dan berperilaku maladaptif.
  • Kecemasan: penelitian yang dimuat dalam Journal of Anxiety Disorders tahun 2018 menjelaskan bahwa perilaku maladaptif, yakni penghindaran, cenderung dilakukan sebagai respons terhadap ketakutan dan kecemasan.
  • Mengidap autisme: perilaku maladaptif termasuk agresi, amarah, dan ketidaktaatan umum terjadi pada individu dengan gangguan spektrum autisme. Hal tersebut didukung oleh sebuah penelitian dalam Journal of Autism and Developmental Disorders tahun 2015 .

4. Contoh perilaku maladaptif

unsplash.com/Chaozzy Lin

Perilaku maladaptif identik dengan reaksi yang digambarkan merusak diri sendiri. Contohnya adalah:

  • Penghindaran, termasuk tidak melakukan kontak mata saat berkomunikasi dengan lawan bicara, berbicara dengan intonasi rendah sampai suara terdengar lirih, dan tidak mengajukan pertanyaan padahal sangat membutuhkan informasi lebih lanjut.
  • Marah.
  • Melakukan penarikan diri terhadap aktivitas sosial.
  • Menyakiti diri sendiri.
  • Melakukan penyalahgunaan zat berbahaya.
  • Maladaptive daydreaming.
  • Agresivitas pasif, yaitu reaksi terhadap perasaan negatif secara tidak langsung. 

5. Mengobati perilaku maladaptif

ilustrasi borderline personality disorder atau gangguan kepribadian ambang (pexels.com/cottonbro)

Seperti yang telah disinggung sebelumnya, perilaku melukai diri sendiri, perasaan tertekan hingga berujung pada stres dan kecemasan, indikasi depresi, efek trauma, serta konflik dalam hubungan dengan orang terdekat bisa mengarah pada perilaku maladaptif yang butuh penanganan medis.

Profesional kesehatan mental seperti psikolog, psikiater, terapis, konselor, hingga pekerja sosial dapat membantu manajemen perilaku maladaptif dan meminimalkan dampak negatifnya.

Sementara itu, perawatan yang mungkin akan direkomendasikan ahli dapat berupa konseling kecanduan, terapi perilaku kognitif, terapi eksposur, terapi bicara, manajemen kemarahan, meditasi, dan teknik relaksasi untuk mengurangi stres.

Melansir Verywell Mind, mengganti perilaku maladaptif dengan coping mechanism yang lebih aman dan efektif dapat membantu mengurangi kecemasan, bahkan dalam situasi yang paling menantang.

Coping mechanism tersebut meliputi regulasi emosi, mengembangkan keterampilan sosial, mengembangkan kemampuan berbicara di depan umum, dan menyadari akan tanggung jawab pribadi, yaitu untuk tidak selalu bergantung pada orang lain.

Jika saat ini kamu atau orang yang kamu kenal tengah berada pada fase perilaku maladaptif, jangan ragu untuk meminta bantuan. Keluarga dan teman dekat dapat memberi umpan balik yang jujur ​​terkait perilaku maladaptif yang diperlihatkan.

Sementara itu, ahli kejiwaan dapat membantu mengidentifikasi hal-hal yang terjadi dalam pikiran pasiennya. Mereka juga dapat memberi rekomendasi perawatan yang dirancang untuk membantu meminimalkan dampak perilaku maladaptif dan memberi ruang untuk adaptasi yang lebih sehat dan efektif. 

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.

Editorial Team