Plasenta menempel pada dinding rahim (uterus) dan memasok bayi dengan makanan dan oksigen melalui tali pusat. Plasenta previa adalah masalah kehamilan ketika plasenta tumbuh di bagian terendah rahim dan menutupi seluruh atau sebagian dari pembukaan serviks.
Menurut laporan dalam jurnal Tropical Medicine & International Health (2013), prevalensi keseluruhan plasenta previa adalah 5,2 per 1.000 kehamilan. Namun, ada bukti variasi regional; prevalensi tertinggi di antara penelitian Asia (12,2 per 1.000 kehamilan) dan lebih rendah di antara penelitian dari Eropa (3,6 per 1.000 kehamilan), Amerika Utara (2,9 per 1.000 kehamilan) dan Afrika sub-Sahara (2,7 per 1.000 kehamilan). Prevalensi plasenta previa mayor adalah 4,3 per 1000 kehamilan.
Apabila plasenta previa terjadi pada awal kehamilan, biasanya ini tidak menjadi masalah karena dapat hilang seiring pertumbuhan kehamilan. Namun, jika terus berlanjut dapat menyebabkan perdarahan serius dan komplikasi lain di kemudian hari.
Biasanya, plasenta tumbuh ke bagian atas dinding rahim, jauh dari leher rahim, dan akan tetap di sana sampai bayi lahir. Selama tahap akhir persalinan, setelah bayi lahir, plasenta terpisah dari dinding, dan kontraksi membantu mendorongnya ke jalan lahir (vagina). Ini disebut sebagai afterbirth (plasenta dan selaput janin yang dikeluarkan setelah melahirkan).
Selama persalinan, bayi melewati leher rahim ke jalan lahir. Pada perempuan dengan plasenta previa, saat serviks mulai menipis (efface) dan melebar, pembuluh darah yang menghubungkan plasenta ke rahim dapat robek. Hal ini dapat menyebabkan perdarahan hebat selama persalinan dan kelahiran, membuat ibu dan bayi dalam bahaya.
Jika plasenta previa diidentifikasi dengan USG dan tampak menghalangi serviks, tidak ada pemeriksaan vagina yang dilakukan dan operasi caesar elektif akan direncanakan.