Operasi Caesar: Kapan Dibutuhkan, Jenis Sayatan, Proses, Pemulihan

Bisa direncanakan, dilakukan karena darurat, ataupun pilihan

Bagi calon orang tua, pasti tidak asing lagi mendengar proses melahirkan secara operasi caesar atau persalinan sesar. Persalinan ini juga dikenal sebagai cesarean delivery atau C-section.

Ini merupakan prosedur operasi untuk melahirkan bayi ketika persalinan pervaginam tidak bisa dilakukan secara aman, dan bisa terjadi dengan cepat dalam situasi darurat. Meski demikian, operasi caesar kini juga bisa dilakukan berdasarkan pilihan.

Untuk para calon orang tua, mengetahui apa saja yang terjadi dan diharapkan selama operasi caesar, baik prosedur maupun pascaoperasi, dapat membantu mempersiapkan diri lebih baik.

1. Jenis sayatan

Operasi Caesar: Kapan Dibutuhkan, Jenis Sayatan, Proses, Pemulihanilustrasi sayatan pada persalinan caesar (oss-online.ca)

Dalam operasi sesar, ada dua jenis sayatan yang digunakan, yaitu:

  • Sayatan segmen bawah: Akan digunakan kapan pun memungkinkan. Ini adalah sayatan horizontal melalui perut dan sayatan horizontal melalui bagian bawah rahim. Ini juga dikenal sebagai sayatan "garis bikini" atau "bikini line". Luka sayatan umumnya akan sembuh lebih baik, kurang terlihat, dan cenderung tidak menyebabkan masalah pada kehamilan berikutnya.

  • Sayatan klasik: Mengacu pada sayatan vertikal pada rahim. Sayatan di perut bisa horizontal atau vertikal. Jenis sayatan ini biasanya hanya digunakan untuk keadaan darurat yang ekstrem atau dalam situasi tertentu, seperti jika letak plasenta sangat rendah, jika posisi bayi melintang, atau jika bayi sangat kecil. Sayatan jenis ini bisa meningkatkan kemungkinan masalah pada kehamilan dan kelahiran selanjutnya.

Tanyakan kepada dokter mengenai jenis sayatan yang akan digunakan. Informasi ini akan berguna untuk memutuskan persalinan lainnya di masa mendatang.

2. Kapan operasi caesar dibutuhkan?

Dilansir Cleveland Clinic, persalinan caesar mungkin direncanakan sebelumnya bila ada kondisi medis yang mengharuskannya, atau mungkin tidak direncanakan dan dilakukan selama persalinan bila ada masalah tertentu yang muncul. 

Ibu hamil mungkin perlu menjalani persalinan sesar yang direncanakan bila memiliki salah satu dari beberapa kondisi di bawah ini:

  • Cephalopelvic disproportion (CPD): yakni ketika kepala bayi tidak bisa melewati panggul ibu. Bisa karena kepala atau badan bayi terlalu besar atau panggul ibu terlalu kecil untuk bisa melahirkan bayi berukuran normal. Kondisi ini membuat proses persalinan pervaginam sulit dilakukan.

  • Riwayat persalinan ceasar sebelumnya: walaupun mungkin untuk menjalani persalinan pervaginam setelah sebelumnya melakukan operasi caesar, tetapi ini tidak untuk semua perempuan. Beberapa faktor yang memengaruhi apakah operasi caesar dibutuhkan meliputi jenis sayatan pada operasi caesar sebelumnya dan risiko ruptur uteri.

  • Melahirkan bayi kembar: walaupun bayi kembar sering bisa dilahirkan lewat vagina, tetapi kembar dua atau lebih mungkin butuh operasi caesar.

  • Plasenta previa: komplikasi kehamilan saat posisi plasenta berada di bagian bawah rahim dan menghalangi keluarnya bayi lewat serviks.

  • Posisi bayi melintang (transverse lie): bayi berada dalam posisi horizontal, atau menyamping, di dalam rahim. Dalam kondisi ini, persalinan sesar selalu digunakan.

  • Bayi sungsang (breech presentation atau breech birth): ada kalanya posisi bayi melintang atau posisi kepala bayi berada di atas sehingga kakinya berada di bawah. Posisi seperti ini disebut posisi sungsang. Jika dokter menentukan bahwa bayi tidak dapat diputar melalui manipulasi perut, persalinan sesar umumnya dibutuhkan.

Persalinan caesar yang tidak direncanakan mungkin dibutuhkan bila muncul salah satu kondisi ini selama persalinan:

  • Distosia atau persalinan macet di tengah jalan (failure to progress atau prolonged labor): pada kondisi ini, serviks mulai melebar dan berhenti sebelum membuka sepenuhnya, atau bayi berhenti bergerak menuruni jalan lahir. Persalinan dapat dikatakan macet atau distosia jika berlangsung sekitar 20 jam atau bahkan lebih.

  • Kompresi tali pusat (umbilical cord compression): terjadi ketika tali pusat melingkari leher atau tubuh bayi, atau terjepit di antara kepala bayi dan panggul ibu.

  • Prolaps tali pusat: kondisi saat tali pusat keluar dari leher rahim sebelum bayi.

  • Abruptio plasenta atau solusio plasenta: kondisi plasenta terpisah dari dinding rahim sebelum bayi lahir.

  • Kondisi gawat janin (fetal distress): selama persalinan, bayi mungkin mulai mengembangkan masalah yang menyebabkan detak jantungnya tidak teratur. Dokter mungkin akan memutuskan bahwa bayi tidak dapat menoleransi persalinan pervaginam dan butuh operasi caesar segera.

Selain itu, operasi caesar juga bisa merupakan pilihan ibu. Selain karena kondisi medis, beberapa alasan perempuan memilih untuk melakukan operasi caesar di antaranya:

  • Sudah berpengalaman dalam melahirkan
  • Menghindari kekhawatiran jika melahirkan normal
  • Pengaruh dari orang terdekat dan informasi yang didapat

Baik karena operasi caesar yang direncanakan, tidak direncanakan, maupun karena murni pilihan ibu, konsultasikan terlebih dahulu kepada dokter mengenai prosedur operasi ini selengkap-lengkapnya. Kembali lagi, yang paling penting adalah kesehatan ibu dan bayi.

Baca Juga: Sebelum Menjalani Operasi Caesar Kedua, Perhatikan 5 Hal Ini!

3. Proses sebelum, saat, dan setelah operasi caesar

Seperti dijelaskan di laman Mayo Clinic, proses persalinan sesar bisa berbeda-beda tergantung alasan operasi dilakukan. Akan tetapi, kebanyakan prosedur operasi caesar melibatkan beberapa tahapan berikut ini.

Sebelum operasi

  • Di rumah. Dokter mungkin akan meminta ibu hamil untuk mandi dengan sabun antiseptik pada malam sebelum dan pagi hari saat hari operasi caesar dilangsungkan. Jangan mencukur rambut kemaluan dalam waktu 24 jam setelah operasi caesar karena dapat meningkatkan risiko infeksi situs bedah. Jika memang diperlukan, yang akan memotong rambut kemaluan adalah staf bedah sebelum operasi.

  • Di rumah sakit. Perut ibu hamil akan dibersihkan. Sebuah tabung (kateter) kemungkinan akan ditempatkan ke dalam kandung kemih untuk mengumpulkan urine. Jalur intravena (IV) akan ditempatkan di pembuluh darah di tangan atau lengan untuk pemberian cairan dan obat-obatan.

  • Anestesi. Sebagian besar operasi caesar dilakukan di bawah anestesi regional, yang hanya membuat mati rasa bagian bawah tubuh, memungkinkan perempuan tetap terjaga selama operasi. Pilihan umum termasuk blok tulang belakang dan blok epidural. Dalam kondisi darurat, anestesi umum kadang diperlukan. Ini membuat pasien tidak akan dapat melihat, merasakan, atau mendengar apa pun selama persalinan.
Operasi Caesar: Kapan Dibutuhkan, Jenis Sayatan, Proses, Pemulihanilustrasi c-section atau operasi caesar (muhealth.org)

Saat operasi

Pada awal prosedur, anestesi akan diberikan, kemudian layar atau tirai steril akan digunakan untuk melindungi lingkungan steril dari lokasi sayatan. Perut kemudian akan dibersihkan dengan antiseptik, dan masker oksigen akan dipasang di mulut dan hidung untuk meningkatkan oksigen ke bayi. 

Kemudian, dokter akan membuat sayatan melewati kulit menuju dinding perut. Dokter mungkin menggunakan sayatan vertikal atau melintang. Selanjutnya, sayatan 3 hingga 4 inci kemudian dibuat di dinding rahim, dan dokter mengeluarkan bayi melalui sayatan. Tali pusat kemudian dipotong, plasenta dikeluarkan, dan sayatan ditutup.

Lama prosedur operasi caesar bisa membutuhkan waktu sekitar 45 menit. Setelah bayi dilahirkan, dokter akan menjahit rahim dan menutup sayatan di perut.

Ada berbagai jenis situasi darurat yang dapat timbul selama persalinan. Dalam beberapa kasus, persalinan sesar akan terjadi sangat cepat, dengan bayi dilahirkan hanya dalam waktu 15 hingga 20 menit. Ini adalah operasi caesar darurat. Setelah itu, akan ada waktu tambahan ketika dokter menjahit rahim dan perut.

Pascaoperasi

Setelah operasi caesar, umumnya ibu akan dirawat di rumah sakit selama beberapa hari dan akan diberikan pilihan obat untuk menghilangkan rasa sakit.

Setelah efek anestesi mulai memudar, ibu akan didorong untuk minum banyak cairan dan berjalan. Ini akan membantu mencegah sembelit dan trombosis vena dalam. Tenaga kesehatan akan memantau luka sayatan untuk tanda-tanda infeksi. Bila menggunakan kateter kandung kemih, kemungkinan akan dilepas sesegera mungkin.

Ibu akan bisa segera menyusui bayinya setelah merasa sanggup melakukannya. Mintalah perawat atau konsultan laktasi untuk mengajari cara memosisikan diri dan mendukung bayi sehingga merasa nyaman. Tim perawatan kesehatan akan memilih obat untuk nyeri pascaoperasi dengan mempertimbangkan menyusui.

Sebelum meninggalkan rumah sakit, bicarakan dengan dokter tentang perawatan pencegahan yang mungkin diperlukan. Memastikan vaksinasi terkini dapat membantu melindungi kesehatan ibu dan bayi secara optimal.

Baca Juga: Baby Blues, Kondisi Pascapersalinan yang Tak Boleh Diremehkan

4. Pemulihan

Operasi Caesar: Kapan Dibutuhkan, Jenis Sayatan, Proses, Pemulihanilustrasi merawat bayi (pexels.com/Rodnae Production)

Setelah ibu dan bayi diizinkan untuk pulang, ada beberapa langkah-langkah pemulihan yang bisa dilakukan di rumah, yaitu:

  • Istirahat cukup. 
  • Hindari mengangkat benda dari posisi jongkok dan benda yang lebih berat dari bayi.
  • Minum obat pereda nyeri untuk meredakan sakit di luka sayatan sesuai anjuran dokter.
  • Hindari berhubungan seks selama enam minggu guna menghindari infeksi.

Penting untuk terus memastikan bahwa bekas luka jahitan tidak terinfeksi. Namun, bila mengalami infeksi, berikut ini tanda-tandanya:

  • Luka berwarna merah, bengkak, hingga mengeluarkan cairan.
  • Demam.
  • Perdarahan hebat.
  • Rasa sakit yang tidak kunjung sembuh.

Perasaan yang mungkin muncul setelah melahirkan bisa berupa kurang bahagia, kehilangan nafsu makan, kelelahan. Hal tersebut wajar dan sering disebut sebagai depresi pascapersalinan atau postpartum depression. Apabila gejala psikis tak kunjung hilang, segera konsultasi ke ahli kesehatan mental untuk mengatasinya, khususnya untuk mencegah pikiran untuk menyakiti diri ataupun bayi.

Lakukan pemeriksaan rutin bagi ibu dan bayi terkait perawatan yang tepat bagi keduanya. Untuk bayi, proses pemeriksaannya berupa perkembangan fisik, sementara untuk ibu meliputi pemeriksaan perut dan leher rahim untuk memastikan semuanya pulih total.

5. Risiko operasi caesar

Seperti halnya jenis operasi besar lainnya, operasi caesar juga membawa risiko bagi ibu dan bayi.

Risiko untuk ibu

  • Perempuan mungkin berisiko mengalami infeksi pada lapisan rahim (endometritis) pascaoperasi.
  • Operasi caesar dapat menyebabkan perdarahan hebat selama dan setelah melahirkan.
  • Reaksi yang merugikan terhadap semua jenis anestesi mungkin terjadi.
  • Operasi ini dapat meningkatkan risiko pembekuan darah di dalam vena dalam, terutama di kaki atau organ panggul (trombosis vena dalam). Jika gumpalan darah mengalir ke paru-paru dan menghalangi aliran darah (emboli paru), kerusakannya bisa mengancam jiwa.
  • Tergantung faktor risiko dan apakah menjalani operasi caesar darurat, perempuan mungkin berisiko mengalami infeksi sayatan.
  • Cedera bedah pada kandung kemih atau usus bisa terjadi selama operasi caesar, meski ini termasuk jarang. Bila ada cedera bedah selama operasi, operasi tambahan mungkin diperlukan.
  • Peningkatan risiko selama kehamilan berikutnya. Pascaoperasi, perempuan menghadapi risiko komplikasi serius yang lebih tinggi pada kehamilan berikutnya daripada setelah persalinan pervaginam. Makin banyak operasi caesar yang dilakukan, makin tinggi risiko plasenta previa dan plasenta akreta. Risiko rahim robek di sepanjang garis bekas luka dari operasi caesar sebelumnya (ruptur uteri) juga lebih tinggi jika perempuan mencoba VBAC (proses persalinan normal setelah pernah menjalani operasi caesar).

Risiko pada bayi

  • Bayi yang dilahirkan dengan operasi caesar terjadwal lebih mungkin mengalami transient tachypnea of the newborn atau TTN, yaitu masalah pernapasan yang ditandai dengan pernapasan cepat yang tidak normal selama beberapa hari pertama setelah lahir.
  • Bayi dapat mengalami cedera bedah, seperti torehan pada kulit bayi saat persalinan, tetapi ini sangat jarang terjadi.

6. Komplikasi yang bisa terjadi

Operasi Caesar: Kapan Dibutuhkan, Jenis Sayatan, Proses, PemulihanIlustrasi plasenta previa dalam operasi caesar (babycenter.com)

Mengutip Healthline, ada beberapa kemungkinan komplikasi pada operasi caesar, yang meliputi:

  • Infeksi atau demam pascaoperasi.
  • Terlalu banyak kehilangan darah.
  • Cedera pada organ.
  • Histerektomi darurat.
  • Pembekuan darah.
  • Reaksi terhadap obat atau anestesi.
  • Kesulitan emosional.
  • Jaringan parut dan kesulitan dengan pengiriman di masa depan.
  • Kematian ibu.
  • Membahayakan bayi.

Kabar baiknya, komplikasi serius dari persalinan caesar jarang terjadi. Di negara maju, kematian ibu sangat jarang. Kematian ibu lebih mungkin terjadi pada perempuan yang melakukan persalinan caesar daripada yang melahirkan pervaginam, tetapi hal ini mungkin terkait dengan komplikasi kehamilan yang membuat persalinan caesar menjadi penting.

Umumnya operasi caesar diperlukan saat ibu hamil tidak bisa melahirkan lewat vagina, atau bisa juga karena merupakan pilihan sang ibu. Meskipun ini adalah cara yang aman untuk melahirkan bayi, tetapi seperti halnya prosedur bedah lainnya, ada beberapa risiko dan komplikasi yang bisa terjadi. Jadi, diskusikan dengan dokter.

Bicarakan dengan dokter mengenai pilihan persalinan terbaik. Baik persalinan pervaginam maupun lewat operasicaesar harus diputuskan dan dipersiapkan secara matang, dan fokus tim tenaga kesehatan tentunya adalah kesehatan dan keselamatan sang ibu serta bayinya.

Baca Juga: Biaya Operasi Caesar di Berbagai Rumah Sakit, Tengok yuk!

Topik:

  • Bella Manoban
  • Nurulia
  • Bayu Aditya Suryanto

Berita Terkini Lainnya