Jika penyebab spesifik PT ditemukan, dokter bisa menangani kondisi yang mendasarinya.
Melansir Medical News Today, bila penyebabnya anemia, bisa diobati dengan transfusi darah. Bila disebabkan oleh otitis media sekretori, bisa ditangani dengan tabung timpanostomi, atau grommet. Gendang telinga yang berlubang dapat ditutup dengan cangkok, dan segmen arteri yang menyempit dapat diperbaiki.
Bila tidak ada intervensi medis, pasien bisa mencoba berbagai teknik manajemen diri, termasuk:
- Terapi suara: penggunaan suara apa pun secara sengaja untuk mengurangi kesadaran seseorang tentang tinitus. Pasien bisa mencoba mendengarkan suara kebisingan lingkungan, musik atau radio, aplikasi smartphone khusus, dan generator suara yang bisa dipakai
- Relaksasi: perubahan tertentu terjadi di tubuh saat seseorang rileks, termasuk penurunan detak jantung, tekanan darah, dan beberapa aktivitas otak. Teknik relaksasi, seperti latihan pernapasan, kesadaran, dan meditasi, juga dapat mengurangi dampak PT pada kehidupan sehari-hari.
- Terapi perilaku kognitif (CBT): bertujuan untuk mengubah cara orang bereaksi terhadap tinitus daripada menghilangkan suara yang sebenarnya. Idenya adalah mempelajari teknik untuk meningkatkan cara berpikir dan bertindak terhadap tinitus.
- Tinnitus retraining therapy: bentuk terapi yang bertujuan untuk membantu seseorang mengelola dampak tinitus pada kehidupan sehari-hari mereka. Terapi ini menggunakan konseling direktif dan terapi suara.
Itulah fakta seputar pulsatile tinnitus, mulai dari penyebab, gejala, faktor risiko, risiko komplikasi, diagnosis, dan penanganannya. Bila kamu merasa mengalami gejalanya, sebaiknya periksakan ke dokter agar bisa diketahui penyebab dan mendapat penanganan yang tepat.