Red Ear Syndrome: Penyebab, Gejala, Jenis, Pengobatan

Sindrom telinga merah atau red ear syndrome (RES) adalah kondisi langka yang menyebabkan kemerahan pada satu atau kedua telinga yang disertai sensasi terbakar. Sensasi tersebut bisa terasa ringan hingga parah.
Sindrom ini pertama kali dideskripsikan oleh Dr. Lance pada tahun 1994 dan dikarakterisasi pada tahun 1996. Namun, hingga kini masih dibutuhkan penelitian lebih lanjut untuk memahami kondisi ini lebih jelas.
1. Jenis

RES terbagi dalam dua jenis, yaitu primer (idiopatik) dan sekunder.
RES primer adalah jenis yang paling umum dan lebih mungkin memengaruhi anak-anak, remaja, dan dewasa. Onset atau gejala awal biasanya terkait dengan migrain.
Sementara itu, pada RES sekunder, biasanya lebih memengaruhi usia lebih tua dan jenis kelamin perempuan. Jenis ini terkait dengan sakit kepala cluster (sakit kepala berulang dalam siklus tertentu), gangguan tulang belakang, dan kelainan yang menyebabkan nyeri rahang.
2. Gejala

RES ditandai dengan adanya serangan sensasi terbakar dan kemerahan pada telinga luar. Gejala ini biasanya juga menyebar ke pipi, rahang, atau belakang kepala.
Episode serangan biasanya muncul selama 30 hingga 60 menit, atau bahkan bisa sampai 4 jam meski ini jarang terjadi. Kebanyakan orang mengalami setidaknya satu serangan per hari atau lebih (terkadang hingga 20 serangan), yang umumnya terjadi pada siang hari.
Menurut sebuah laporan dalam Journal of Medical Case Report, dijelaskan bahwa nyeri pada RES bervariasi, dari mulai ringan hingga berat. Durasinya mungkin bisa selama beberapa detik atau jam, dengan frekuensi beberapa kali per hari, atau mungkin ada periode remisi selama setahun.
3. Pemicu timbulnya gejala RES

Gejala RES bisa terjadi secara spontan ataupun dipicu oleh beberapa faktor. Beberapa faktor pemicunya antara lain:
- Menggosok atau menyentuh telinga.
- Panas atau dingin.
- Mengunyah.
- Menyikat rambut.
- Gerakan leher.
- Stres.
- Bersin.
- Batuk.
- Menggemeretakkan gigi.
- Mandi.
- Latihan fisik.
4. Penyebab

Para ahli masih belum mengetahui secara pasti apa penyebab RES. Namun, beberapa kondisi yang mungkin menjadi penyebabnya di antaranya:
- Gangguan tulang belakang.
- Kerusakan talamus, yaitu bagian pada otak yang terletak di antara otak tengah dan korteks serebri, berperan dalam proses penting, seperti kesadaran, tidur, kewaspadaan, dan interpretasi sensorik.
- Herpes zoster.
- Eritromelalgia, yaitu gangguan langka yang ditandai dengan rasa nyeri terbakar, rasa panas atau hangat, dan kemerahan pada ekstremitas.
5. Pengobatan

Menurut keterangan dari American Academy of Dermatology Association, RES sebagian besar merespons perawatan medis. Penggunaan obat-obatan untuk pencegahan migrain telah menunjukkan manfaat sedang, terutama pada pasien dengan serangan terkait migrain.
Beberapa pengobatan, seperti amitriptilin, gabapentin, indometasin, penggunaan toksin botulinum, anestesi topikal, dan antidepresan trisiklik oral, sering kali bekerja dengan baik untuk sindrom ini. Namun, ini tidak berlaku untuk semua orang. Satu orang mungkin mengalami pengurangan gejala dengan indometasin, sementara beberapa orang lainnya mungkin lebih merespons obat amitriptilin.
Itulah sederet fakta tentang red ear syndrome. Sering kali orang yang menderita kondisi ini tidak terdiagnosis karena memang tidak ada tes diagnostik khusus. Peningkatan kesadaran untuk mengenali gejalanya dan memeriksa kondisi kesehatan ke dokter sangat penting untuk mempercepat penanganan gejala.