Sindrom Nyeri Patellofemoral: Penyebab, Gejala, dan Pengobatan

Sering terjadi pada orang yang gemar lari

Apakah kamu menggemari olahraga lari atau kegiatan yang membutuhkan kekuatan sendi lutut? Jika iya, salah satu masalah kesehatan yang perlu kamu waspadai adalah sindrom nyeri patellofemoral atau patellofemoral pain syndrome (PFPS).

Nyeri lutut yang ditimbulkan dapat membuat seseorang kesulitan naik tangga, berlutut, atau melakukan kegiatan lainnya. Tidak hanya terjadi pada pelari, kondisi ini bisa dialami siapa pun. Untuk memahaminya lebih lanjut, simak ulasan seputar sindrom nyeri patellofemoral berikut ini.

1. Apa itu sindrom nyeri patellofemoral?

Sindrom Nyeri Patellofemoral: Penyebab, Gejala, dan Pengobatanilustrasi sindrom nyeri patellofemoral (sportsinjuryclinic.net)

Dilansir Medical News Today, sindrom nyeri patellofemoral adalah istilah yang menggambarkan nyeri di sekitar patela atau tempurung lutut dan di bagian depan lutut.

Juga dikenal sebagai runner’s knee atau jumper’s knee, kondisi ini sering memengaruhi atlet dan mereka yang menyenangi lari, basket, dan olahraga lainnya. Meski demikian, kondisi ini juga bisa terjadi pada siapa pun yang bukan atlet dan sering terlihat pada remaja, usia muda, pekerja manual, dan dewasa yang lebih tua.

Laporan dalam jurnal American Family Physician tahun 2007 menyebut bahwa sindrom nyeri patellofemoral adalah penyebab paling umum dari nyeri lutut pada populasi. Ini dapat disebabkan oleh penggunaan sendi lutut yang berlebihan, trauma fisik, atau ketidaksejajaran tempurung lutut.

Rasa nyeri biasanya meningkat saat penderitanya lari, naik turun tangga, duduk dalam waktu yang cukup lama, atau jongkok.

2. Penyebab dan faktor risiko

Sindrom Nyeri Patellofemoral: Penyebab, Gejala, dan Pengobatanilustrasi seseorang sedang berlari (pexels.com/Pixabay)

Walau dijuluki sebagai runner's knee, tetapi sindrom nyeri patellofemoral tidak hanya disebabkan karena aktivitas lari. Dilansir Mayo Clinic, sindrom ini dikaitkan dengan beberapa kondisi tertentu, seperti:

  • Penggunaan berlebihan (overuse) karena aktivitas fisik. Contohnya sering berolahraga lari dan lompat dapat memberi tekanan berulang pada sendi lutut, yang dapat menyebabkan iritasi di bawah tempurung lutut.

  • Ketidakseimbangan atau kelemahan otot. Nyeri patellofemoral dapat terjadi ketika kondisi otot di sekitar pinggul dan lutut yang lemah tidak menjaga tempurung lutut sejajar dengan benar.

  • Cedera. Trauma pada tempurung lutut, seperti dislokasi atau patah tulang, dikaitkan dengan sindrom nyeri patellofemoral.

  • Operasi. Operasi lutut, terutama perbaikan ligamen anterior (anterior cruciate ligament) menggunakan tendon patela sendiri sebagai cangkok, meningkatkan risiko nyeri patellofemoral.

Adapun beberapa faktor yang meningkatkan risiko seseorang mengalami sindrom nyeri patellofemoral meliputi:

  • Usia. Sindrom nyeri patellofemoral biasanya terjadi pada remaja dan dewasa muda. Masalah lutut pada lansia lebih sering disebabkan oleh artritis atau radang sendi.

  • Jenis kelamin. Perempuan lebih berisiko mengalami kondisi ini. Ini mungkin karena panggul perempuan yang lebih lebar meningkatkan sudut pertemuan tulang di sendi lutut.

  • Olahraga tertentu. Olahraga lari dan lompat dapat memberikan tekanan berulang pada lutut, terutama jika berlatih terlalu sering atau ketika level latihan ditingkatkan.

  • Kaki datar (flat feet). Orang dengan kondisi ini mungkin lebih berisiko terkena sindrom nyeri patellofemoral karena dapat memberi tekanan tambahan pada sendi lutut.

Baca Juga: Lutut Sakit saat Ditekuk, Bahayakah? Ini Kemungkinan Penyebabnya

3. Gejala

Sindrom Nyeri Patellofemoral: Penyebab, Gejala, dan Pengobatanilustrasi nyeri lutut (freepik.com/wayhomestudio)

Berdasarkan keterangan dari American Academy of Orthopaedic Surgeons, gejala umum dari sindrom nyeri patellofemoral yaitu nyeri tumpul di bagian depan lutut. Rasa nyeri ini biasanya muncul bertahap dan sering berkaitan dengan aktivitas, yang dapat terjadi pada salah satu atau kedua lutut.

Gejala lainnya yang dapat timbul yaitu:

  • Nyeri saat berolahraga dan melakukan aktivitas yang secara berulang menekuk lutut, seperti naik tangga, lari, melompat, atau jongkok.
  • Nyeri di bagian depan lutut setelah duduk lama dengan posisi lutut menekuk, misalnya saat menonton film di bioskop atau duduk di pesawat.
  • Nyeri akibat perubahan intensitas, durasi, dan frekuensi aktivitas.
  • Bunyi "krek" atau popping pada lutut saat menaiki tangga atau saat berdiri setelah duduk lama.

4. Diagnosis

Sindrom Nyeri Patellofemoral: Penyebab, Gejala, dan Pengobatanilustrasi sindrom nyeri patellofemoral (hopkinsmedicine.org)

Dokter akan menanyakan riwayat masalah lutut dan menekan area lutut serta menggerakkan kaki ke berbagai posisi untuk membantu menyingkirkan kemungkinan kondisi lain yang punya tanda dan gejala serupa.

Untuk membantu menentukan penyebab nyeri lutut, dokter mungkin merekomendasikan tes pencitraan seperti:

  • Sinar X. Sejumlah kecil radiasi melewati tubuh dalam proses pembuatan gambar sinar-X. Teknik ini memvisualisasikan tulang dengan baik, tetapi kurang efektif dalam melihat jaringan lunak.

  • CT scan. Ini menggabungkan gambar sinar-X dari berbagai sudut untuk membuat gambar penampang struktur internal. CT scan dapat memvisualisasikan tulang dan jaringan lunak, tetapi prosedur ini memberikan dosis radiasi yang jauh lebih tinggi daripada sinar-X biasa.

  • MRI. Menggunakan gelombang radio dan medan magnet yang kuat, MRI menghasilkan gambar detail tulang dan jaringan lunak, seperti ligamen lutut dan tulang rawan. 

5. Pengobatan

Sindrom Nyeri Patellofemoral: Penyebab, Gejala, dan Pengobatanilustrasi terapi fisik (freepik.com/freepik)

Ada beberapa upaya yang dapat dilakukan untuk mengobati sindrom nyeri patellofemoral.

Lakukan perubahan aktivitas dengan menghindari aktivitas yang dapat membuat lutut sakit sampai nyeri benar-benar hilang. Untuk olahraga, pilihlah jenis yang tidak membebani lutut, seperti renang.

Apabila memiliki berat badan berlebih, menurunkan berat badan dapat membantu mengurangi tekanan pada lutut.

Cara lainnya yaitu dengan metode RICE, yang terdiri dari rest, ice, compression dan elevation.

  • Rest: istirahatkan kaki dan menghindari membebani lutut yang nyeri.
  • Ice: menggunakan kompres dingin sekitar 20 menit selama beberapa kali sehari. Namun, jangan langsung menaruh es di atas kulit.
  • Compression: balut lutut dengan perban elastis, sisakan lubang di area tempurung lutut. Pastikan perban tidak terlalu kencang dan tidak menimbulkan nyeri tambahan.
  • Elevation: sesering mungkin beristirahat dengan posisi lutut terangkat lebih tinggi dari jantung.

Selain itu, konsumsi obat-obatan antiinflamasi nonsteroid sesuai anjuran dokter dapat membantu mengurangi pembengkakan dan meredakan nyeri.

Di samping berbagai upaya tersebut, dokter mungkin merekomendasikan penanganan lain, seperti terapi fisik dan orthotics dengan penggunaan sisipan sepatu yang dapat membantu menyelaraskan dan menstabilkan kaki dan pergelangan kaki.

Sementara itu, operasi dilakukan hanya untuk kasus yang parah dan tidak dapat membaik dengan pengobatan non-operasi.

6. Pencegahan

Sindrom Nyeri Patellofemoral: Penyebab, Gejala, dan Pengobatanilustrasi peregangan sebelum berolahraga (pexels.com/Allan Mas)

Untuk mencegah timbulnya nyeri patellofemoral, ada beberapa hal yang dapat dilakukan, meliputi:

  • Menggunakan sepatu atau alas kaki yang sesuai untuk beraktivitas. Jika memiliki kaki datar, sebaiknya gunakan sisipan sepatu (shoe inserts).
  • Melakukan pemanasan sebelum berolahraga atau beraktivitas fisik.
  • Meningkatkan latihan secara bertahap.
  • Mengurangi aktivitas yang dapat memicu nyeri di lutut.
  • Menjaga berat badan yang sehat untuk menghindari tekanan berlebih pada lutut.

Demikianlah informasi seputar sindrom nyeri patellofemoral. Meskipun lari dapat berisiko menimbulkan nyeri lutut, tetapi bukan berarti kita dilarang melakukannya. Lakukanlah dengan aman, seperti melakukan pemanasan, kenakan sepatu yang sesuai, dan istirahat cukup setelahnya.

Bila kamu mengalami nyeri lutut dan tidak membaik dalam beberapa hari, sebaiknya konsultasi ke dokter agar bisa diperiksa dan mendapat penanganan dengan tepat.

Baca Juga: Kenali 7 Macam Cedera Lutut yang Paling Sering Terjadi

Rifa Photo Verified Writer Rifa

.

IDN Times Community adalah media yang menyediakan platform untuk menulis. Semua karya tulis yang dibuat adalah sepenuhnya tanggung jawab dari penulis.

Topik:

  • Nurulia
  • Bayu Aditya Suryanto

Berita Terkini Lainnya