WHO untuk Pertama Kalinya Konfirmasi Penularan Seksual Mpox di Kongo

Kongo sedang mengalami wabah mpox terbesar

Untuk pertama kalinya Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) mengonfirmasi penularan monkeypox (sekarang disebut mpox) atau cacar monyet melalui hubungan seksual di Kongo. Saat ini, Kongo sedang mengalami wabah mpox terbesar yang pernah terjadi.

Menurut para ilmuwan di Afrika, berita ini cukup mengkhawatirkan dan akan mempersulit upaya untuk menghentikan penyakit ini.

WHO menyatakan wabah mpox sebagai darurat global dan telah menyebabkan sekitar 91.000 kasus hingga saat ini.

1. Kelompok penularan seksual pertama mencakup 6 kasus terkonfirmasi

WHO untuk Pertama Kalinya Konfirmasi Penularan Seksual Mpox di Kongoilustrasi cacar monyet (pixabay.com/Gerd Altmann)

Dalam pernyataan WHO pada Kamis (23/11/2023), kelompok penularan seksual pertama ini diidentifikasi di Kenge, provinsi Kwango. Jumlah tersebut mencakup enam kasus terkonfirmasi, lima laki-laki dan satu perempuan. 

Kasus pertama yang diketahui adalah seorang laki-laki, penduduk Belgia yang memiliki koneksi ke Kongo, yang tiba di Kinshasa, pada 15 Maret 2023 dan mulai mengalami rasa gatal dan ketidaknyamanan pada dubur pada hari yang sama.

Esok harinya, satu hari setelah tiba dari Belgia, ia melakukan perjalanan ke Kenge (260 km dari Kinshasa). Pada 17 Maret, lesi pada dubur dan alat kelaminnya menjadi lepuh yang menyakitkan, dan ia mengalami lesi kulit lebih lanjut di batang tubuh dan bokong.

Pada 23 Maret, ia berkonsultasi dengan dokter yang mencurigai mpox, dan dilakukan pengambilan sampel darah, usapan orofaring, rektal, dan vesikel pada 24 Maret. Pasien tersebut dinyatakan positif berdasarkan RT-PCR sampel biologis di Institut Penelitian Biomedis Nasional (INRB) di Kinshasa dan hasilnya dibagikan kepada Kementerian Kesehatan pada 10 April. Urutan genom sampel mengonfirmasi bahwa itu adalah clade I MPXV.

Individu tersebut mengidentifikasi dirinya sebagai laki-laki yang melakukan hubungan seksual dengan laki-laki. Selama perjalanannya di Kongo, ia mengunjungi klub gay dan melakukan beberapa kontak seksual. Dia menunjukkan gejala pada hari kedatangannya di negara tersebut, dan dengan masa inkubasi mpox yang sering kali lebih dari satu hari, informasi yang tersedia menunjukkan bahwa paparan terjadi di luar Kongo.

Meskipun demikian, analisis genetik virus tersebut mengonfirmasi adanya infeksi strain clade I, serupa dengan strain lain yang beredar di Kongo. Walaupun pasien tersebut belum pernah melaporkan adanya paparan terhadap orang lain yang terkonfirmasi mpox, tetapi berdasarkan penyelidikan epidemiologi, paparan terhadap mpox kemungkinan besar terjadi di Belgia.

Investigasi epidemiologis setelah kasus pertama ini mengidentifikasi beberapa kontak seksual dan non seksual yang dipantau dari waktu ke waktu untuk mengetahui tanda dan gejala mpox. Di antara 27 kontak yang diidentifikasi dan enam dites, lima kontak seksual dinyatakan positif mpox: dua dikonfirmasi pada 10 April dan tiga pada 18 April. Dari lima kontak ini, tiga di antaranya mengalami gejala selama masa tindak lanjut 21 hari. Dua kontak yang tidak menunjukkan gejala juga dinyatakan positif melalui sampel selaput lendir. Dari lima kasus kontak yang terkonfirmasi, empat orang adalah laki-laki berusia antara 24 dan 35 tahun dan satu orang adalah perempuan. Kasus awal dikonfirmasi melakukan kontak seksual dengan masing-masing dari mereka. Setelah sembuh dari mpox, dia kembali ke Belgia pada 5 Mei 2023.

Kelompok kasus mpox ini mewakili penularan MPXV Clade I yang pertama kali didokumentasikan. Ini juga merupakan penularan MPXV Clade I yang pertama kali dijelaskan di antara laki-laki yang berhubungan seks dengan laki-laki. Khususnya, terdapat klub-klub di Kenge untuk laki-laki yang berhubungan seks dengan laki-laki, beberapa anggotanya melakukan perjalanan untuk mengunjungi klub-klub lain di dalam negeri dan luar negeri, khususnya di Eropa dan Afrika Tengah. Di kota Kinshasa, terdapat lebih dari 50 klub semacam itu. Beberapa anggota klub ini juga tinggal di luar Kongo. Peristiwa ini tidak biasa dan menyoroti risiko bahwa MPXV clade I juga dapat menyebar luas di jaringan seksual, seperti yang terlihat pada clade II selama wabah global pada tahun 2022–2023.

Pada 28 Juli 2023, kasus mpox terkonfirmasi lainnya tercatat pada pria lain yang berhubungan seks dengan pria di Kenge. Pasien tersebut adalah seorang laki-laki yang berdomisili di Kenge, dengan gejala penyakit pada 11 Juni 2023. Ia tidak termasuk dalam kontak kelompok kasus pertama dan penyelidikan epidemiologi terbatas tidak secara langsung mengaitkannya dengan klaster Maret-April. Pengurutan genom untuk kasus ini belum dilakukan. Investigasi epidemiologi lebih lanjut sedang dilakukan untuk memverifikasi laporan kasus baru di provinsi ini.

2. Bukti pasti pertama penularan mpox secara seksual di Afrika

WHO untuk Pertama Kalinya Konfirmasi Penularan Seksual Mpox di Kongoilustrasi cacar monyet (pixabay.com/Mohamed Hassan)

Oyewale Tomori, ahli virologi Nigeria sekaligus anggota penasihat WHO, menyatakan bahwa ini adalah bukti pasti pertama penularan cacar monyet secara seksual di Afrika.

"Gagasan bahwa penularan seperti ini (secara seksual) tidak mungkin terjadi di sini kini telah dibantah," ucapnya seperti dilansir US News.

Mpox telah menjadi penyakit endemi di beberapa bagian Afrika tengah dan barat selama beberapa dekade. Penyakit ini sebagian besar menular ke manusia melalui hewan pengerat yang terinfeksi dan menyebabkan wabah terbatas.

Baca Juga: Tips Pemulihan Fisik dan Psikis dari Cacar Monyet

3. Kasus cacar monyet di Kongo

WHO untuk Pertama Kalinya Konfirmasi Penularan Seksual Mpox di Kongoilustrasi cacar monyet (pixabay.com/Alexandra_Koch)

WHO menambahkan bahwa wabah mpox di Kongo telah menginfeksi lebih dari 12.500 orang dan menewaskan sekitar 580 orang. Kasus tahun ini menandai pertama kalinya mpox diidentifikasi di ibu kota Kinshasa dan di provinsi Kivu Selatan yang dilanda konflik.

Angka tersebut diperkirakan dua kali lipat jumlah korban mpox pada tahun 2020. Ini menjadikannya wabah terbesar yang pernah terjadi di Kongo. WHO mengatakan risiko penyebaran mpox ke negara-negara lain di Afrika dan secara global tampak signifikan.

Dengan adanya kasus penularan mpox melalui hubungan seksual di Kongo, ini diharapkan menjadi sinyal bagi semua pihak untuk menanggapinya dengan lebih serius.

Baca Juga: Cara Mengobati Ruam Cacar Monyet, Jangan Digaruk!

Topik:

  • Nurulia R F

Berita Terkini Lainnya