ilustrasi tidur (pexels.com/Ivan Oboleninov)
Temuan studi cukup mengkhawatirkan.
Mereka yang menggunakan melatonin jangka panjang memiliki kemungkinan hampir 90 persen lebih tinggi mengalami gagal jantung dibandingkan dengan kelompok yang tidak menggunakannya.
Risiko rawat inap akibat gagal jantung bahkan meningkat 3,5 kali lipat, dan risiko kematian dari semua penyebab naik hampir dua kali lipat dalam periode lima tahun pemantauan.
Meski melatonin dikenal sebagai obat tidur alami, tetapi para ahli menegaskan bahwa data tentang keamanan jangka panjangnya terhadap kesehatan jantung masih sangat terbatas. Dr. Ekenedilichukwu Nnadi, penulis utama studi ini, mengatakan, “Melatonin mungkin tidak seharmless yang selama ini diasumsikan.” Ia menambahkan bahwa temuan ini bisa mengubah cara dokter memberikan edukasi tentang penggunaan obat tidur, mengutip dari laman American Heart Association.
Pakar lain, Dr. Marie-Pierre St-Onge dari Universitas Columbia, mengingatkan bahwa melatonin seharusnya tidak digunakan dalam jangka panjang tanpa indikasi medis yang jelas. Juga, perlu diingat bahwa suplemen tidak diatur ketat seperti obat resep, sehingga kandungan dan dosisnya bisa sangat bervariasi antar merek.
Meski begitu, para peneliti juga menekankan bahwa hasil studi ini masih bersifat awal dan belum membuktikan hubungan sebab-akibat secara langsung. Faktor lain seperti tingkat keparahan insomnia, depresi, atau penggunaan obat tidur lain bisa berpengaruh terhadap hasil. Diperlukan penelitian lebih lanjut untuk memastikan apakah melatonin benar-benar berperan dalam meningkatkan risiko gangguan jantung.
Namun, satu hal yang pasti, bahwa tidak semua yang “alami” aman bila digunakan dalam waktu lama atau tanpa batas waktu. Melatonin bisa membantu tidur lebih nyenyak, tetapi penggunaannya sebaiknya dilakukan dengan pengawasan medis dan dalam jangka waktu yang sesuai kebutuhan.
Referensi
"Long-term use of melatonin supplements to support sleep may have negative health effects." American Heart Association. Diakses November 2025.