Air susu ibu (ASI) secara alami bersifat steril dan mengandung berbagai komponen pelindung yang penting bagi kesehatan bayi. Namun, kondisi steril tersebut dapat hilang bukan karena kualitas ASI itu sendiri, melainkan akibat kontaminasi tidak langsung selama proses pemerahan, penyimpanan, dan pemberian.
Pompa ASI yang tidak dibersihkan dengan benar, botol atau wadah penyimpanan yang terpapar air tercemar, serta tangan ibu yang tidak higienis dapat menjadi jalur masuk kuman berbahaya.
Risiko ini meningkat signifikan dalam situasi pengungsian akibat bencana—seperti banjir—ketika akses terhadap air bersih, fasilitas sanitasi, dan ruang yang layak untuk menjaga kebersihan menjadi sangat terbatas. Dalam kondisi darurat seperti ini, upaya melindungi bayi dari penyakit infeksi tidak cukup hanya dengan mendorong pemberian ASI, tetapi juga memastikan praktik kebersihan yang memadai agar ASI tetap aman hingga dikonsumsi bayi.