"Kita sebagai praktisi kesehatan, terutama dokter anak harus menjamin kebutuhan ibu yang membawa bayi dalam situasi bencana. Artinya kita harus memberikan kepastian bahwa proses menyusui tetap dapat dilanjutkan," ujar dr. Kurniawan Taufiq Kadafi, M. Biomed, Sp.A, Subsp.E.T.I.A(K), Ketua Satgas Penanggulangan Bencana IDAI dalam media briefing "Tanggap Bencana Darurat" pada Senin (01/12/2025).
Panduan IDAI untuk Ibu Menyusui di Lokasi Bencana Banjir

- IDAI memberikan panduan untuk ibu menyusui di lokasi bencana banjir.
- Jaminan tempat nyaman dan privasi bagi ibu menyusui, serta perencanaan dukungan menyusui dalam tanggap bencana.
- Peringatan bahwa meski ada susu formula, menyusui tetap lebih penting karena risiko kesehatan bayi jika menggunakan susu formula yang diseduh dengan air tidak bersih.
Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI) melalui Satuan Tugas Bencana (Satgas Bencana) dan Satuan Tugas Air Susu Ibu (Satgas ASI) telah memberikan panduan untuk ibu menyusui yang ada di wilayah bencana banjir, di Aceh, Sumatra Barat, dan Sumatra Utara.
Jaminan untuk ibu menyusui
Meski sedang dalam keadaan krisis, ibu menyusui harus diberikan tempat yang nyaman dan terjamin privasi untuk menyusui anak agar prosesnya tetap dapat berjalan secara optimal.
"IDAI harus konsen dalam memberikan bantuan di dalam pendampingan menyusui," lanjutnya.
Perencanaan dan langkah dukungan menyusui dalam tanggap bencana berupa memberikan kemudahan bagi ibu menyusui agar tetap mempertahankan proses menyusui bayinya, termasuk memberikan bantuan praktis bagi ibu yang menyusui secara parsial (terkait susu formula dan dot/botol).
"Jaminan juga bagi ibu atau keluarga yang bayinya tidak disusui untuk mendapatkan akses ASI donor atau apabila terpaksa menggunakan susu formula. Hal yang sangat penting diperhatikan adalah air bersih dan fasilitas yang diperlukan. Kemudian pendampingan relaktasi bagi bayi yang berhenti menyusui dan ingin memulai menyusui, itu sangat penting," dr. Kadafi mengatakan.
Meski ada sufor, utamakan menyusui

Menyusui jauh lebih penting karena kadang menyiapkan susu formula sangat mengandalkan air bersih yang bisa menjadi masalah, berkesinambungan dengan stok susu di lokasi bencana yang sulit dijangkau.
Praktik penggunaan susu formula yang diseduh dengan air tidak bersih bisa menyebabkan risiko terjadinya diare, kekurangan nutrisi pada bayi dan kematian bayi. Praktis menyusui bisa menjadi pertimbangan saat ada di wilayah bencana.
"Kalau orang tuanya tidak pernah memberikan susu formula tiba-tiba berinisiatif memberikan susu formula, secara penyeduhan tidak sesuai dengan aturan main, justru akan menimbulkan efek samping di kemudian hari," imbuh dr. Kadafi.
Jangan asal konsumsi sufor
IDAI juga menyoroti sumbangan susu formula bayi dan donor ASI, distribusi penggunaannya harus dimonitor oleh tenaga terlatih, sesuai dengan prinsip bahwa susu formula bayi hanya diperbolehkan diberikan pada keadaan yang sangat terbatas.
"Diberikan hanya pada anak yang tidak dapat menyusui seperti anak piatu, dan setelah dilakukan penilaian terhadap status menyusui ibu dan relaktasi yang tidak memungkinkan. Susu formula bayi harus dijamin selama bayi membutuhkan," imbuhnya.
Diharapkan susu formula tidak asal diberikan pada saat terjadi bencana, dilakukan sesuai visi dan monitoring ketat oleh tenaga kesehatan terlatih. Ibu maupun pengasuh bayi perlu diberikan informasi memadai dan konseling tentang cara penyajian formula bayi yang aman dan praktik pemberian makanan bayi yang tepat.



















