ilustrasi olahraga dengan dipandu personal trainer (unsplash.com/Jonathan Borba)
Meski menjanjikan, para peneliti Spanyol mencatat beberapa kelemahan dalam studi tersebut. Pertama, studi ini dilakukan terhadap varian B.1.351 (Beta) dan B.1.617.2 (Delta). Selain itu, banyak studi yang dianalisis menggunakan penilaian subjektif, seperti kuesioner yang dilaporkan mandiri.
Oleh karena itu, Dr. Yasmin berharap untuk melihat studi selanjutnya meneliti bagaimana pengaruh aktivitas fisik terhadap varian SARS-CoV-2 yang baru, terutama B.1.1.529 (Omicron) serta subvariannya. Selain itu, Dr. Yasmin ingin melihat manfaat olahraga dengan pertimbangan vaksinasi serta pengobatan COVID-19.
Dilansir Medical News Today, Dr. Yasmin dan beberapa peneliti Spanyol lainnya saat ini tengah meneliti dan membandingkan efek latihan kekuatan kontra perawatan standar terhadap pasien dengan gejala COVID-19 yang persisten, fenomena yang umumnya disebut long COVID.
"Jika berhasil, hipotesis kami adalah pengujian ini bisa jadi bukti bahwa latihan kekuatan memiliki potensi untuk pasien yang mengalami long COVID," tandas Dr. Yasmin.