Saat Pandemik, Pengidap Diabetes Harus Fokus dengan Target Gula Darah

Pertempuran dengan COVID-19 masih belum selesai. Menurut data dari Johns Hopkins, per 7 Agustus 2020 sudah tercatat lebih dari 19 juta kasus infeksi di seluruh dunia, dengan kematian mencapai lebih dari 713 ribu jiwa. Jumlah kematian tersebut turut dipengaruhi oleh komorbid (kondisi penyerta) yang sudah ada sebelumnya.
Selain hipertensi, diabetes adalah komorbid yang sering ditemui. Berdasarkan data dari laman resmi Gugus Tugas Percepatan Penanganan COVID-19, hipertensi ada di peringkat pertama (50,5 persen), disusul diabetes melitus (34,4 persen), dan di peringkat ketiga adalah penyakit jantung (19,9 persen).
Lantas, apa yang harus dilakukan oleh diabetesi (penderita diabetes) dalam kondisi pandemik seperti sekarang?
Simak penuturan dari spesialis penyakit dalam/endokrin dr. Roy Panusunan Sibarani, SpPD-KEMD, FES, Kepala Dinas Kesehatan Provinsi DKI Jakarta dr. Widyastuti, MKM, dan Osy Machrosin dari Komunitas Sobat Diabetes dalam talk show yang dipandu oleh Indra Herlambang pada Rabu (5/8). Check this out!
1. Dianjurkan untuk rutin periksa angka gula darah
Berdasarkan Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) 2018, prevalensi diabetes melitus di Indonesia adalah 2 persen. Sementara, penduduk Indonesia di tahun 2018 mencapai 267,7 juta jiwa. Ini berarti, jumlahnya mencapai 5,35 juta jiwa! Jumlah terbanyak adalah kelompok usia 55-64 tahun, mencapai 6,3 persen dari seluruh kasus.
Menurut dr. Roy, tak perlu menunggu gejala untuk tahu kita punya diabetes atau tidak. Justru, kita harus aktif cek angka gula darah. Apalagi bila kamu punya faktor risiko seperti memiliki orang tua dengan riwayat diabetes, obesitas, atau berusia 40 tahun ke atas. Semakin diabetes terdeteksi dan tertangani dini, maka gula darah akan terkontrol dan terhindar dari risiko komplikasi.