ilustrasi makan fast food (pexels.com/KoolShooters)
Setelah mengonsumsi makanan tinggi lemak jenuh, kadar lemak dalam darah meningkat dan biasanya mencapai puncaknya sekitar empat jam setelah makan. Dalam periode ini, pembuluh darah cenderung menjadi lebih kaku dan kehilangan fleksibilitasnya untuk melebar, sehingga menghambat aliran darah. Namun, masih sedikit yang diketahui tentang dampaknya terhadap aliran darah ke otak—apakah otak cukup terlindungi saat kondisi ini terjadi?
Untuk menjawab ini, tim peneliti merekrut 20 pria muda usia 18–35 tahun dan 21 pria lanjut usia 60–80 tahun. Mereka mengukur fungsi pembuluh darah yang berkaitan dengan jantung dan otak, sebelum dan setelah peserta mengonsumsi makanan tinggi lemak jenuh.
Kesehatan pembuluh darah jantung dinilai lewat metode flow-mediated dilatation, yaitu kemampuan pembuluh darah di lengan untuk melebar saat aliran darah meningkat. Sementara itu, kesehatan pembuluh darah otak dinilai lewat tes body-weight squat, sambil diukur aliran darah menggunakan USG.
Makanan uji coba berupa milkshake yang sebagian besar isinya adalah krim kocok tinggi lemak. Minuman ini mengandung 1.362 kalori dan 130 gram lemak, mirip kandungan lemak dari makanan cepat saji.
Hasilnya: sama seperti penelitian sebelumnya, makanan tinggi lemak membuat pembuluh darah sulit melebar, baik pada kelompok muda maupun lansia. Kemampuan otak untuk menstabilkan tekanan darah juga terganggu.
Gangguan ini bahkan lebih terasa (sekitar 10 persen lebih parah) pada peserta lansia. Ini menunjukkan bahwa otak orang tua lebih rentan terhadap efek makanan tinggi lemak.
Meski studi ini tidak langsung meneliti dampak jangka panjang terhadap fungsi otak, tetapi riset sebelumnya menunjukkan bahwa makanan tinggi lemak bisa meningkatkan kadar radikal bebas (molekul yang merusak sel) dan menurunkan kadar nitrogen monoksida (zat yang membantu pembuluh darah melebar dan membawa oksigen serta glukosa ke seluruh tubuh). Inilah yang mungkin menyebabkan terganggunya regulasi aliran darah yang diamati dalam studi ini.
Kenapa temuan ini penting?
Walau sesekali makan makanan tinggi lemak tidak langsung berbahaya, tetapi hasil studi ini menunjukkan bahwa bahkan satu kali makan makanan tinggi lemak bisa langsung berdampak ke tubuh. Artinya, penting untuk menjaga pola makan rendah lemak jenuh demi kesehatan jantung dan otak. Hal ini makin penting bagi lansia yang otaknya lebih rentan terhadap dampak makanan seperti ini, apalagi mereka memang sudah berisiko lebih tinggi mengalami stroke dan penyakit neurodegeneratif seperti demensia.
Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) merekomendasikan asupan lemak sebaiknya tidak melebihi 30 persen dari total energi untuk mencegah pertambahan berat badan yang tidak sehat. Dinyatakan juga bahwa risiko kejadian penyakit tidak menular dapat dihindari dengan mengurangi lemak jenuh sampai kurang dari 10 persen terhadap total energi. Pada Permenkes No. 30 Tahun 2013, disebutkan lemak total per hari tidak boleh melebihi 67 gram. Akan tetapi, banyak orang sering melewati batas tersebut, terutama saat makan di luar ketika akhir pekan, atau memesan makanan cepat saji.
Faktanya, banyak orang mungkin menghabiskan sebagian besar waktu dalam kondisi "post-prandial lipemia", yaitu keadaan setelah makan saat kadar lemak darah tinggi—periode ketika tubuh mungkin paling rentan terhadap dampak negatif lemak.
Masih banyak yang perlu diteliti lebih lanjut.
Pedoman kesehatan masyarakat menyarankan mengganti lemak jenuh dengan lemak tak jenuh ganda yang bisa ditemukan dalam ikan berlemak, kacang-kacangan, dan biji-bijian, yang diketahui memberi manfaat jangka panjang bagi kesehatan jantung dan otak. Namun, belum diketahui bagaimana otak bereaksi terhadap satu kali konsumsi lemak tak jenuh ganda. Begitu juga dengan dampak makanan tinggi lemak terhadap otak perempuan—ini adalah celah penting dalam penelitian karena perempuan justru lebih berisiko mengalami stroke dan demensia pada usia lanjut dibanding laki-laki.
Penelitian ini menjadi pengingat bahwa pola makan tidak hanya berdampak pada kesehatan jangka panjang, tetapi juga memengaruhi tubuh dan otak dalam waktu singkat.
Referensi
Atmarita Atmarita et al., “Asupan Gula, Garam, dan Lemak di Indonesia: Analisis Survei Konsumsi Makanan Individu (SKMI) 2014,” Gizi Indonesia 39, no. 1 (January 12, 2017): 1, https://doi.org/10.36457/gizindo.v39i1.201.
Marley, Christopher J. et al. "Post-prandial hyperlipidaemia impairs systemic vascular function and dynamic cerebral autoregulation in young and old male adults." The Journal of Nutritional Physiology, Volume 2, 100005. DOI: 10.1016/j.jnphys.2025.100005.
"We fed people a milkshake with 130g of fat to see what it did to their brains – here’s what we learned." The Conversation. Diakses Agustus 2025.