Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
For
You

Studi: Pemanis Erythritol Tingkatkan Risiko Stroke, Serangan Jantung

Ilustrasi erythritol (freepik.com/KamranAydinov)
Ilustrasi erythritol (freepik.com/KamranAydinov)
Intinya sih...
  • Sebuah uji laboratorium menunjukkan bahwa erythritol dapat memengaruhi sel-sel otak, terutama pada bagian yang mengatur sirkulasi darah dan fungsi pembuluh darah.
  • Gangguan pada fungsi ini berpotensi meningkatkan risiko pembekuan darah, yang pada akhirnya bisa memicu stroke dan serangan jantung.

Dari es krim rendah karbohidrat, protein bar berlabel keto, hingga soda “bebas gula”, pemanis erythritol sudah lama menjadi pilihan bagi mereka yang ingin hidup “lebih sehat” tanpa harus melepaskan rasa manis. Dalam satu dekade terakhir, zat ini sering dipasarkan sebagai pengganti gula rendah kalori yang aman untuk pasien diabetes atau mereka yang sedang menurunkan berat badan.

Namun, anggapan ini kini perlu ditinjau ulang. Penelitian terbaru dari University of Colorado Boulder, Amerika Serikat (AS) yang diterbitkan dalam Journal of Applied Physiology membawa kabar kurang enak. Para peneliti menemukan bahwa konsumsi erythritol ternyata tidak selalu aman.

Hasil uji laboratorium menunjukkan bahwa erythritol dapat memengaruhi sel-sel otak, terutama pada bagian yang mengatur sirkulasi darah dan fungsi pembuluh darah. Gangguan pada fungsi ini berpotensi meningkatkan risiko pembekuan darah, yang pada akhirnya bisa memicu stroke dan serangan jantung.

Temuan ini memperkuat studi sebelumnya dari Cleveland Clinic pada 2023 yang juga menyoroti kaitan antara kadar erythritol tinggi dalam darah dengan peningkatan risiko kejadian kardiovaskular. Para ahli mengingatkan, meski erythritol berasal dari sumber alami seperti buah-buahan, tetapi konsentrasi tinggi dalam produk olahan modern jauh melebihi asupan alami sehari-hari.

1. Pemanis rendah kalori tidak selalu bebas risiko

"Studi kami menambah bukti bahwa pemanis non nutritif, yang selama ini dianggap aman, ternyata bisa membawa konsekuensi kesehatan yang merugikan,” ujar penulis peneliti, Christopher DeSouza.

Disetujui oleh Badan Pengawas Obat dan Makanan AS (FDA) pada tahun 2001, erythritol adalah jenis alkohol gula yang biasanya diproduksi melalui fermentasi jagung. Pemanis ini hampir tidak mengandung kalori, memiliki tingkat kemanisan sekitar 80 persen dari gula pasir, serta dampaknya terhadap kadar insulin sangat kecil. Namun, seiring berkembangnya riset, muncul kekhawatiran baru.

Dalam sebuah studi besar yang melibatkan 4.000 orang di AS dan Eropa, ditemukan bahwa individu dengan kadar erythritol tinggi memiliki kemungkinan jauh lebih besar untuk mengalami serangan jantung atau stroke. Temuan ini menjadi sinyal penting bahwa “bebas gula” tidak selalu berarti bebas bahaya.

2. Dampak erythritol terhadap sel otak dan tekanan darah

ilustrasi tekanan darah (freepik.com/jcomp
ilustrasi tekanan darah (freepik.com/jcomp

Untuk menyelidiki apa yang sebenarnya menyebabkan peningkatan risiko stroke dan serangan jantung, DeSouza bersama penulis utama Auburn Berry, melakukan eksperimen langsung pada sel manusia. Mereka memaparkan sel-sel endotel pada kadar erythritol yang setara dengan satu minuman bebas gula biasa selama tiga jam.

Hasilnya cukup mengkhawatirkan. Sel-sel yang terpapar erythritol menunjukkan berbagai perubahan biologis yang tidak sehat. Contohnya, senyawa penting yang berfungsi melebarkan dan merilekskan pembuluh darah menjadi turun drastis. Sebaliknya, kadar endothelin-1, protein yang menyebabkan penyempitan pembuluh darah, justru meningkat.

Tak berhenti di situ, sel-sel tersebut juga menghasilkan lebih banyak reactive oxygen species (ROS), atau yang lebih dikenal sebagai radikal bebas.

Dengan kata lain, erythritol tampaknya mendorong sel pembuluh darah otak menuju kondisi yang mendukung penyempitan, pembekuan darah, dan kerusakan sel.

3. Efek lebih besar bisa terjadi pada konsumsi harian

DeSouza menekankan bahwa studi mereka hanya menggunakan jumlah erythritol setara satu porsi minuman bebas gula. Artinya, bagi individu yang rutin mengonsumsi beberapa porsi produk mengandung erythritol setiap hari seperti protein bar, dampak negatif terhadap kesehatan pembuluh darah bisa jauh lebih besar.

Meski begitu, para peneliti juga mengingatkan bahwa penelitian ini dilakukan di laboratorium pada sel manusia, bukan pada subjek hidup. Oleh karena itu, diperlukan studi lanjutan berskala besar pada manusia untuk benar-benar memahami seberapa besar risiko yang ditimbulkan oleh erythritol dalam konteks konsumsi sehari-hari.

Meskipun erythritol selama ini dipasarkan sebagai alternatif gula yang aman, tetapi penelitian terbaru menunjukkan bahwa konsumsi berlebih bisa memicu kondisi yang meningkatkan risiko stroke dan penyakit kardiovaskular. Peneliti mengingatkan agar lebih waspada dan teliti membaca label bahan.

Referensi

Berry, A. R., Ruzzene, S. T., Ostrander, E. I., Wegerson, K. N., Fersiva, N. O., Stone, M. F., Valenti, W. B., Izaias, J. E., Holzer, J. P., Greiner, J. J., Garcia, V. P., & DeSouza, C. A. (2025). The Non-Nutritive sweetner erythritol adversely affects brain microvascular endothelial cell function. Journal of Applied Physiology.
"Common sugar substitute shown to impair brain cells, boost stroke risk" . Diakses pada Juli 2025. University of Colorado Boulder.

Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Nuruliar F
Delvia Y Oktaviani
Nuruliar F
EditorNuruliar F
Follow Us