Iklan - Scroll untuk Melanjutkan
Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
ilustrasi anjing (unsplash.com/chewy)
ilustrasi anjing (unsplash.com/chewy)

Rabies dikenal sebagai salah satu penyakit paling mematikan yang menular dari hewan ke manusia. Meski kasusnya mungkin tidak sebanyak penyakit menular lainnya, rabies punya tingkat fatalitas hampir 100 persen jika sudah muncul gejala klinis. Itu sebabnya penyakit ini sering bikin orang was-was, terutama setelah terkena gigitan anjing liar atau kucing yang terjangkit rabies.

Hal yang sering bikin panik adalah ketidaktahuan tentang seberapa cepat rabies bisa menular setelah gigitan. Apakah langsung menimbulkan gejala, atau ada masa jeda tertentu? Berikut penjelasan untuk menjawab pertanyaan tersebut!

1. Masa inkubasi rabies bisa bervariasi

ilustrasi anjing sakit (pexels.com/Tima Miroshnichenko)

Menurut Centers for Disease Control and Prevention (CDC), masa inkubasi rabies umumnya bisa berminggu hinga berbulan setelah gigitan. Meskipun begitu, ada juga kasus yang lebih cepat dalam beberapa hari, atau lebih lama hingga setahun. Lamanya inkubasi ini dipengaruhi oleh lokasi gigitan, seberapa dalam luka, jumlah virus yang masuk, dan seberapa cepat penanganan dilakukan.

Lebih lanjut dijelaskan jika gigitan atau bekas cakaran terjadi di area dekat otak, seperti wajah atau leher, gejala yang timbul tentu bisa muncul jauh lebih cepat dibanding gigitan di kaki atau tangan. Hal ini dikarenakan virus tersebut menyebar ke sistem saraf pusat melalui saraf perifer.

2. Gejala awal tidak selalu spesifik

ilustrasi rasa gatal (pexels.com/Towfiqu barbhuiya)

Salah satu tantangan dalam mengenali rabies adalah gejala awalnya yang sebenarnya mirip penyakit ringan biasa seperti flu. Menurut World Health Organization (WHO), sensasi tidak nyaman atau kesemutan di area luka bisa menjadi tanda awal rabies. Kamu mungkin juga hanya merasa demam, sakit kepala, lemah, atau kesemutan di sekitar luka gigitan. Gejala awal ini yang sering bikin orang menyepelekan gigitan hewan.

Padahal kondisi ini bisa memburuk dengan sangat cepat. Begitu virus mencapai otak, penderita akan mengalami gejala parah seperti halusinasi, hidrofobia (takut air), agresivitas, hingga kelumpuhan. WHO menjelaskan jika hanya ada 20 persen kasus paralytic rabies, dimana manusia yang tekena gigitan hewan menunjukkan gejala lebih lambat hingga menyebabkan kematian.

3. Pencegahan harus segera dilakukan setelah gigitan

ilustrasi vaksin rabies (pexels.com/Stéf -b)

Waktu adalah faktor penting setelah terkena gigitan hewan yang dicurigai rabies. WHO menekankan pentingnya segera mencuci luka dengan sabun dan air mengalir selama setidaknya 15 menit untuk mengurangi risiko penularan. Setelah itu, segera cari pertolongan medis untuk mendapatkan vaksin rabies (post-exposure prophylaxis/PEP).

Vaksin ini wajib diberikan jika kamu terkena gigitan khususnya anjing liar yang menunjukkan perilaku agresif. Jika vaksin diberikan sebelum virus masuk ke sistem saraf pusat, risiko berkembang menjadi rabies klinis hampir bisa dihindari. Karena itu, jangan menunggu munculnya gejala untuk mencari pertolongan.

4. Tingkat kematian sangat tinggi

ilustrasi orang sakit (unsplash.com/lga_kononenko)

Rabies hampir selalu berakibat fatal begitu gejala klinis muncul. Menurut Cleaveland Clinic, tidak ada pengobatan efektif untuk rabies pada tahap lanjut. Ini alasan kenapa langkah pencegahan jadi senjata utama dalam melawan rabies. Namun, kamu masih bisa selamat dan bertahan dari rabies jika mendapatkan penanganan segera dalam beberapa hari.

Bahkan dengan teknologi medis modern, kasus rabies yang sudah menunjukkan gejala hampir selalu berakhir dengan kematian. Sebab rabies bisa bertahan lama di dalam tubuh tanpa menunjukkan gejala hingga berbulan lamanya, dan bisa sebabkan kematian dalam beberapa hari setelah muncul gejala. Karena itu, kamu harus menganggap setiap gigitan hewan tak dikenal sebagai kondisi darurat medis.

5. Pentingnya vaksinasi hewan peliharaan

ilustrasi vaksin rabies pada anjing (pexels.com/ Pranidchakan Boonrom)

Selain menjaga diri dengan PEP, vaksinasi hewan peliharaan juga sangat penting. Menurut WHO, mayoritas kasus rabies di dunia berasal dari gigitan anjing yang tidak divaksin. Dengan memastikan anjing atau kucingmu mendapat vaksin rabies secara rutin, kamu bisa memutus rantai penularan penyakit ini.

Buat kamu yang tinggal di daerah dengan banyak anjing atau kucing liar, sebaiknya lebih waspada dan hindari kontak langsung. Jika ada program vaksinasi hewan gratis di lingkunganmu, itu sangat baik. Ikut memvaksin hewan peliharaan bisa membantu melindungi banyak orang di sekitar.

Virus rabies memang mematikan, karenanya kamu harus punya pengetahuan yang tepat jika sewaktu-waktu harus menghadapinya. Melindungi diri sendiri dan hewan peliharaan dengan vaksinasi adalah cara paling efektif agar kamu terhindar dari penyakit mematikan ini.

Referensi

"About Rabies". CDC. Diakses September 2025.

"Rabies". WHO. Diakses September 2025.

"Rabies". Cleveland Clinic. Diakses September 2025.

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.

Editorial Team