Sejarah Pneumonia, Penyakit Berbahaya yang Membunuh Jutaan Jiwa

- Pneumonia adalah infeksi akut pada paru-paru yang mempengaruhi alveoli.
- Pneumonia menjadi penyebab kematian 808 ribu anak di bawah 5 tahun di seluruh dunia pada 2017.
- Pneumonia bisa menyebar lewat bersin, batuk, droplet dari percakapan, bakteri yang menempel pada objek tertentu, hewan pembawa bakteri pneumonia, kebiasaan merokok, hingga konsumsi narkoba dan alkohol.
Pneumonia merupakan infeksi akut pada paru-paru yang mempengaruhi kantung udara kecil bernama alveoli. Orang yang mengalami penyakit ini akan mengalami peradangan paru-paru, batuk-batuk, demam, nyeri otot, sampai kesulitan bernafas. Pneumonia tidak mengenal ampun bagi kelompok usia mana pun. Penyakit ini bisa menjangkiti siapa saja, tetapi umumnya paling berbahaya jika menjangkiti anak-anak dan lanjut usia.
Mengutip data World Health Organization, pada 2017 saja pneumonia jadi penyebab kematian 808 ribu anak-anak di bawah usia 5 tahun di seluruh dunia. Angka ini setidaknya mengambil proporsi sekitar 15 persen dari seluruh kematian anak di bawah 5 tahun pada saat itu. Walaupun sebenarnya pneumonia sudah teridentifikasi sejak lama dan berbagai tindakan medis untuk mencegah dan mengobatinya sudah ditemukan, nyatanya sampai saat ini pneumonia masih jadi momok yang menghantui umat manusia.
Kira-kira bagaimana sejarah pneumonia? Lalu, bagaimana cara penyebaran dan pengobatan yang efektif untuk mencegah diri sendiri dan orang-orang di sekitar kita dari pneumonia? Untuk mencari tahu ulasan lengkapnya, yuk, gulir artikel ini sampai tuntas!
1. Sudah teridentifikasi sejak ribuan tahun lalu
Menurut Passport Health, gejala penyakit yang sama seperti pneumonia setidaknya sudah terlacak sekitar tahun 450 SM oleh dokter asal Yunani, Hippocrates. Dalam bab jurnal berjudul "Historical Aspects of Pneumonia", Leonard D Epifano dan Robert D Brandstetter menyebut kalau pendekatan yang digunakan oleh Hippocrates adalah menganalisis satu per satu penyakit yang dialami individu. Hasilnya, ia menemukan gejala yang serupa, yakni demam akut, rasa sakit di tubuh, proses bernafas yang disertai rasa sakit, sampai batuk berdahak yang juga bisa berdarah.
Sejak penemuan itu, sejumlah ilmuwan lain sebenarnya juga tertarik untuk melakukan lanjutan dari penelitian Hippocrates. Ada Claudius Galen (130—199), Aretaeus (130—199), sampai Rhazes (860—932) yang berturut-turut memberi kontribusi dalam proses identifikasi pneumonia. Sampai akhirnya pada 1875, ilmuwan asal Jerman, Edwin Klebs, berhasil mengamati sebuah bakteri di mikroskopnya yang kemudian diberi nama bakteri pneumonia. Lima tahun berselang, Carl Friedlander dan Albert Frankel menemukan dua bakteri yang paling umum menyebabkan pneumonia, yakni Streptococcus pneumoniae dan Klebsiella pneumoniae.
Sejak dahulu, pneumonia atau setidaknya penyakit dengan gejala yang sama seperti pneumonia merupakan penyakit yang sangat berbahaya. Penyakit ini bisa menyebar dengan cepat dan tingkat kematian dari penyakit ini cukup tinggi. Bahkan, pada akhir tahun 1800-an hingga awal 1900-an, pneumonia sempat menjadi penyebab kematian terbesar di dunia.
2. Penyebab munculnya pneumonia

Carl Friedlander dan Albert Frankel memang berhasil mengidentifikasi dua bakteri penyebab utama munculnya pneumonia, yakni Streptococcus pneumoniae dan Klebsiella pneumoniae. Akan tetapi, ternyata bakteri bukan jadi satu-satunya penyebab munculnya pneumonia pada manusia. Virus, jamur, dan parasit diketahui bisa menyebabkan pneumonia lewat berbagai saluran.
Dilansir National Institutes of Health, selain dua bakteri yang disebutkan sebelumnya, bakteri lain seperti Mycoplasma pneumoniae dan Legionella pneumophila juga bisa menyebabkan pneumonia. Sementara, ada beberapa jenis virus yang bisa menyebabkan pneumonia, antara lain virus influenza, rhinovirus, respiratory syncytial virus (RSV), sampai SARS-CoV-2 yang jadi penyebab pandemi COVID-19. Kemudian, jamur bernama Pneumocystis jirovecii juga diketahui bisa menyebabkan pneumonia meski kasusnya sangat langka.
Seperti yang sudah disebutkan sebelumnya, pneumonia bisa menjangkiti seluruh kelompok usia. Akan tetapi, anak-anak di bawah 2 tahun dan orang tua di atas 65 tahun jadi kelompok paling rentan. Mereka biasanya mengalami gejala paling parah.
Ada beberapa penyebab seseorang bisa terjangkit pneumonia, mulai dari bersin, batuk, hingga lewat droplet yang ditimbulkan dari percakapan. Penyakit ini bisa juga berasal dari bakteri yang menempel pada objek tertentu dan secara tidak sengaja berpindah ke tangan kita. Selain itu, pneumonia juga memungkinkan berasal dari beberapa jenis hewan pembawa bakteri pneumonia. Ditambah lagi, kebiasaan merokok sampai mengonsumsi narkoba dan alkohol juga bisa jadi penyebab penyakit yang satu ini.
3. Masih menjadi salah satu penyakit paling berbahaya di dunia
Jutaan manusia sampai saat ini masih terjangkit pneumonia dan harus mendapatkan perawatan lebih lanjut di rumah sakit. Hal itu saja sudah membuktikan betapa berbahayanya penyakit yang satu ini. Meskipun angka ini sudah jauh berkurang dibandingkan 1 sampai 2 abad yang lalu, setidaknya pneumonia masih menjadi perhatian khusus bagi ilmu medis di seluruh dunia.
Menurut Our World Data, pada 2019 saja, ada sekitar 2,5 juta orang yang meninggal karena pneumonia di seluruh dunia. Hampir sepertiga dari total korban tersebut adalah anak-anak. Afrika sub-Sahara jadi daerah dengan tingkat kematian tertinggi akibat pneumonia di seluruh dunia. Meskipun vaksin dan obat-obatan untuk mengatasi pneumonia sudah ditemukan, ada faktor eksternal lain yang membuat penyakit ini sangat sulit untuk diperangi.
Pencemaran udara yang semakin memburuk tiap tahunnya, misalnya, membuat paru-paru manusia semakin rentan untuk dijangkiti bakteri, virus, atau jamur penyebab pneumonia. Ditambah lagi, nutrisi buruk di beberapa negara ekonomi menengah ke bawah jadi penyebab mengapa angka kematian akibat pneumonia masih sangat tinggi hingga saat ini. Lalu, anak-anak ataupun orang dewasa, yang jadi perokok pasif akibat terpapar asap dari orang yang abai terhadap bahaya rokok, menyebabkan manusia semakin rentan terjangkit pneumonia.
4. Perawatan dan pencegahan pneumonia
Kita memang sudah membaca bahaya yang mengintai dari pneumonia. Akan tetapi, bukan berarti kita hanya bisa pasrah ketika terjangkit oleh penyakit yang satu ini. Seperti yang sudah disebutkan sebelumnya, vaksin dan obat-obatan untuk pneumonia sudah ditemukan. Dengan perawatan yang tepat, kita pun bisa mencegah dan memerangi pneumonia.
National Institutes of Health melansir bahwa ketika tubuh dikonfirmasi terjangkit pneumonia, beri obat-obatan yang sesuai dengan sumber penyakitnya. Jika sumbernya berasal dari bakteri, minumlah antibiotik. Jika berasal dari virus, pasien bisa diberi antiviral jenis viral pneumonia. Terakhir, bila berasal dari jamur, pasien bisa diberi antifungal jenis fungal pneumonia. Tentunya, sebelum mengonsumsi obat-obatan tersebut, pasien harus diperiksa terlebih dahulu. Lalu, jenis dan dosis obat itu juga harus sesuai dengan resep dokter agar pengobatan bisa berjalan dengan baik.
Selain mengobati, kita juga bisa mencegah terjadinya pneumonia bagi diri sendiri ataupun orang di sekitar. Salah satu langkah paling dini adalah vaksinasi jenis pneumococcal vaccine. Ditambah lagi, kita juga perlu meningkatkan kualitas hidup sehari-hari. Membasuh tangan tiap selesai atau akan beraktivitas, menjaga kebersihan lingkungan, menjaga asupan nutrisi, sampai mengurangi kebiasaan merokok di tempat umum bisa jadi solusi bersama agar kita dapat menekan angka pneumonia.
Dengan semakin canggihnya ilmu medis manusia di zaman modern ini, pneumonia sudah seharusnya diberantas hingga menekan angka kematian akibat penyakit ini. Kalau tubuh mulai merasa beberapa gejala dari pneumonia, jangan ragu untuk memeriksakannya ke dokter. Selain itu, upayakan vaksinasi pneumonia sedini mungkin agar mencegah potensi terjangkit pneumonia. Agar upaya-upaya ini semakin maksimal, yuk, jalankan juga pola hidup sehat bagi diri sendiri dan lingkungan sekitar agar dunia, khususnya negara kita, bisa terbebas dari bahaya pneumonia!
Referensi
“Pneumonia”. World Health Organization. 2019. Diakses 12 November 2024.
“Pneumonia History”. News-Medical. Diakses 12 November 2024.
“Pneumonia: History and prevention of the ‘Winter Fever'". Passport Health. Diakses 12 November 2024.
“Pneumonia”. Our World in Data. Diakses 12 November 2024.
“Pneumonia” NHS. Diakses 12 November 2024.