Bruxism: Penyebab, Gejala, Penanganan, dan Pencegahan

Menggemeretakkan gigi yang tidak sadar dilakukan saat tidur

Banyak orang yang menggemeretakkan gigi dari waktu ke waktu di luar kegiatan mengunyah. Menggemeretakkan gigi sesekali, istilah medisnya adalah bruxism atau bruksisme, biasanya tidak berbahaya. Namun, bila sampai menjadi kebiasaan atau sering dilakukan, lama-lama gigi bisa rusak dan timbul komplikasi masalah mulut lainnya.

Menurut keterangan dari The Bruxism Association, bruxism memengaruhi 8 hingga 10 persen populasi. Apakah kamu termasuk di antaranya? Untuk mengetahuinya lebih lanjut, simak pembahasan lengkapnya di bawah ini sampai akhir, ya!

1. Jenis

Bruxism: Penyebab, Gejala, Penanganan, dan Pencegahanilustrasi bruksisme atau bruxism saat tidur (flintlockdental.com)

Mengutip Clevelend Clinic, bruxism bisa terjadi saat seseorang tidur dan terjaga. Aksi menggemeretakkan giginya sama, tetapi bruxism saat terjaga dan tertidur dianggap sebagai dua kondisi yang terpisah.

  • Bruxism saat terjaga (awake bruxism)

Pada jenis ini, seseorang mengatupkan rahang dan menggertakkan gigi pada siang hari. Ini biasanya berhubungan dengan masalah emosional. Rasa cemas, stres, atau marah bisa membuat seseorang menggemeretakkan gigi, begitu juga saat berkonsentrasi pada sesuatu.

Jenis ini sering kali tidak butuh perawatan bila pelakunya segera berhenti menggemeretakkan gigi saat menyadarinya. Mengelola stres dengan baik juga bisa membantu mengurangi frekuensinya.

  • Bruxism tidur (sleep bruxism)

Menggemeretakkan gigi terjadi saat seseorang sedang tidur, yang mana ini bisa menyebabkan lebih banyak risiko atau kerusakan. Pelakunya bisa tidak mendapatkan penanganan karena tidak menyadarinya.

Tantangan lainnya adalah pelakunya juga tidak menyadari seberapa kencang atau kuat mereka mengatupkan rahang dan gigi mereka. Mereka dapat menggunakan kekuatan hingga 250 pon, menyebabkan sakit rahang, masalah gigi, hingga sakit kepala.

2. Penyebab

Bruxism: Penyebab, Gejala, Penanganan, dan Pencegahanilustrasi menggemeretakkan gigi atau bruxism (dowelldental.com)

Bruxism tidak selalu memiliki penyebab tunggal atau bisa diidentifikasi, tetapi sejumlah faktor bisa berkontribusi. Faktor-faktor ini bisa berbeda-beda tergentung jenisnya, mengutip Medical News Today.

Bruxism primer

Ini muncul dengan sendirinya dan tidak merupakan akibat dari kondisi tertentu. Beberapa faktor yang diketahui berkontribusi antara lain:

  • Gigi tumbuh: ini umum pada anak-anak (diperkirakan sebanyak 40 persen), umumnya saat gigi anak tumbuh. Karena gigi dan rahang tumbuh dengan cepat selama masa kanak-kanak, bruxism biasanya hilang sendiri tanpa menyebabkan kerusakan permanen.

  • Gigitan yang tidak sejajar: pada beberapa orang, bruxism bisa terjadi karena gigitan yang tidak sejajar atau ada gigi yang ompong atau hilang. Iritasi pada mulut juga bisa menyebabkan seseorang menggemeretakkan gigi.

  • Stres: salah satu penyebab utama bruksisme pada orang dewasa, baik itu dialami saat tidur maupun terbangun, adalah stres. Studi dalam Frontiers in Neurology tahun 2020 menemukan kalau ada hubungan signifikan antara stres dan bruxism, tetapi masih butuh penelitian lebih lanjut untuk memahami hubungannya.

  • Rokok, alkohol, dan kafein: tinjauan ilmiah dalam Journal of the American Dental Association tahun 2016 menemukan bahwa penggunaan zat-zat tersebut ini dikaitkan dengan bruxism. Orang yang merokok atau minum alkohol secara teratur dua kali lebih mungkin mengalami bruxism, sementara mereka yang minum lebih dari 8 cangkir kopi per hari 1,5 kali lebih mungkin.
Bruxism: Penyebab, Gejala, Penanganan, dan Pencegahanilustrasi bruksisme (sabkadentist.com)

Bruxism sekunder

Ini muncul sebagai akibat dari kondisi medis yang mendasarinya, seperti:

  • Kondisi kesehatan mental: kecemasan dan depresi telah dikaitkan dengan bruxism. Hubungan ini mungkin karena stres.
  • Kondisi neurologis: misalnya karena penyakit Huntington dan penyakit Parkinson yang dapat menyebabkan pergerakan selama tidur, yang mana dapat menyebabkan bruxism.
  • Obat-obatan tertentu: bruxism bisa merupakan efek dari obat-obatan tertentu seperti beberapa antidepresan dan antipsikotik. Penelitian telah menemukan hubungan antara selective serotonin reuptake inhibitors (SSRIs) dan bruxism. Fluoxetine dan sertraline adalah biang kerok paling umum dari obat-obatan yang diteliti.
  • Sleep apnea: kondisi henti napas sementara saat tidur ini dapat mengurangi kualitas dan penyebab sering terbangun, yang mungkin itu merupakan faktor risiko bruksisme. Dengan tidur yang terganggu, sleep apnea dapat menyebabkan menggemeretakkan gigi.

3. Gejala

Bruxism: Penyebab, Gejala, Penanganan, dan Pencegahanilustrasi kerusakan gigi akibat bruxism (dreemdentistry.com)

Mengutip Mayo Clinic, tanda dan gejala dari bruksisme antara lain:

  • Menggertakkan gigi mungkin bisa memunculkan suara yang keras dan mengganggu maka dapat membuat pasangan terbangun dari tidurnya
  • Gigi yang aus, retak, patah, atau goyang
  • Enamel gigi yang aus, memperlihatkan lapisan gigi yang lebih dalam
  • Peningkatan nyeri gigi atau sensitivitas
  • Kelelahan atau ketegangan pada rahang, atau rahang terkunci yang tidak terbuka atau tertutup sepenuhnya
  • Nyeri pada rahang, leher, atau wajah
  • Nyeri yang terasa seperti sakit telinga, walaupun ini bukan merupakan masalah pada telinga
  • Sakit kepala yang tumpul yang umumnya dimulai di pelipis
  • Kerusakan akibat dari pengunyahan pada bagian dalam gigi
  • Gangguan tidur

Baca Juga: Tumbuh Gigi Bungsu, Apakah Harus Dicabut?

4. Diagnosis

Bruxism: Penyebab, Gejala, Penanganan, dan Pencegahanilustrasi pemeriksaan gigi oleh dokter gigi (pexels.com/Andrea Piacquadio)

Bila dokter atau dokter gigi curiga pasiennya memiliki bruxism, mereka akan mencoba menentukan penyebabnya dengan menanyakan seputar kesehatan gigi, obat-obatan yang sedang dikonsumsi, rutinitas sehari-hari, dan kebiasan tidur.

Untuk mengevaluasi tingkat bruxism, dokter atau dokter gigi mungkin akan mengecek:

  • Nyeri atau ketidaknyamanan ketika otot rahang yang terdampak disentuh
  • Abnormalitas pada gigi, seperti gigi rusak atau hilang
  • Kerusakan lainnya pada gigi, di tulang di bawah gigi dan di bagian dalam pipi, yang biasanya terlihat lewat pemeriksaan sinar-X

Pemeriksaan gigi dapat mendeteksi gangguan lain yang dapat menyebabkan nyeri rahang atau telinga yang serupa, seperti gangguan sendi temporomandibular (TMJ), masalah gigi atau kondisi kesehatan lainnya.

Apabila bruxism dicurigai berhubungan dengan masalah tidur yang serius, dokter mungkin merujuk pasien ke dokter spesialis tidur. Nantinya akan dilakukan beberapa tes, seperti studi tidur yang akan menilai episode bruxism dan menentukan apakah pasien memiliki sleep apnea atau gangguan tidur lainnya.

Jika kecemasan atau masalah psikologis yang dicurigai mendasarinya, pasien mungkin akan dirujuk ke terapis atau konselor mental profesional berlisensi.

5. Penanganan

Bruxism: Penyebab, Gejala, Penanganan, dan Pencegahanilustrasi mouthguard atau pelindung gigi untuk bruxism (sleepadvisor.org)

Seperti dijelaskan di laman Johns Hopkins Medicine, dokter akan memberikan perawatan terbaik berdasarkan:

  • Usia
  • Status kesehatan secara keseluruhan riwayat kesehatan
  • Seberapa baik pasien menoleransi obat, prosedur, dan terapi spesifik
  • Opini dan preferensi pasien

Pada kebanyakan kasus, bruksisme bisa sukses diobati. Beberapa penanganannya bisa berupa:

  • Perubahan perilaku. Pasien mungkin akan diajari untuk mengistirahatkan lidah, gigi, dan bibir dengan benar. Pasien juga akan belajar untuk mengistirahatkan lidah ke atas untuk meredakan ketidaknyamanan pada rahang sambil menjaga gigi atas dan bawah tetap terpisah dan bibir tertutup.

  • Mouthguard atau pelindung gigi. Pasien mungkin akan diberikan pelindung gigi plastik yang dipakai pada malam hari untuk menyerap kekuatan dari gigitan. Ini bisa dipakai pada siang atau sore hari bila pasien menggemeretakkan gigi saat terjaga. Mouthguard ini bisa membantu mencegah kerusakan pada gigi di masa mendatang dan membantu perubahan perilaku.

  • Terapi biofeedback. Ini melibatkan instrumen elektronik yang mengukur jumlah aktivitas otot mulut dan rahang. Ini kemudian memberi sinyal kepada pasien saat ada terlalu banyak aktivitas otot, sehingga pasien dapat mengambil langkah untuk mengubah perilaku tersebut. Ini sangat membantu untuk bruksisme pada siang hari. Penelitian lebih lanjut diperlukan untuk mengembangkan program perawatan bagi orang-orang dengan bruksisme tidur.

Secara umum, obat-obatan tidak terlalu efektif untuk menangani bruksisme dan lebih banyak penelitian dibutuhkan untuk mengetahui efektivitasnya, mengutip Mayo Clinic. Contoh dari obat-obatan yang mungkin akan digunakan untuk bruksisme dapat berupa:

  • Relaksan otot
  • Injeksi botoks
  • Obat-obatan untuk stres dan kecemasan
  • Mengobati gangguan yang berhubungan dengan bruksisme

Pengobatan untuk gangguan yang berhubungan dangan bruksisme di antaranya:

  • Obat-obatan: jika kamu mengembangkan bruksisme sebagai efek samping dari obat-obatan tertentu, dokter mungkin akan mengubah obat-obatan atau meresepkan obat baru.
  • Gangguan terkait tidur: menentukan gangguan terkait tidur, misalnya sleep apnea, dapat memperbaiki bruksisme tidur.
  • Kondisi medis: bila kondisi medis yang mendasari, misalnya penyakit refluks gastroesofagus atau GERD, diidentifikasi sebagai penyebab, mengobati kondisi tersebut akan memperbaiki kondisi bruksisme.

6. Pencegahan

Bruxism: Penyebab, Gejala, Penanganan, dan Pencegahanilustrasi kontrol rutin ke dokter gigi (unsplash.com/lafayett zapata montero)

Ada beberapa cara yang bisa dilakukan untuk mencegah maupun membantu mengatasi bruksisme, di antaranya:

  • Mengurangi stres, misalnya dengan berendam air panas, meditasi, yoga, melakukan hobi, atau melakukan kegiatan lainnya yang memberikan efek relaksasi.
  • Menghindari senyawa yang bisa menstimulasi pada malam hari, seperti kopi atau teh berkafein setelah makan malam dan alkohol, karena keduanya dapat memperburuk bruksisme.
  • Mempraktikkan kebiasaan tidur yang baik, yang bisa termasuk pengobatan untuk masalah tidur tertentu.
  • Bicarakan dengan pasangan dan minta ia untuk waspada terhadap suara gemeretak gigi atau suara "klik" saat kamu tidur, sehingga kamu bisa melaporkannya ke dokter gigi atau dokter.
  • Jadwalkan kontrol gigi rutin. Ini adalah cara terbaik untuk mengidentifikasi bruksisme. Dokter gigi dapat melihat tanda bruksisme di mulut dan rahang saat pemeriksaan gigi.

7. Komplikasi yang dapat terjadi

Bruxism: Penyebab, Gejala, Penanganan, dan Pencegahanilustrasi gangguan sendi temporomandibular (qldprosthodontics.com.au)

Mengutip Sleep Foundation, konsekuensi jangka panjang dari bruxism saat tidur bisa meliputi kerusakan yang signifikan pada gigi. Gigi akan menjadi nyeri, terkikis, dan bergerak. Mahkota gigi, tambalan, dan implan juga bisa rusak.

Menggemeretakkan gigi juga dapat meningkatkan risiko masalah pada sendi yang menghubungkan rahang bawah dan tengkorak, yaitu TMJ. Masalah pada TMJ dapat memicu kesulitan mengunyah, nyeri rahang kronis, bunyi letupan atau "klik", rahang terkunci, dan komplikasi lainnya.

Tidak semua orang dengan bruxism saat tidur akan mengalami efek serius. Tingkat gejala dan konsekuensi jangka panjang tergantung tingkat keparahan bruxism, keselarasan gigi seseorang, pola makan, dan apakah memiliki kondisi lain yang dapat memengaruhi gigi seperti GERD.

Bruxism pada malam hari juga dapat berdampak pada pasangan. Bunyi yang dihasilkan dari menggemeretakkan gigi bisa mengganggu, membuat pasangan jadi sulit tertidur atau mempertahankan tidur.

Bruxism atau bruksisme adalah kondisi saat seseorang menggemeretakkan gigi secara tidak disengaja. Ini bisa terjadi ketika seseorang dalam kondisi terjaga atau tertidur, menyebabkan nyeri wajah, rahang kaku, dan sakit kepala. Dalam jangka panjang, kondisi ini dapat menyebabkan kerusakan gigi, gusi, atau sendi rahang.

Dokter gigi dapat mendiagnosis bruxism saat pemeriksaan gigi. Pengobatannya sendiri akan berfokus pada mengurangi kerusakan pada gigi dan menemukan faktor yang mungkin berkontribusi pada bruxism. Ini mungkin termasuk mengurangi stres, mengganti obat-obatan tertentu, atau mengobati kondisi medis yang mendasarinya.

Baca Juga: 7 Fakta Erosi Gigi, Gigi Aus karena Makanan dan Minuman Asam

Topik:

  • Bella Manoban
  • Nurulia

Berita Terkini Lainnya