Morning Sickness: Penyebab, Gejala, Komplikasi, Pengobatan

Morning sickness sangat umum terjadi pada awal kehamilan

Mual dan muntah saat hamil atau dikenal sebagai morning sickness sangat umum terjadi pada awal kehamilan. Kondisi ini bisa terjadi pada pagi maupun malam hari atau bisa juga seharian.

Morning sickness bisa sangat tidak nyaman dan secara signifikan memengaruhi aktivitas ibu hamil. Namun, biasanya keluhan ini akan hilang pada minggu ke-16 hingga ke-20 kehamilan dan tidak membahayakan bayi.

Meski begitu, ada kemungkinan ibu hamil mengembangkan bentuk parah dari morning sickness yang disebut sebagai hiperemesis gravidarum. Ini bisa serius dan mungkin ibu hamil tidak mendapatkan cukup cairan dalam tubuh atau dehidrasi, atau tidak mendapat nutrisi cukup selama kehamilan. Pada kondisi ini, sering kali ibu hamil butuh perawatan di rumah sakit.

1. Penyebab dan faktor risiko

Morning Sickness: Penyebab, Gejala, Komplikasi, Pengobatanilustrasi morning sickness pada ibu hamil (kernodle.com)

Seperti dilansir What to Expect, penyebab pasti morning sickness tidak diketahui meski ada beberapa teori yang bisa menjelaskannya. Beberapa faktor yang bisa berkontribusi meliputi:

  • Peningkatan kadar hormon kehamilan hCG, yang mencapai puncaknya saat gejala morning sickness dirasakan paling parah.
  • Meningkatnya kadar estrogen dan progesteron, yang mana ini mengendurkan otot-otot saluran pencernaan dan membuat pencernaan kurang efisien.
  • Rasa logam di mulut yang dialami banyak perempuan selama kehamilan.
  • Indra penciuman yang lebih tajam karena hormon kehamilan.
  • Heartburn atau penyakit refluks gastrointestinal (GERD), yang lebih sering terjadi selama kehamilan.
  • Produksi air liur berlebihan yang dapat meningkatkan perasaan mual.

Tidak semua ibu hamil mengalami morning sickness dan gejalanya bisa dirasakan berbeda-beda. Beberapa hanya merasa mual sesekali, sementara yang lain bisa mual sepanjang waktu tetapi jarang atau tidak pernah muntah. Beberapa ibu hamil mungkin bisa sering muntah.

Ada beberapa faktor yang meningkatkan risiko ibu hamil mengalami morning sickness, seperti:

  • Kadar hormon. Kadar hormon kehamilan yang lebih tinggi dari rata-rata (misalnya pada kehamilan kembar) dapat meningkatkan risiko mual dan muntah saat hamil. Meskipun kadar hormon yang lebih rendah dari rata-rata dapat mengurangi atau menghilangkan mual, tetapi ibu hamil dengan kadar hormon kehamilan yang sangat normal tetap bisa mengalami morning sickness mungkin dengan gejala minimal.

  • Otak yang sensitif. Beberapa orang memiliki otak yang lebih sensitif, yang berarti mereka lebih cenderung merespons hormon dan pemicu mual kehamilan lainnya. Kalau seseorang punya perut yang sensitif (misalnya sering mengalami mabuk perjalanan), ia akan lebih mungkin mengalami morning sickness. Bila kamu jarang mual, mungkin kamu cenderung tidak akan mengalami morning sickness saat hamil. Riwayat migrain juga bisa membuat perempuan lebih mungkin mengalami morning sickness (terutama hiperemesis gravidarum).

  • Stres. Stres emosional bisa memicu gejala pencernaan. Jadi, bukan hal mengejutkan kalau morning sickness cenderung memburuk saat ibu hamil mengalami stres. Stres juga bisa meningkatkan gejala mual dan muntah.

  • Kelelahan. Kelelahan fisik maupun mental bisa memicu gejala morning sickness. Di sisi lain, morning sickness yang parah bisa meningkatkan kelelahan.

  • Kehamilan pertama. Umumnya kehamilan pertama cenderung lebih rentan terhadap morning sickness dan memiliki gejala yang lebih parah.

  • Genetik. Bila ibu atau saudara perempuan mengalami morning sickness, beberapa penelitian menyebut kalau kamu akan lebih mungkin mengembangkannya juga. 

  • Cuaca panas. Beberapa perempuan merasa bahwa hawa panas memicu sensasi mual. Akan tetapi, seperti halnya faktor lainnya, morning sickness kadang tidak memiliki pemicu yang jelas.

2. Gejala

Morning Sickness: Penyebab, Gejala, Komplikasi, Pengobatanilustrasi morning sickness atau mual dan muntah saat hamil (happyfamilyorganics.com)

Menurut laman Pregnancy, Birth and Baby, walaupun dinamakan morning sickness, mual (baik dengan atau tanpa muntah) bisa dialami kapan pun sepanjang hari. Gejalanya bisa bervariasi dan mencakup:

  • Mual, dengan atau tanpa muntah.
  • Sensitif, keengganan, atau jijik terhadap bau dan makanan tertentu.
  • Perasaan seperti muntah tanpa mengeluarkan zat apa pun (dry retching).
  • Dalam kasus yang parah, mual dirasakan terus-menerus dan dehidrasi.

Antara 8 dan 9 dari 10 perempuan mengalami morning sickness pada suatu waktu dalam kehamilan mereka. Bagi kebanyakan ibu, gejalanya dirasakan ringan dan mereka tetap bisa beraktivitas normal dengan beberapa perubahan kecil pada pola makannya. Namun, bagi sebagian ibu hamil, morning sickness memiliki efek buruk yang signifikan terhadap aktivitas dan kualitas hidup mereka sehari-hari.

3. Diagnosis dan pengobatan

Morning Sickness: Penyebab, Gejala, Komplikasi, Pengobatanilustrasi pemeriksaan USG kehamilan (pixabay.com/MedicalPrudens)

Umumnya morning sickness didiagnosis berdasarkan tanda dan gejala. Bila dokter mencurigai ibu hamil mengalami hiperemesis gravidarum, mungkin akan dibutuhkan pemeriksaan klinis serta beberapa tes urine dan darah, mengutip Mayo Clinic.

Ultrasound (USG) juga akan digunakan untuk mendapatkan gambaran janin. Dengan ini, dokter bisa mengetahui apakah bayi berkembang dengan sehat.

Untuk pengobatannya sendiri, bila gejala morning sickness terus-menerus dirasakan, dokter mungkin akan merekomendasikan suplemen vitamin B6, jahe, atau obat yang dijual bebas seperti doxylamine. Bila masih bergejala, dokter mungkin akan merekomendasikan obat resep antimual.

Mual dan muntah yang sedang hingga berat pada kehamilan bisa menyebabkan dehidrasi dan ketidakseimbangan elektrolit, seperti natrium atau kalium. Cairan ekstra dan obat resep bisa diberikan oleh dokter untuk morning sickness yang sedang hingga berat.

Dokter akan menanyakan seberapa sering ibu hamil mengalami mual, berapa kali muntah, apakah tetap bisa mendapat asupan cairan, dan apakah sudah mencoba pengobatan rumahan. Ada sejumlah obat resep yang aman untuk dikonsumsi selama kehamilan untuk mengatasi mual dan muntah. Dokter akan merekomendasikan pilihan pengobatan yang paling aman berdasarkan tingkat keparahan gejala.

Selalu tanyakan kepada dokter atau bidan sebelum mengonsumsi obat atau suplemen yang dijual bebas selama hamil.

Bila mengalami hiperemesis gravidarum, ibu hamil mungkin perlu dirawat dengan cairan intravena dan obat antimual di rumah sakit.

Baca Juga: Mom, 7 Cara Mudah Ini Ampuh Mengatasi Morning Sickness

4. Pengobatan rumahan dan alternatif

Morning Sickness: Penyebab, Gejala, Komplikasi, Pengobatanilustrasi suplemen jahe (supersmart.com)

Ada beberapa cara yang bisa dilakukan di rumah untuk meredakan gejala morning sickness, seperti:

  • Perubahan pola makan, seperti memiliki makanan yang tinggi protein, rendah lemak dan mudah dicerna, serta hindari makanan berminyak, pedas, dan berlemak. Makanan yang tawar, seperti pisang, nasi, saus apel, atau roti panggang mungkin lebih mudah untuk dicerna. Makanan asin kadang bisa membantu, begitu pula yang mengandung jahe.
  • Sering ngemil. Ibu hamil bisa mengonsumsi cracker atau roti panggang tawar setelah bangun tidur. Porsi makan yang kecil tetapi lebih sering, dibanding tiga porsi besar dalam segar, bisa tetap membuat perut tidak terlalu kenyang. Selain itu, perut kosong mungkin bisa menyebabkan mual makin parah.
  • Perhatikan hal-hal pemicu mual. Hindari makanan atau bau yang bisa memperparah mual.
  • Hirup udara segar. Bukalah jendela rumah atau kantor dan lakukan jalan pagi rutin di luar ruangan setiap hari bila memungkinkan.
  • Konsumsi vitamin prenatal sesuai anjuran dokter.
  • Bersihkan mulut dengan berkumur setelah muntah. Asam dari perut bisa merusak enamel gigi. Bila memungkinkan, berkumurlah dengan segelas air yang dicampur dengan satu sendok teh baking soda. Ini dapat membantu menetralkan asam dan melindungi gigi.

Selain itu, ada pula beberapa pengobatan alternatif yang mungkin bisa berguna untuk mengatasi morning sickness, yang meliputi:

  • Gelang akupresur
  • Akupunktur
  • Suplemen jahe
  • Hipnosis
  • Aromaterapi

Meski demikian, selalu konsultasikan terlebih dulu ke dokter sebelum mencoba pengobatan herbal atau pengobatan alternatif apa pun untuk mengatasi morning sickness.

5. Komplikasi yang bisa terjadi

Morning Sickness: Penyebab, Gejala, Komplikasi, Pengobatanilustrasi komplikasi morning sickness (parents.com)

Mual dan muntah bisa menyebabkan penurunan bahkan hilang nafsu makanan. Banyak ibu hamil yang khawatir ini bisa membahayakan janinnya. 

Morning sickness yang ringan umumnya tidak berbahaya. Akan tetapi, bila mual dan muntah saat hamil terjadi lebih dari 3 hingga 4 bulan kehamilan, konsultasikan ke dokter. Selain itu, periksakan juga diri jika tidak mengalami kenaikan berat badan selama hamil.

Morning sickness biasanya tidak cukup parah untuk menghambat pertumbuhan dan perkembangan janin. Bagi beberapa ibu hamil, mual membuat mereka mengalami muntah hebat dan penurunan berat badan. Ini berarti sudah berkembang menjadi hiperemesis gravidarum, yang bisa menyebabkan ketidakseimbangan elektrolit dan penurunan berat badan yang tidak diinginkan. Bila tidak ditangani, kondisi ini lama-lama bisa membahayakan janin.

Segera hubungi dokter bila mengalami gejala-gejala berikut ini:

  • Tidak mampu menahan makanan (karena terus muntah)
  • Penurunan berat badan sebanyak 0,9 kg atau lebih
  • Demam
  • Jarang buang air kecil dengan sejumlah kecil urine berwarna gelap
  • Pusing
  • Detak jantung cepat
  • Mual parah pada trimester kedua
  • Ada darah dalam muntahan
  • Sering sakit kepala
  • Sakit perut
  • Bercak atau perdarahan vagina

Sekarang kamu sudah paham mengenai morning sickness, ya? Sayangnya tidak ada cara untuk sepenuhnya mencegah kondisi ini. Namun, menghindari pemicu seperti bau menyengat, kelelahan berlebihan, makanan pedas, dan makanan tinggi gula bisa membantu.

Menurut American Pregnancy Association, kalau kamu sedang hamil dan mengalami mual dan muntah berlebihan yang membuatmu tidak mampu mendapatkan makanan dan cairan yang cukup, muntah disertai nyeri atau demam, atau mual dan muntah berlanjut hingga trimester kedua (setelah minggu ke-12), sebaiknya segera hubungi dokter.

Baca Juga: Amankah Obat Diphenhydramine untuk Ibu Hamil? Ini Penjelasannya

Topik:

  • Bella Manoban
  • Nurulia

Berita Terkini Lainnya