ilustrasi orang mengalami halusinasi (pexel/cottonbro)
Penting untuk mengenali gejala skizofrenia dan mencari pertolongan secepatnya. Orang dengan skizofrenia biasanya didiagnosis antara usia 16 dan 30 tahun setelah episode psikosis pertama. Memulai pengobatan sesegera mungkin setelah episode pertama psikosis merupakan langkah penting menuju pemulihan. Namun, penelitian menunjukkan bahwa perubahan bertahap dalam pemikiran, suasana hati, dan fungsi sosial sering kali muncul sebelum episode pertama psikosis. Skizofrenia jarang terjadi pada anak kecil, dilansir National Institute of Mental Health.
Gejala skizofrenia dapat berbeda dari orang ke orang, tetapi umumnya terbagi dalam tiga kategori utama, yaitu psikotik, negatif, dan kognitif.
1. Gangguan psikotik
Gejala psikotik mencakup perubahan cara seseorang berpikir, bertindak, dan mengalami dunia. Orang yang mengalaminya mungkin kehilangan kesadaran akan realitas bersama dengan orang lain dan merasakan dunia dengan cara yang menyimpang. Bagi sebagian orang, gejala ini datang dan pergi, sementara bagi yang lain gejalanya menjadi stabil seiring waktu.
Gejala psikotik meliputi:
- Halusinasi: Seseorang melihat, mendengar, mencium, merasakan, atau merasakan hal-hal yang sebenarnya tidak ada. Mendengar suara-suara umum dialami orang dengan skizofrenia. Orang yang mendengar suara mungkin mendengarnya dalam waktu lama sebelum keluarga atau teman menyadari adanya masalah.
- Delusi: Seseorang memiliki keyakinan kuat yang tidak benar dan bagi orang lain ini tampak tidak rasional. Misalnya, individu yang mengalami delusi mungkin percaya bahwa orang-orang di radio dan televisi mengirimkan pesan khusus yang memerlukan respons tertentu, atau mereka mungkin percaya bahwa mereka dalam bahaya atau orang lain mencoba menyakiti mereka.
- Gangguan berpikir: Seseorang memiliki cara berpikir yang tidak biasa atau tidak logis. Orang dengan gangguan pikiran bisa kesulitan mengatur pikiran dan ucapannya. Terkadang, seseorang akan berhenti berbicara di tengah pikirannya, melompat dari satu topik ke topik lain, atau mengarang kata-kata yang tidak ada artinya.
- Gangguan gerakan: Seseorang menunjukkan gerakan tubuh yang tidak normal. Orang dengan gangguan mungkin mengulangi gerakan tertentu berkali-kali.
2. Gejala negatif
Gejala ini meliputi hilangnya motivasi, kehilangan minat atau kenikmatan dalam aktivitas sehari-hari, penarikan diri dari kehidupan sosial, kesulitan menunjukkan emosi, dan kesulitan berfungsi secara normal.
Gejala negatif antara lain:
- Kesulitan dalam merencanakan dan melakukan aktivitas, seperti berbelanja.
- Kesulitan mengantisipasi dan merasakan kesenangan dalam kehidupan sehari-hari.
- Berbicara dengan suara dan ekspresi wajah datar.
- Menghindari interaksi sosial atau berinteraksi dengan cara yang canggung secara sosial.
- Energi sangat rendah dan menghabiskan banyak waktu dalam aktivitas pasif. Dalam kasus ekstrem, seseorang mungkin berhenti bergerak atau berbicara untuk sementara waktu, yang merupakan kondisi langka yang disebut katatonia.
Gejala-gejala di atas terkadang disalahartikan sebagai gejala depresi atau penyakit mental lainnya.
3. Gejala kognitif
Ini meliputi masalah perhatian, konsentrasi, dan memori. Gejala-gejala ini bisa mengakibatkan seseorang sulit mengikuti percakapan, mempelajari hal baru, atau mengingat janji. Tingkat fungsi kognitif seseorang adalah salah satu prediktor terbaik dari fungsi mereka sehari-hari. Fungsi kognitif bisa dievaluasi oleh dokter dengan menggunakan tes khusus.
Berikut ini contoh gejala kognitif:
- Kesulitan memproses informasi untuk mengambil keputusan.
- Kesulitan menggunakan informasi segera setelah mempelajarinya.
- Sulit fokus.
Karena gejala-gejala di atas, menurut Cleveland Clinic, seseorang mungkin:
- Merasa curiga, paranoid atau takut.
- Tidak peduli dengan kebersihan dan penampilan.
- Mengalami depresi, kecemasan, dan pikiran untuk bunuh diri.
- Menggunakan alkohol, nikotin, obat resep, atau narkoba untuk mencoba meringankan gejala.