Skizofrenia: Penyebab, Gejala, Diagnosis, Pengobatan

Memengaruhi cara berpikir, merasakan, dan berperilaku

Skizofrenia adalah penyakit mental serius yang memengaruhi cara seseorang berpikir, merasakan, dan berperilaku. Orang dengan skizofrenia mungkin tampak seperti kehilangan kontak dengan kenyataan, yang dapat menyusahkan mereka, keluarga, dan teman-temannya.

Juga disebut sebagai gangguan otak kronis, ketika "aktif", skizofrenia dapat melibatkan delusi, halusinasi, bicara tidak teratur, kesulitan berpikir, dan kurangnya motivasi. Gejala skizofrenia dapat menyulitkan seseorang dalam beraktivitas sehari-hari. Namun, dengan pengobatan, sebagian besar gejala akan membaik dan kemungkinan kekambuhan bisa diminimalkan. Banyak orang yang mendapatkan pengobatan bisa bersekolah, bekerja, mandiri, dan memiliki hubungan pribadi.

1. Penyebab

Penelitian menunjukkan bahwa skizofrenia mungkin disebabkan oleh beberapa kemungkinan:

  • Genetika: Skizofrenia tidak hanya disebabkan oleh satu variasi genetik, tetapi merupakan interaksi kompleks antara genetika dan pengaruh lingkungan. Keturunan memang memainkan peran yang kuat. Kemungkinan kamu memiliki skizofrenia enam kali lebih tinggi jika memiliki kerabat dekat, seperti orang tua atau saudara kandung, yang hidup dengan gangguan tersebut.
  • Lingkungan: Paparan virus atau malnutrisi sebelum kelahiran, terutama pada trimester pertama dan kedua, terbukti meningkatkan risiko skizofrenia. Ada juga penelitian yang menunjukkan adanya hubungan antara gangguan autoimun dan perkembangan psikosis.
  • Kimia otak: Masalah dengan bahan kimia otak tertentu, termasuk neurotransmiter yang disebut dopamin dan glutamat, dapat menyebabkan skizofrenia. Neurotransmiter memungkinkan sel-sel otak berkomunikasi satu sama lain. Jaringan neuron kemungkinan besar juga terlibat.
  • Penggunaan zat: Beberapa penelitian menunjukkan bahwa mengonsumsi obat-obatan pengubah pikiran selama masa remaja dan dewasa muda dapat meningkatkan risiko skizofrenia. Makin banyak bukti menunjukkan bahwa merokok ganja meningkatkan risiko insiden psikotik dan risiko pengalaman psikotik yang berkelanjutan. Makin muda dan sering penggunaannya, makin besar risikonya.

2. Gejala

Skizofrenia: Penyebab, Gejala, Diagnosis, Pengobatanilustrasi orang mengalami halusinasi (pexel/cottonbro)

Penting untuk mengenali gejala skizofrenia dan mencari pertolongan secepatnya. Orang dengan skizofrenia biasanya didiagnosis antara usia 16 dan 30 tahun setelah episode psikosis pertama. Memulai pengobatan sesegera mungkin setelah episode pertama psikosis merupakan langkah penting menuju pemulihan. Namun, penelitian menunjukkan bahwa perubahan bertahap dalam pemikiran, suasana hati, dan fungsi sosial sering kali muncul sebelum episode pertama psikosis. Skizofrenia jarang terjadi pada anak kecil, dilansir National Institute of Mental Health.

Gejala skizofrenia dapat berbeda dari orang ke orang, tetapi umumnya terbagi dalam tiga kategori utama, yaitu psikotik, negatif, dan kognitif.

1. Gangguan psikotik

Gejala psikotik mencakup perubahan cara seseorang berpikir, bertindak, dan mengalami dunia. Orang yang mengalaminya mungkin kehilangan kesadaran akan realitas bersama dengan orang lain dan merasakan dunia dengan cara yang menyimpang. Bagi sebagian orang, gejala ini datang dan pergi, sementara bagi yang lain gejalanya menjadi stabil seiring waktu.

Gejala psikotik meliputi:

  • Halusinasi: Seseorang melihat, mendengar, mencium, merasakan, atau merasakan hal-hal yang sebenarnya tidak ada. Mendengar suara-suara umum dialami orang dengan skizofrenia. Orang yang mendengar suara mungkin mendengarnya dalam waktu lama sebelum keluarga atau teman menyadari adanya masalah.
  • Delusi: Seseorang memiliki keyakinan kuat yang tidak benar dan bagi orang lain ini tampak tidak rasional. Misalnya, individu yang mengalami delusi mungkin percaya bahwa orang-orang di radio dan televisi mengirimkan pesan khusus yang memerlukan respons tertentu, atau mereka mungkin percaya bahwa mereka dalam bahaya atau orang lain mencoba menyakiti mereka.
  • Gangguan berpikir: Seseorang memiliki cara berpikir yang tidak biasa atau tidak logis. Orang dengan gangguan pikiran bisa kesulitan mengatur pikiran dan ucapannya. Terkadang, seseorang akan berhenti berbicara di tengah pikirannya, melompat dari satu topik ke topik lain, atau mengarang kata-kata yang tidak ada artinya.
  • Gangguan gerakan: Seseorang menunjukkan gerakan tubuh yang tidak normal. Orang dengan gangguan mungkin mengulangi gerakan tertentu berkali-kali.

2. Gejala negatif

Gejala ini meliputi hilangnya motivasi, kehilangan minat atau kenikmatan dalam aktivitas sehari-hari, penarikan diri dari kehidupan sosial, kesulitan menunjukkan emosi, dan kesulitan berfungsi secara normal.

Gejala negatif antara lain:

  • Kesulitan dalam merencanakan dan melakukan aktivitas, seperti berbelanja.
  • Kesulitan mengantisipasi dan merasakan kesenangan dalam kehidupan sehari-hari.
  • Berbicara dengan suara dan ekspresi wajah datar.
  • Menghindari interaksi sosial atau berinteraksi dengan cara yang canggung secara sosial.
  • Energi sangat rendah dan menghabiskan banyak waktu dalam aktivitas pasif. Dalam kasus ekstrem, seseorang mungkin berhenti bergerak atau berbicara untuk sementara waktu, yang merupakan kondisi langka yang disebut katatonia.

Gejala-gejala di atas terkadang disalahartikan sebagai gejala depresi atau penyakit mental lainnya.

3. Gejala kognitif

Ini meliputi masalah perhatian, konsentrasi, dan memori. Gejala-gejala ini bisa mengakibatkan seseorang sulit mengikuti percakapan, mempelajari hal baru, atau mengingat janji. Tingkat fungsi kognitif seseorang adalah salah satu prediktor terbaik dari fungsi mereka sehari-hari. Fungsi kognitif bisa dievaluasi oleh dokter dengan menggunakan tes khusus.

Berikut ini contoh gejala kognitif:

  • Kesulitan memproses informasi untuk mengambil keputusan.
  • Kesulitan menggunakan informasi segera setelah mempelajarinya.
  • Sulit fokus.

Karena gejala-gejala di atas, menurut Cleveland Clinic, seseorang mungkin:

  • Merasa curiga, paranoid atau takut.
  • Tidak peduli dengan kebersihan dan penampilan.
  • Mengalami depresi, kecemasan, dan pikiran untuk bunuh diri.
  • Menggunakan alkohol, nikotin, obat resep, atau narkoba untuk mencoba meringankan gejala.

Baca Juga: Skizofrenia pada Perempuan, Apa yang Berbeda?

3. Diagnosis

Dijelaskan dalam laman National Library of Medicine, tidak ada tes medis untuk mendiagnosis skizofrenia. Seorang psikiater harus memeriksa seseorang dan membuat diagnosis. Diagnosis dibuat berdasarkan wawancara terhadap orang tersebut dan anggota keluarga.

Psikiater akan menanyakan hal-hal berikut:

  • Lama gejala berlangsung.
  • Bagaimana perubahan orang tersebut dalam kemampuan untuk berfungsi.
  • Seperti apa latar belakang perkembangan orang tersebut.
  • Genetik dan riwayat keluarga.
  • Seberapa baik obat-obatan bekerja.
  • Apakah mempunyai masalah dengan penyalahgunaan zat.
  • Kondisi medis lain yang dimiliki orang tersebut.

Pemindaian otak (seperti CT atau MRI) dan tes darah dapat membantu menyingkirkan kondisi lain yang memiliki gejala serupa.

4. Pengobatan

Skizofrenia: Penyebab, Gejala, Diagnosis, Pengobatanilustrasi psikiater bersama pasien (pexels.com/cottonbro studio)

Mengelola skizofrenia adalah proses seumur hidup. Kondisi ini tidak bisa disembuhkan. Namun, gejalanya sering kali bisa diatasi dengan pengobatan dan terapi, dan sering kali diperlukan lebih dari satu metode. Menurut Johns Hopkins Medicine, jenis perawatan skizofrenia meliputi:

  • Obat antipsikotik: Ini adalah obat utama yang digunakan untuk mengurangi gejala yang paling mengganggu, seperti delusi dan paranoia.
  • Obat-obatan lainnya: Ini mungkin termasuk antidepresan atau penstabil suasana hati lainnya.
  • Terapi: Bisa meliputi terapi individual dan terapi keluarga (termasuk terapi kognitif dan perilaku).
  • Pelatihan: Ini bisa termasuk mempelajari keterampilan sosial, keterampilan kerja, atau aktivitas terstruktur.
  • Self-help dan kelompok pendukung.
  • Terapi elektrokonvulsif (ECT): Jika pengobatan lain tidak berhasil, dokter mungkin merekomendasikan ECT. Perawatan ini melibatkan penggunaan arus listrik yang dialirkan ke kulit kepala untuk merangsang bagian tertentu di otak. Stimulasi ini menyebabkan kejang singkat, yang dapat membantu meningkatkan fungsi otak jika pasien mengalami depresi berat, agitasi, dan masalah lainnya. Proses ini akan melibatkan anestesi sehingga seseorang tidak akan merasakan sakit apa pun.

Perawatan dini dan layanan pendukung membantu pasien skizofrenia menjalani kehidupan yang produktif. Sangat penting untuk meminum obat sesuai resep dan terus meminumnya meskipun sudah merasa lebih baik. Banyak orang mungkin masih mengalami beberapa gejala, bahkan setelah pengobatan. Kadang-kadang, gejalanya bisa bertambah buruk dan pengobatan perlu disesuaikan.

5. Komplikasi yang dapat terjadi

Memiliki skizofrenia meningkatkan risiko untuk:

  • Mengembangkan masalah dengan alkohol atau obat-obatan. Penggunaan zat-zat ini meningkatkan kemungkinan gejala kembali.
  • Penyakit fisik akibat gaya hidup yang tidak aktif dan efek samping obat-obatan.
  • Bunuh diri.

Hubungi dokter jika kamu atau orang dengan skizofrenia:

  • Mendengar suara-suara yang menyuruh untuk menyakiti diri sendiri atau orang lain.
  • Memiliki keinginan untuk menyakiti diri sendiri atau orang lain.
  • Merasa takut atau kewalahan.
  • Melihat hal-hal yang sebenarnya tidak ada.
  • Merasa tidak bisa keluar rumah.
  • Merasa tidak mampu merawat diri sendiri.

6. Apakah pasien skizofrenia berbahaya?

Skizofrenia: Penyebab, Gejala, Diagnosis, Pengobatanilustrasi memberi dukungan (unsplash.com/collin_j_hardy)

Buku, serial, dan film sering kali menggambarkan orang dengan skizofrenia dan penyakit mental lainnya sebagai orang yang berbahaya dan kejam. Hal ini biasanya tidak benar.

Kebanyakan pasien skizofrenia tidak melakukan kekerasan. Biasanya, mereka lebih memilih untuk menarik diri dan ingin menyendiri. Saat orang dengan penyakit mental melakukan perilaku berbahaya atau kekerasan, ini umumnya disebabkan oleh psikosis dan ketakutan bahwa mereka terancam oleh lingkungan sekitar. Penggunaan narkoba atau alkohol dapat memperburuk keadaan, dilansir WebMD.

Di sisi lain, pasien skizofrenia bisa membahayakan dirinya sendiri. Bunuh diri adalah penyebab utama kematian dini pada orang dengan skizofrenia.

Menurut National Institute of Mental Health, untuk orang dengan skizofrenia, risiko menyakiti diri sendiri dan melakukan kekerasan terhadap orang lain paling besar bila penyakitnya tidak diobati. Penting untuk membantu orang yang menunjukkan gejala untuk mendapatkan pengobatan secepat mungkin.

Sayangnya, tidak ada cara pasti untuk mencegah skizofrenia. Akan tetapi, mengikuti rencana pengobatan bisa membantu mencegah kekambuhan atau perburukan gejala. Para peneliti masih mempelajari lebih lanjut tentang faktor risiko skizofrenia dan berharap ini dapat membantu diagnosis dan pengobatan lebih dini.

Baca Juga: Gangguan Skizofreniform, Apa Bedanya dengan Skizofrenia?

Topik:

  • Nurulia
  • Delvia Y Oktaviani

Berita Terkini Lainnya