Skrining Kesehatan Mental: Proses, Manfaat, Persiapan

- Kesehatan mental harus diperhatikan seiring dengan kesehatan fisik.
- Skrining kesehatan mental adalah proses evaluasi awal untuk menilai kondisi emosional dan psikologis seseorang.
- Skrining bisa mendeteksi gangguan psikologis, seperti depresi, kecemasan, penyakit neurodegeneratif, hingga kerusakan otak akibat trauma kepala.
Kesehatan mental sama pentingnya dengan kesehatan fisik, tetapi sering kali kurang diperhatikan. Banyak orang mungkin mengalami stres, kecemasan, atau depresi tanpa menyadarinya. Ini menjadi alasan mengapa skrining kesehatan mental adalah langkah penting dalam deteksi dini gangguan psikologis.
Skrining kesehatan mental adalah proses evaluasi awal untuk menilai kondisi emosional dan psikologis seseorang. Dengan metode ini, bisa diketahui apakah individu mengalami gangguan mental seperti kecemasan, depresi, atau stres berlebihan yang memerlukan perhatian lebih lanjut.
1. Apa itu skrining kesehatan mental?

Skrining kesehatan mental melibatkan serangkaian pertanyaan standar yang dirancang untuk mengidentifikasi tanda-tanda gangguan mental. Melalui pertanyaan-pertanyaan ini, profesional kesehatan mental bisa mengevaluasi suasana hati, pola pikir, perilaku, dan daya ingat individu.
Tujuan utama skrining kesehatan mental adalah untuk mendeteksi dini kemungkinan gangguan mental sebelum berkembang lebih parah. Jika hasil skrining menunjukkan adanya tanda-tanda gangguan, biasanya diperlukan pemeriksaan lebih lanjut untuk mendapatkan diagnosis yang lebih akurat.
Skrining kesehatan mental juga dikenal dengan berbagai istilah lain, seperti mental health assessment, psychological evaluation, atau psychiatric evaluation.
2. Kondisi yang bisa dideteksi melalui skrining kesehatan
Skrining kesehatan mental tidak hanya berguna untuk mendeteksi gangguan psikologis seperti depresi atau kecemasan. Skrining ini juga dapat membantu dalam mendiagnosis berbagai kondisi yang memengaruhi fungsi otak.
Salah satu metode yang digunakan adalah mental status testing, yaitu pemeriksaan yang menilai kemampuan kognitif, daya ingat, dan respons emosional.
Beberapa kondisi yang dapat terdeteksi melalui skrining ini antara lain:
- Penyakit neurodegeneratif, seperti penyakit Alzheimer dan demensia.
- Gangguan perkembangan dan kepribadian, termasuk attention deficit disorder (ADD) dan gangguan kepribadian.
- Gangguan suasana hati, seperti bipolar dan skizofrenia.
- Kerusakan otak akibat trauma kepala, stroke, atau transient ischemic attack (TIA atau mini-stroke).
- Gangguan kognitif lainnya, seperti disabilitas intelektual dan gangguan neurokognitif.
Dengan mendeteksi kondisi-kondisi ini lebih awal, pasien bisa segera mendapatkan penanganan untuk meningkatkan kualitas hidup mereka.
3. Proses skrining kesehatan mental

Dalam skrining kesehatan mental, kamu akan menjawab serangkaian pertanyaan terkait gejala yang dialami. Pertanyaan ini mencakup perasaan, suasana hati, pola tidur, nafsu makan, serta aspek kehidupan lainnya.
Skrining bisa dilakukan dengan dua cara, yaitu tenaga medis bisa langsung mengajukan pertanyaan, atau pasien mengisi kuesioner yang kemudian dibahas bersama. Kejujuran dalam menjawab pertanyaan sangat penting agar hasilnya lebih akurat.
Jika skrining dilakukan oleh dokter umum, pemeriksaan fisik dan tes darah juga bisa dilakukan.
Meskipun tidak ada tes medis yang secara langsung bisa mendiagnosis gangguan mental, tetapi tes darah bisa membantu mendeteksi kondisi fisik seperti gangguan tiroid atau ketidakseimbangan elektrolit yang bisa memengaruhi kesehatan mental. Pengambilan sampel darah biasanya hanya memakan waktu kurang dari lima menit.
4. Persiapan skrining kesehatan mental
Sebagian besar skrining kesehatan mental tidak memerlukan persiapan khusus. Namun, jika skrining dilakukan pada anak-anak, orang tua mungkin diminta untuk mencatat perilaku anak selama beberapa hari sebelum pemeriksaan.
Selain itu, ada beberapa faktor yang bisa memengaruhi hasil skrining, seperti tingkat pendidikan dan kemampuan bahasa. Jika bahasa yang digunakan saat tes bukan bahasa utama kamu, penting untuk memberi tahu tenaga medis agar penilaian bisa dilakukan dengan lebih akurat.
Kamu juga disarankan untuk memberikan informasi mengenai riwayat pendidikan, karena hal ini bisa memengaruhi hasil tes tertentu seperti mini-mental state examination (MMSE).
5. Apa yang terjadi setelah skrining kesehatan mental?

Setelah skrining selesai, tenaga medis akan membahas hasilnya dengan pasien, serta dengan pasangan atau anggota keluarga jika diperlukan.
Jika skrining dilakukan setelah cedera otak atau trauma, tes bisa diulang dalam beberapa waktu untuk memantau perkembangan kondisi.
Hasil skrining akan dijelaskan oleh tenaga medis yang melakukan pemeriksaan. Jika ditemukan indikasi gangguan kesehatan mental, langkah selanjutnya akan bergantung pada jenis dan tingkat keparahan kondisi tersebut.
Apabila skrining dilakukan oleh dokter umum, mereka mungkin akan:
- Mendiskusikan pilihan pengobatan yang tersedia.
- Memeriksa kemungkinan kondisi kesehatan lain yang bisa menjadi penyebab gejala.
- Memberi rujukan ke spesialis kesehatan mental untuk evaluasi lebih lanjut.
Langkah-langkah ini bertujuan agar pasien mendapatkan diagnosis yang lebih akurat dan perawatan yang sesuai.
6. Siapa saja yang bisa menangani gangguan mental?
Beberapa tenaga medis memiliki keahlian khusus dalam menangani gangguan kesehatan mental. Berikut beberapa di antaranya:
- Psikiater: Dokter spesialis kesehatan mental yang bisa mendiagnosis serta meresepkan obat.
- Psikolog: Memiliki gelar doktoral dalam psikologi, tetapi bukan dokter medis. Mereka tidak bisa meresepkan obat kecuali memiliki lisensi khusus.
- Pekerja sosial klinis berlisensi: Memiliki gelar master dalam pekerjaan sosial dengan pelatihan kesehatan mental. Mereka tidak bisa meresepkan obat tetapi bisa bekerja sama dengan dokter yang bisa.
- Konselor profesional berlisensi (LPC): Juga disebut terapis atau klinisi, memiliki gelar master di bidang kesehatan mental. Mereka tidak bisa meresepkan obat, tetapi sering bekerja sama dengan tenaga medis yang bisa.
Memilih tenaga medis yang tepat tergantung pada kebutuhan individu dan jenis terapi yang diperlukan.
Skrining kesehatan mental adalah langkah penting untuk mendeteksi dini gangguan mental dan memastikan seseorang mendapatkan perawatan yang tepat. Hasil skrining bisa membantu menentukan langkah selanjutnya, seperti konsultasi lebih lanjut dengan spesialis atau memulai terapi yang sesuai.
Referensi
Whitton, Alexis E, Rebecca Hardy, Kate Cope, Chilin Gieng, Leanne Gow, Andrew MacKinnon, Nyree Gale, et al. “Mental Health Screening in General Practices as a Means for Enhancing Uptake of Digital Mental Health Interventions: Observational Cohort Study.” Journal of Medical Internet Research 23, no. 9 (July 27, 2021).
"Mental Health Screening". Diakses pada Februari 2025. MedlinePlus.
"Alzheimer's disease". Diakses pada Februari 2025. MayoClinic.