Saat menjelaskan hasil penelitian ini, Iwan menjelaskan bahwa penelitian ini membuktikan manfaat vaksinasi COVID-19 untuk merangsang produksi antibodi tubuh melawan SARS-CoV-2. Oleh karena itu, vaksinasi COVID-19 bisa mencegah COVID-19 berat hingga rawat inap atau meninggal dunia.
"Begitu ada infeksi, tubuh dan antibodi siap untuk melawan," kata Iwan.
Seperti yang telah dipaparkan berbagai studi lampau, vaksinasi COVID-19 berkurang efektivitasnya dalam waktu tertentu (biasanya 6 bulan). Oleh karena itu, booster ada untuk mendongkrak antibodi, dan menurut penelitian yang sudah ada, Iwan menyarankan booster heterolog (beda platform).
ilustrasi vaksin COVID-19 (IDN Times/Aditya Pratama)
Meski bukan penelitian khusus, Iwan mengatakan bahwa penelitian ini memanfaatkan data yang sudah ada. Akan tetapi, kekurangan dari penelitian ini adalah data yang terbatas. Salah satu contohnya adalah data komorbiditas yang tidak diketahui.
Saat ditanya apa vaksin yang paling ampuh, Iwan mengatakan bahwa penelitian ini belum menjelaskan lebih jauh. Namun, karena penelitian ini tak membedakan vaksin, Iwan mengatakan bahwa terlepas dari apa pun platform vaksinnya, makin lengkap vaksinasi, makin rendah risiko kematian akibat COVID-19.
"Kita belum melihat sampai ke sana, karena banyak variasi vaksin. Jadi, belum dianalisis. Meski begitu, semua vaksin sama," ujar Iwan.
Iwan mengatakan bahwa untuk mengetahui vaksin mana yang lebih baik atau kombinasinya, ia meminta masyarakat untuk menunggu hasil survei serologi yang tengah berlangsung hingga Agustus 2022. Dengan pengukuran antibodi, baru bisa terlihat kelompok vaksin dan kombinasi apa yang terbaik.