Iklan - Scroll untuk Melanjutkan
Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
ilustrasi CT scan (pexels.com/MART PRODUCTION)
ilustrasi CT scan (pexels.com/MART PRODUCTION)

Intinya sih...

  • Studi observasional pada 5,1 juta kehamilan menemukan, makin sering CT scan sebelum hamil, makin tinggi risiko keguguran dan kelainan bawaan.

  • Temuan ini hanya menunjukkan korelasi, bukan sebab-akibat langsung. Faktor medis lain seperti diabetes, hipertensi, trauma, atau kanker kemungkinan besar turut meningkatkan risiko kehamilan.

  • Risiko tambahan relatif kecil, tetapi dokter tetap menyarankan meminimalkan CT scan berulang dan mempertimbangkan alternatif lebih aman seperti USG atau MRI, kecuali jika CT scan benar-benar diperlukan.

Disclaimer: This summary was created using Artificial Intelligence (AI)

Sebuah studi besar yang melibatkan lebih dari lima5 juta perempuan selama kurun waktu 30 tahun di Ontario, Kanada, menemukan kaitan antara CT scan sebelum kehamilan dengan peningkatan risiko kehilangan kehamilan/keguguran dan kelainan bawaan. Studi ini berlangsung dari tahun 1992⁠–2023 dan menganalisis lebih dari 5,1 juta kehamilan, dengan hasil 3,4 juta kelahiran hidup.

Secara umum, penelitian ini menemukan bahwa perempuan yang menjalani lebih banyak CT scan sebelum konsepsi (pembuahan; saat sel sperma bertemu dengan sel telur dan terbentuk zigot, momen kehamilan secara biologis dimulai) cenderung memiliki tingkat keguguran spontan dan kelainan kongenital yang lebih tinggi. Dibandingkan dengan perempuan tanpa riwayat CT scan, risikonya meningkat secara bertahap:

  • Satu kali CT scan: risiko keguguran naik 8 persen, kelainan bawaan 6 persen.

  • Dua kali kali CT scan: risiko keguguran naik 14 persen, kelainan bawaan 11 persen.

  • Tiga kali atau lebih CT scan: risiko keguguran naik 19 persen, kelainan bawaan 15 persen.

Sekilas, angka di atas terlihat mengkhawatirkan. Namun, kamu perlu memahami konteks. Jika diteliti lebih jauh, kenaikannya sebenarnya relatif kecil. Misalnya, bila risiko dasar keguguran adalah 10 persen, maka dengan peningkatan 19 persen risikonya menjadi sekitar 11,9 persen.

Temuan studi hanya menunjukkan korelasi, bukan sebab-akibat langsung

Para ahli menekankan bahwa temuan ini hanya menunjukkan korelasi, bukan sebab-akibat langsung. Ada banyak faktor lain yang bisa ikut berperan.

Perempuan yang menjalani CT scan biasanya memang memiliki kondisi medis tertentu, seperti diabetes, hipertensi, atau kebiasaan merokok, yang dengan sendirinya dapat meningkatkan risiko pada kehamilan. Bahkan, pasien yang menjalani CT scan karena trauma, kanker, atau penyakit serius mungkin sudah memiliki risiko tinggi sebelum dipindai.

Hal lain yang menarik, hasil studi menunjukkan bahwa lokasi CT scan tidak terlalu memengaruhi risiko. Peningkatan risiko dari CT scan kepala ternyata mirip dengan CT scan panggul. Padahal, dosis radiasi ke organ reproduksi jauh lebih tinggi pada CT scan panggul. Hal ini memperkuat dugaan bahwa penyakit yang mendasari lebih berperan dalam risiko kehamilan dibandingkan radiasi itu sendiri.

Dalam praktik medis, dokter akan menimbang dengan hati-hati setiap kebutuhan CT scan. Meskipun risikonya relatif kecil, tetapi tetap penting untuk mempertimbangkan alternatif yang lebih aman seperti USG atau MRI bila hasilnya bisa setara.

Para peneliti juga menekankan bahwa tidak melakukan CT scan saat diperlukan bisa lebih berbahaya, karena penyakit yang tidak terdiagnosis justru bisa meningkatkan risiko keguguran atau kelainan bawaan lebih besar. Inilah sebabnya, rekomendasi medis saat ini tetap menyarankan penggunaan CT scan atau sinar-X jika benar-benar dibutuhkan.

Editorial Team