Iklan - Scroll untuk Melanjutkan
Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
Anak makan bersama orang tua.
ilustrasi anak makan bersama orang tua (freepik.com/freepik)

Intinya sih...

  • Diet vegetarian dan vegan dapat mendukung tumbuh kembang anak jika direncanakan dengan cermat.

  • Risiko kekurangan nutrisi tetap ada, terutama vitamin B12, kalsium, yodium, dan zink.

  • Pendampingan gizi penting agar manfaat kesehatan tidak berubah jadi masalah jangka panjang.

Disclaimer: This summary was created using Artificial Intelligence (AI)

Pilihan pola makan berbasis nabati pada anak tak lagi asing. Alasan etika, lingkungan, hingga kesehatan mendorong makin banyak keluarga memilih pola makan vegetarian atau vegan sejak dini. Namun, banyak orang mempertanyakan apakah pola makan ini aman untuk tumbuh kembang anak?

Sebuah metaanalisis besar—yang disebut-sebut sebagai yang paling komprehensif sejauh ini—akhirnya memberi gambaran yang lebih utuh. Studi ini tidak hanya menyoroti manfaat diet nabati, tetapi juga menggarisbawahi risiko yang perlu diantisipasi orang tua.

Studi terbesar: 48.000 anak dari 18 negara

Tim peneliti dari Italia, Amerika Serikat, dan Australia menganalisis data dari lebih dari 48.000 anak dan remaja di bawah usia 18 tahun. Totalnya mencakup 59 studi dari 18 negara, dengan perbandingan antara anak omnivora, vegetarian lacto-ovo, dan vegan.

Secara rinci, kelompok tersebut terdiri dari sekitar 7.280 anak vegetarian, 1.289 anak vegan, dan 40.059 anak omnivora. Para peneliti menilai berbagai aspek, mulai dari asupan gizi, pertumbuhan fisik, komposisi tubuh, hingga indikator kesehatan jangka panjang.

Hasilnya menunjukkan diet nabati bisa mendukung pertumbuhan sehat, tetapi hanya jika direncanakan dengan baik.

Anak-anak vegetarian, menurut analisis ini, cenderung mengonsumsi lebih banyak serat, zat besi, folat, vitamin C, dan magnesium dibanding anak yang mengonsumsi daging. Pola ini sejalan dengan temuan bahwa diet nabati kaya akan buah, sayur, kacang-kacangan, dan biji-bijian.

Dari sisi kesehatan jantung, anak vegetarian dan vegan juga menunjukkan profil kardiovaskular yang lebih baik, termasuk kadar kolesterol total dan LDL (kolesterol jahat) yang lebih rendah. Ini memberi sinyal bahwa manfaat diet nabati bisa terasa sejak usia dini, bukan hanya saat dewasa.

Ada risiko yang tidak boleh diabaikan

ilustrasi anak makan bersama (freepik.com/freepik)

Walaupun membawa manfaat, tetapi bukan berarti tanpa risiko. Ada catatan penting. Anak vegetarian dalam studi ini tercatat memiliki asupan energi, protein, lemak, vitamin B12, dan zink yang lebih rendah dibanding kelompok omnivora. Pada anak vegan, pola serupa juga muncul, meski data masih lebih terbatas.

Vitamin B12 menjadi sorotan utama. Tanpa suplemen atau makanan fortifikasi, asupannya tidak mencapai tingkat yang direkomendasikan. Selain itu, kalsium, yodium, dan zink sering berada di batas bawah kebutuhan harian. Dan, pada anak vegan, asupan kalsium tergolong sangat rendah.

Artinya, diet nabati yang tidak direncanakan dengan matang berpotensi menimbulkan defisiensi beberapa nutrisi penting, terutama pada fase pertumbuhan pesat.

Pertumbuhan anak: lebih ramping, tetapi perlu dipantau

Dari sisi antropometri, anak-anak dengan diet nabati cenderung lebih ramping. Anak vegetarian sedikit lebih pendek dan ringan, dengan indeks massa tubuh (IMT), massa lemak, dan kepadatan mineral tulang yang lebih rendah. Pola serupa juga terlihat pada anak vegan.

Temuan ini tidak otomatis berarti buruk, tetapi menggarisbawahi pentingnya pemantauan pertumbuhan. Berat badan dan tinggi badan yang terlalu rendah bisa menjadi tanda asupan energi atau nutrisi tertentu belum optimal.

Bukan melarang, tetapi mengajak orang tua untuk merencanakan dengan matang

ilustrasi anak kecil makan (pexels.com/Alex Green)

Menurut para peneliti, keluarga tidak perlu dihalangi memilih diet vegetarian atau vegan untuk anak, baik karena alasan kesehatan, etika, maupun lingkungan. Yang dibutuhkan adalah pendekatan yang terinformasi dan realistis.

Pendampingan tenaga kesehatan, seperti ahli gizi atau dokter anak, sangat dianjurkan. Dengan perhatian khusus pada nutrisi kunci seperti vitamin B12, kalsium, yodium, zat besi, dan zink, diet nabati tetap bisa memenuhi kebutuhan anak selama masa tumbuh kembang.

Para penulis juga mengingatkan bahwa sebagian besar studi yang dianalisis bersifat potong lintang, dengan variasi metode dan populasi. Ini berarti masih dibutuhkan penelitian jangka panjang untuk memahami dampak diet nabati pada anak secara lebih mendalam.

Namun, pesan dari studi ini adalah diet vegetarian dan vegan pada anak bukan soal boleh atau tidak, melainkan soal seberapa cermat perencanaannya. Dengan keseimbangan, edukasi, dan dukungan yang tepat, pola makan nabati bisa menjadi pilihan yang sehat.

Referensi

"Largest study of its kind highlights benefits – and risks – of plant-based diets in children." Taylor & Francis. Diakses Desember 2025.

Sofia Lotti et al., “Lacto-ovo-vegetarian and Vegan Diets in Children and Adolescents: A Systematic Review and Meta-analysis of Nutritional and Health Outcomes,” Critical Reviews in Food Science and Nutrition, December 11, 2025, 1–21, https://doi.org/10.1080/10408398.2025.2572983.

Editorial Team